DI ATAS KEKUATAN SENDIRI

DI ATAS KEKUATAN SENDIRI

 

 

Presiden Soeharto telah memanggil sebelas menteri kabinet dan menginstruksikan para menteri yang menangani bidang ekonomi, keuangan dan industri itu untuk mencari jalan melanjutkan pembangunan ekonomi berdasarkan kekuatan sendiri.

Ini dalam rangka usaha menghadapi merosotnya harga minyak sebagai penjamin vital devisa bagi negara. Tekanan arah kebijaksanaan ini ialah peningkatan kordinasi pelaksanaan ekspor non migas dan pendayagunaan potensi pasar dalam negeri.

Realitas ekonomi dan dorongan pembangunan menghendaki loncatan sigap untuk menghindari jurang-jurang bahaya yang terbentang di hadapan kita. Maka perubahan langkah kebijaksanaan ekonomi tidaklah terelakkan lagi dan perlu ditempuh untuk mengelakkan risiko yang lebih besar dengan tekad yang lebih bulat dan lebih berperhitungan.

Membangun di atas kekuatan sendiri adalah alternatif yang penting dan perlu, baik dalam arti strategis maupun historis, untuk menjamin gerak pembangunan kita. Yang bukan hanya harus mengarah ke depan, tetapi juga menjamin terlaksananya tinggal landas.

Yang bukan hanya harus meningkat tetapi juga harus lebih merata. Tanggung jawab yang dikandungnya tidak kecil.

Realitas ekonomi menurut kacamata Indonesia kini mencakup beberapa hal. Harga minyak merosot jauh, penghasilan kita menurut APBN kita berkurang. Upaya pengimbang dari sektor non migas masih negatif, belum memberi hasil yang diinginkan belum memenuhi harapan.

Penghasilan dari dalam negeri, baik sektor pajak, masih dalam taraf pengembangan, yang serta merta tak luput dari berbagai kesulitan dan gangguan, penyelewengan yang memgikan negara secara intensif dalam sektor keuangan sedang diperangi, walaupun bam sebagian kecil berhasil.

Karena itu langkah yang harus ditempuh sesuai dengan instruksi Presiden itu sebaiknya tidak hanya dirumuskan dalam skenario-skenario taktis oleh menteri-menteri yang bersangkutan. Tetapi dirumuskan sebagai garis-garis dari suatu strategi penyelamat dan pelanjut cita-cita pembangunan yang ikut mengemban amanat dasar dan tujuan-tujuan prospektif pembangunan nasional dipersiapkan untuk menjamin kelangsungan hidup pembangunan itu sendiri.

Kita menggaris bawahi pandangan Presiden Soeharto beberapa waktu yang lalu agar pembangunan nasional tidak hanya mengharap dan bergantung kepada bantuan asing.

Tetapi harus ditegakkan di atas kekuatan sendiri. Kini Presiden menekankan lagi hal itu, malah menuangkan dalam bentuk instruksi langsung agar tujuan itu dilaksanakan dan diwujudkan dalam kegiatan pembangunan dan pengembangan kebijaksanaan ekonomi.

lni suatu conditio sine qua non. Dapatkah para menteri ekonomi keuangan dan industri melaksanakan instruksi itu, sebagaimana mestinya?

Pola struktur dan iklim pengembangan perekonomian Indonesia selama era orde baru tampak seperti dilancarkan menurut suatu persepsi tertentu, persepsi kebebasan perekonomian dan prinsip ekonomi pasar, yang bisa sukses dan memberi basil yang tinggi jika keadaan ekonomi di semua front memang normal dan mulus.

Jika situasi itu menjadi abnormal, dalam satu atau banyak sektor, dan mekanisme ekonomi mulai terganggu dan tersendat gerak maupun hubungannya, pola ekonomi pasar dan kebebasan perekonomian juga akan mengalami dilema dan dekadensi dengan segala negasinya yang mungkin.

Apalagi watak bangsa kita secara ekonomi, masih dalam penumbuhan dan pembinaan yang kritis. Karena itu penampilan suatu langkah alternatif, membutuhkan penyesuaian jiwa dan persepsi dari para menteri yang bertindak sebagai pelaksana kebijaksanaan negara dalam jalan perekonomian yang mau tak mau harus berubah. Sanggupkah dan mampukah mereka menjalankan tugasnya?

Pertanyaan ini tetap terbuka hingga Rakyat dapat mencatat dan menghubungkan makna instruksi Presiden itu dengan kenyataan pelaksanaan instruksi itu di lapangan.

Pada front internasional kita melihat adanya gejala-gejala yang serius. Resesi dan depresi ekonomi dunia tak mungkin segera pulih dan tetap kronis.

Menurunnya harga minyak secara drastis sedang dibarengi dengan mulai menurunnya nilai dollar AS dan menguatnya beberapa mata uang internasional lainnya.

Perspektif nilai dollar ini akan membawa pengaruh besar dalam situasi moneter, antara lain turunnya suku bunga bank, dan mendorong ekspansi kredit untuk menunjang operasi ekonomi dan industri. Akan tetapi keadaan stagnasi dan inflasi yang tetap berproses secara konstan itu akan tetap memelihara gelombang buruk dalam produksi industri, perdagangan dan keuangan.

Lingkaran setan kelesuan ekonomi dan dilema moneter ini tetap menguasai situasi dalam jangka waktu yang belum dapat diperkirakan akhirnya secara pasti.

Dalam kaitan ini tekad untuk menempuh jalan sendiri dengan konsep “membangun di atas kekuatan sendiri” merupakan suatu pemikiran yang rasional dan paling mungkin kita jalankan.

Persoalannya adalah cukupkah petugas-petugas negara yang ada dipercayakan untuk mengantar roda perekonomian ke arah baru ini ataukah perlu di fikirkan penyiapan putera­-putera terbaik lainnya yang dapat membantu suksesnya tujuan banting setir ini?. (RA)

 

 

Jakarta, Angkatan Bersenjata

Sumber : ANGKATAN BERSENJATA (14/02/1986)

 

Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku VIII (1985-1986), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 469-471.

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.