DEMOKRASI, DINAMIKA, KREATIVITAS

DEMOKRASI, DINAMIKA, KREATIVITAS [1]

 

Jakarta, Suara Karya

KETIKA membuka Rapat Koordinasi/Forum Komunikasi dan Konsultasi antara Departemen Dalam Negeri, BP-7 Pusat dan Daerah serta Direktorat Sospol Dati I seluruh Indonesia, Kamis 5 Agustus lalu, Presiden Soeharto menegaskan. “Dalam masyarakat yang semakin dinamis sudah pasti ada persentuhan, bahkan konflik dan pertentangan. Hal ini alamiah dan tak dapat dihindari. Yang perlu dilakukan bukanlah meredam persentuhan itu. Tetapi, menyusun tata cara dan tata krama bagi penyelesaian persentuhan secara damai, etis, dewasa dan beradab.”

Kepala Negara lebih lanjut mengatakan, tantangan masa depan mengharuskan semua pihak menciptakan kondisi dan peluang sebesar-besarnya bagi pengembangan kreativitas dan prakarsa masyarakat sehingga bangsa ini mampu meningkatkan daya saingnya secara damai dengan bangsa lain, baik di kawasan Asia Tenggara maupun di dunia yang dinamis ini. “Di dalam masyarakat dinamis inilah muncul persentuhan, konflik dan pertentangan,”kata Presiden.

APA yang dikatakan oleh Kepala Negara merupakan esensialia (butir-butir esensial) demokrasi. Karena demokrasi merupakan suatu sistem nilai yang menjadi sumber dari lahir dan berkembangnya dinamika. Pada gilirannya, dinamika merupakan penggerak kreativitas dan prakarsa. Dengan kata lain, demokrasi, dinamika, kreativitas dan prakarsa merupakan satu kesatuan mata rantai yang tidak bisa dipisah­ pisahkan.

Contoh yang masih segar dalam ingatan adalah pengalaman amat sangat pahit bangsa Indonesia pada zaman penjajahan. Kaum penjajah membunuh demokrasi. Karena itu rakyat Indonesia kehilangan dinamika, miskin kreativitas dan prakarsa. Inilah yang menyebabkan rakyat Indonesia dikenal sebagai “bangsa kuli di antara bangsa-bangsa”.

Namun, dinamika itu sendiri merupakan api bagi kehidupan manusia. Api yang takkan pernah padam selama hayat dikandung badan. Karena itu kaum penjajah boleh saja mematikan demokrasi di Indonesia. Tetapi, begitu demokrasi makin ditekan, dinamika masyarakat justru makin bergejolak sehingga memporak-porandakan sistem penjajahan. Memang, format dan intensitasnya berbeda. Tetapi pengalaman bangsa Indonesia di bawah telapak kaki penjajahan itulah yang menimpa kelompok­ kelompok etnis di bekas Yugoslavia, misalnya.

DALAM menghadapi pembangunan jangka panjang (PJP) II dinamika, kreativitas dan prakarsa bangsa Indonesia perlu makin dipacu demi makin meningkatnya daya saling seperti dikatakan Kepala Negara. Karena itulah Presiden menegaskan kemungkinan terjadi persentuhan, bahkan konflik dan pertentangan adalah sesuatu yang alamiah dalam alam demokrasi. Namun, yang penting memang bukan meredam persentuhan itu karena hal inijuga berarti meredam dinamika .Tetapi, memanfaatkan dinamika itu seoptimal mungkin dengan menyelesaikan persentuhan, konflik atau pertentangan berdasarkan tata krama yang mencerminkan penghayatan mendalam mengenai demokrasi sebagai budaya yang luhur dan beradab.

Kita ingin menggarisbawahi hal ini. Karena aktualisasi  demokrasi, apalagi demokrasi Pancasila, yang tidak mencerminkan demokrasi sebagai budaya yang luhur dan beradab akan menurunkan nilai demokrasi menjadi anarki. Siapa kuat siapa di atas, ibarat kehidupan dalam hutan belantara. OLEH sebab itu, dalam menghadapi dinamika bangsa ini yang akan terus meningkat sebagai hasil pembangunan yang justru juga diperlukan untuk melanjutkan pelaksanaan pembangunan di masa-masa mendatang-seyogianya apa yang dikatakan Kepala Negara menjadi dorongan untuk memahami dan menghayati esensialia demokrasi dalam arti yang sesungguhnya. Dengan itu demokrasi Pancasila dapat diharapkan akan benar-benar menjadi budaya yang beradab. Seyogianya hal ini juga mendapat perhatian BP-7 dalam melaksanakan missinya.

Sumber: SUAR AKARYA(7/8/1993)

_____________________________________________________

[1] Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari Buku “Presiden Ke II RI Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku XV (1993), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal 207-209

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.