DIALOG PRESIDEN – PETANI IHWAL KERBAU
Bagaimana Sistem gaduh Di Jatim? Setelah Beranak 2, Induk Milik Petani
Presiden Soeharto di kawasan Pelabuhan Udara Juanda, Surabaya, Senin kemarin menerima 200 kerbau liar dari Menteri Kehutanan Soedjarwo.
Presiden selanjutnya menyerahkan kerbau liar tersebut kepada para petani di daerah Kabupaten banyuwangi, Situbondo dan Mojokerto.
Kerbau liar (bubalus-bubalis) tersebut berasal dari Taman Nasional Baluran, Sutibondo, yang mengalami “over populasi”, dengan “dimasyarakatkannya” kerbau liar tersebut, diharapakan keseimbangan ekologi di Taman Nasional Baluran bisa tetap terjaga.
Kerbau liar yang diserahkan kepada para petani tersebut, nantinya bisa didayagunakan sebagai penjantan atau pekerja. Demikian dilaporkan Menteri Kehutanan Soedjarwo kepada Presiden.
Dikatakan, 200 kerbau liar tersebut merupakan sebagian dari 500 ekor lainnya yang ditangkap pada tahap pertama.
“Penangkapan akan terus dilakukan, kalau populasinya mulai tidak seimbang dengan unsur biologis lainnya,” ujar Menteri Soedjarwo.
Setelah acara penyerahan itu selesai, Presiden mengadakan dialog singkat dengan para petani penerima kerbau tersebut. Kepada mereka Presiden menjelaskan tentang cara pemeliharaan, dan cara-cara mempekerjakan kerbau. Bahkan sistem gaduhan, secara jelas juga dijelaskan oleh Presiden, yang didengarkan para petani dengan penuh perhatian.
“Sebaiknya kerbau-kerbau ini nanti bisa dipekerjakan, karena kerbau ini kuat-kuat,” kata Presiden, yang kemudian menanyakan kepada para petani: “Bagaimana sistem gaduh di Jawa Timur ? Kalau di Jawa Barat, setelah 5 tahun, kerbau menjadi milik penggaduh. Dalam lima tahun tersebut, biasanya sudah beranak dua.”
“Kalau di Banyuwangi, penggaduh bisa mendapatkan induknya setelah menghasilkan dua anak,” jawab salah seorang petani.
“Kalau di Jawa Tengah, kerbau yang “mempeng” (keras) bekerja membajak sawah biasanya berumur dua setengan tahun. Kalau di Jawa Timur umur berapa ?” tanya Presiden.
“Sama pak,” jawab petani lainnya.
Dibagian lain, Presiden mengharapkan agar para petani penerima kerbau liar yang sudah dijinakkan tersebut, hanya mempekerjakan kerbau yang jantan. Sedang yang betina, agar hanya untuk pembiakan.
Oleh Menteri Kehutanan Soedjarwo, Dr. Linda Buntaran dari IPB (Institut Pertanian Bogar) diperkenalkan kepada Presiden Soeharto.
“Oh, saya mendapat tugas untuk mengawinkan banteng Baluran dengan sapi asal Bali,” ujar Linda Buntaran kepada Suara Karya. Dijelaskan olehnya, bahwa konsep untuk mengawinkan banteng dengan sapi dimaksudkan untuk mendapatkan turunan yang unggul.
“Saya mendapatkan nasihat dari Presiden, agar memilih banteng yang benar-benar sehat dan kuat. Begitu juga sapinya. Dengan demikian, turunannya nanti bisa benar-benar unggul,” kata Linda Buntaran. (RA)
…
Surabaya, Suara Karya
Sumber : SUARA KARYA (16/04/1985)
—
Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku VIII (1985-1986), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 346-347.