‘CEGAH FANATISME GOLONGAN’
Jakarta, Media Indonesia
“Dalam melaksanakan Pemilu harus dicegah jangan sampai timbul fanatisme golongan dalam bentuk apapun. Sebab fanatisme golongan jelas hanya akan memecah belah bangsa,” tegas Presiden Soeharto.
Untuk itu, kata Kepala Negara, seluruh lapisan pemimpin nasional, baik yang bergerak dijajaran pemerintah maupun di masyarakat perlu mempersiapkan seluruh generasi muda agar menjadi warga negara yang memiliki kesadaran berbangsa yang tinggi dan mengetahui hak serta kewajibannya.
Menurut Kepala Negara, pemilu merupakan momen penting untuk menyegarkan kehidupan kebangsaan. “Melalui Pemilu akan dimiliki MPR baru yang akan menyegarkan wawasan, gagasan, rencana dan kebijakan, untuk lima tahun berikutnya serta memilih Presiden Mandataris yang akan diberi amanah melakukan GBHN 1993,” ungkap Presiden.
Selain Pemilu ada dua peristiwa penting lain yang akan mewamai tahun ini, yaitu pelantikan dan sidang pertama MPR dan DPR hasil Pemilu serta KTT Gerakan NonĀ Blok, tambah Kepala Negara dalam Pidato Akhir Tahun 1991 dan menyambut tahun 1992, Selasa malam.
Presiden juga menyinggung Peristiwa Dili 12 November dan secara khusus menyampaikan rasa belasungkawa yang sedalam-dalamnya kepada semua keluarga masyarakat Timtim yang anggota keluarganya tidak berdosa dan tewas dalam Insiden tersebut. “Rasa prihatin juga ingin saya nyatakan kepada keluarga-keluarga di wilayah propinsi termuda itu yang hingga kini ada sanak keluarganya belum kembali ke rumah,” ungkapnya.
“Dengan memperbaiki semua kekurangan dan kesalahan di masa lampau, saya mengajak seluruh jajaran pemerintah dan ABRI yang bertugas di daerah itu bersama- sama seluruh masyarakatnya melanjutkan pembangunan daerah Timtim,” tandas Presiden.
Sebab kesejahteraan lahir batin daerah Timtim itulah, tutur Kepala Negara, yang harus menjadi pusat perhatian paling utama dimasa mendatang. “Selain kesejahteraan lahir batin seluruh rakyat Indonesia juga menjadi harapan memasuki tahun 1992,” lanjutnya.
Pada bagian lain, Presiden mengingatkan bahwa perhatian utama pemerintah adalah tetap pada pembangunan ekonomi kendati segi lain dari pembangunan tidak diabaikan. “Pemerintah juga terus mengembangkan kehidupan politik dan menyegarkan kehidupan demokrasi serta tetap makin menegakkan hukum, menyegarkan kehidupan kebudayaan dan terus memperdalam kehidupan keagamaan.”
Kepala Negara mengemukakan keserasian pembangunan dalam berbagai sektor ekonomi memang harus mendapat perhatian khusus. “Kecepatan pembangunan pada satu sektor yang belum dapat diimbangi oleh dukungan sektor lain dapat menimbulkan masalah baru,” ujarnya.
Dalam hubungan ini, ungkap Kepala Negara, pengendalian inflasi dan keseimbangan neraca pembayaran tetap merupakan kebijakan pemerintah yang utama. Presiden menyadari kebijakan ini telah mengakibatkan kesulitan perkreditan di berbagai kalangan dunia usaha. Namun, katanya, langkah yang berarti harus dipikul bersama dengan penuh kesadaran agar perekonomian tetap berkembang sehat dan aman.
Ketahanan Ekonomi
Laju inflasi menurut Kepala Negara, berhasil dikendalikan sehingga berada sedikit dibawah 10% dan gambaran perekonomian Indonesia tahun 1991 tetap memiliki ketahanan ekonomi.
Pada tahun 1992 ini, ujar Presiden, kewaspadaan dalam pengendalian perekonomian harus ditingkatkan karena saat ini telah ada tanda-tanda perekonomian dunia sedang mengalarni kelesuan dan mengandung berbagai kemungkinan yang sulit diramal.
Presiden dalam pidato akhir tahunnya juga menyinggung adanya perbedaan kemajuan antar daerah yang masih cukup besar, khususnya antara wilayah bagian Barat dengan wilayah bagian Timur. Perkembangan masyarakat di daerah-daerah, ujar Kepala Negara, memang perlu memperoleh perhatian semakin besar dari pemerintah.
Untuk itu, jelas Presiden, di tahun mendatang pemerintah akan terus meningkatkan otonomi, desentralisasi, dekonsentrasi dan deregulasi di berbagai bidang. “Tujuannya adalah agar masyarakat dapat makin mengembangkan kreativitas dan prakarsanya dalam mengatur dan mengurus rumah tangga daerahnya sendiri.”
Sumber : MEDIA INDONESIA (02/01/1992)
Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku XIV (1992), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 11-13.