DALAM SIRAMAN HUJAN LEBAT: PRESIDEN RESMIKAN PROYEK DI SULUT
Manado, Kompas
Presiden Soeharto menegaskan, andalan utama pembangunan adalah kemauan dan kemampuan manusia untuk membangun dirinya dan masyarakatnya demi masa depan.
Sejarah bangsa-bangsa lain menunjukkan, ada bangsa yang miskin kekayaan alam, tetapi temyata berhasil mencapai kemajuan sangat tinggi karena mereka berhasil mengembangkan kemauan dan kemampuan manusianya.
Penegasan itu disampaikan Presiden Soeharto di tengah hujan deras bercampur angin dan kabut tebal serta hawa dingin menusuk di Bukit Tampusu (900 meter, dari permukaan laut) Kabupaten Minahasa, ketika meresmikan lima proyek bernilai lebih dari Rp 47 milyar, Selasa (19/7) petang. Turut hadir dalam acara ini,Ny. Tien Soeharto, Gubernur Sulut CJ Rantung, Panglima ABRl, sejumlah menteri, dan ribuan petani.
Proyek-proyek yang diresmikan meliputi pusat pengembangan ternak (PPT) Tampusu, pendidikan politeknik Universitas Sam Ratulangi (Unsrat), PLTA Tanggari I berkapasitas 17,2 MW, jembatan Randangan, dan irigasi Pontak.
Kunci Pembangunan
Menurut Kepala Negara, untuk mencapai kemajuan yang tinggi dan untuk mencapai kemakmuran rakyat, hendaknya seluruh kekuatan yang ada pada rakyat harus dibangkitkan dan digerakkan bersama-sama agar benar-benar menjadi kekuatan pembangunan.
Negara membangun prasarana ekonomi dan proyek-proyek besar yang tidak mungkin dikerjakan oleh masyarakat atau swasta, kemudian selebihnya terbuka kesempatan luas bagi masyarakat dan kalangan swasta untuk menggarapnya.
Dikatakan, perkembangan selama ini menunjukkan kesempatan itu sudah digunakan sebaik-baiknya oleh masyarakat luas. Bukti nyata, kata Presiden, tampak dari naiknya ekspor non migas akhir-akhir ini.
Meningkatnya ekspor non migas itu, maknanya antara lain menaikkan penerimaan devisa yang amat diperlukan untuk melanjutkan pembangunan, sekaligus meningkatkan kegiatan sektor industri dan giliran berikutnya memperluas kesempatan kerja.
Dampak positif yang nyata di Sulut antara lain, pembangunan bergerak maju, sebagiannya tampak dari selesainya berbagai proyek yang diresmikan hari ini, kata Presiden.
Makna Proyek
Kelima proyek yang diresmikan itu maknanya luas sekali bagi peningkatan kesejahteraan rakyat. PPT Tampusu dampak positifnya akan mengembangkan kegiatan peternakan rakyat, sedang irigasi Pontak bermakna luas areal sawah teknis akan semakin luas. Dan berarti produksi pangan akan terus meningkat guna mempertahankan swasembada pangan yang sudah dicapai tahun 1984.
Kata Presiden Soeharto, selesainya jembatan Randangan diruas Trans-Sulawesi dengan sendirinya semakin melancarkan arus perpindahan barang-barang produksi rakyat, sekaligus menambah kemampuan ekonomi rakyat.
Kemudian penambahan daya listrik karena selesainya PLTA Tranggari I berdampak penerangan listrik dan pendidikan juga meningkat.
Pemerintah pun sangat memperhatikan pengembangan teknologi untuk pembangunan. Salah satu bukti ialah penyediaan prasarana pendidikan politeknik bagi Universitas Sam Ratulangi. Hal ini berarti, kata Presiden, kader-kader terampil yang dibutuhkan dalam pembangunan akan semakin bertambah.
Seusai meresmikan proyek, Presiden didampingi Menteri Pertanian Ir Wardoyo dan Gubernur CJ Rantung mengadakan temu wicara dengan kelompok tani pimpinan KUD dan sejumlah akseptor keluarga berencana.
Dialog Dengan Petani
Menjawab gagasan Ny. Supit Bororing, seorang kontak tani dari Desa Sonder, Presiden menyambut baik gagasan diversiflkasi menu makanan yang sementara dikembangkan oleh ibu-ibu di desa Sonder dengan bubur Manado.
Menu khas Minahasa itu selain enak, juga mengandung protein yang cukup ini perlu dikembangkan, kata Presiden.
Mengenai kebutuhan traktor untuk pengembangan usaha terpadu KUD Persatuan Tenga dan sejumlah kelompok tani di wilayah itu dapat dipecahkan melalui kredit dari bank. Yang penting di sini, usaha KUD didukung penuh oleh kelompok tani.
“Bank pasti membantu kalau usaha seperti itu,” ujar Kepala Negara.
Soal makanan ternak yang dimasalahkan kelompok peternak dari Langoan, menurut Presiden, kalau memang belum ada pabrik makanan ternak, petani dapat membuatnya sendiri dengan bantuan bimbingan dari PLL.
Ini akan lebih murah dari pada membeli buatan pabrik. Berarti, kalau lebih murah, keuntungan akan lebih besar, ajak Presiden disertai senyum khasnya.
Suasana Bukit Tampusu, Selasa petang kemarin meski diliputi hawa dingin (suhu udara diperkirakan di bawah 10 derajat Celsius) sangat semarak. Sesekali terdengar musik bambu dan paduan suara petani melagukan mars pembangunan.
Presiden dan Ny.Tien Soeharto meninggalkan Tampusu sekitar pukul 17.00 Wita. Hujan dan angin bukan hambatan bagi Kepala Negara untuk bertemu dengan ribuan petani.
…
Manado, KOMPAS
Sumber : KOMPAS (20/07/1988)
…
Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku X (1988), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 337-339