Lubuk Linggau, 15 September 1998
Kepada
Yth. Bapak Soeharto
Cendana No.8 Jakarta
DOA TERANIAYA SANGAT MAKBUL [1]
Assalamu’alaikum wr. wb.
Salam teriring doa semoga Bapak dan keluarga selalu berada dalam lindungan Allah Yang Maha Pengasih lagi Penyayang.
Bapak, kedatangan surat saya ini anggaplah seorang anak atau kemenakan yang telah lama menghilang kini datang untuk bersilaturahmi.
Bapak! saya mengerti Bapak tidak butuh nasehat saya, tetapi saya merasa perlu menyampaikan uneg – uneg di hati saya ini.
Bapak, saya mengerti Bapak dalam keadaan terhempas dan terkandas, inilah yang dikatakan permainan hidup, kedudukan dan anak adalah cobaan dari Sang Pencipta, di sini Arnis Widjaya ingin memberi saran kepada Bapak, semoga ada gunanya.
Bapak, dekatkan diri kepada Tuhan seutuhnya dan setiap malam lakukan shalat tahajud berserahdirilah sepenuhnya, adukan semua persoalan kepada-Nya, kalau mampu shalat tahajud sebelas rakaat dengan witir kalau bisa lebih itu lebih baik, Bapak harus sabar dan tegar menghadapi semua ini, Bapak harus kuat, kalau Bapak bersalah masih ada waktu untuk bertaubat dan bertaubatlah segera kepada Allah, sebenar – benarnya taubat dan Bapak harus kuat menghadapi tuntutan pertanggungjawaban nanti di hadapan sidang MPR atau apapun juga, sesungguhnya Allah Maha Pengampun kepada orang – orang yang mau bertobat.
Dan kalau Bapak merasa tidak bersalah atas semua kecaman manusia banyak, tempat mengadu yang tepat adalah Allah Subhanahuwata’ala, Allah sangat mendengarkan pengaduan hambanya yang teraniaya, kepada Allah jualah kita semuanya akan kembali.
Pak, usahakanlah membaca terjemahan Al Qur’an sampai tamat dan di dalamnya banyak doa, setelah menamatkan membaca tetjemahan Al Qur’an pikiran dan hati Bapak pasti tenang, dan setiap habis sholat lima waktu jangan lupa membaca doa Nabi Adam dan Hawa yang tertera dalam Al Qur’an Jus 8 surat Al A’raf ayat 23.
Kata – kata Mutiara (Hidup adalah perjalanan, apa yang ditemukan dalam perjalanan hanyalah sekedar penemuan (Amis Widjaya).
Pak percayalah tidak muat rakyat Indonesia merupakan jasa – jasa Bapak, waktu akan berbicara tentang sekelumit tegak dan perjuangan Orde Baru, kalau tidak ada tindak tanduk untuk menegakkan Orde Baru di waktu itu mungkin negara kita telah menjadi negara Komunis, tetapi biarlah semua ini dikuburkan orang untuk seketika di satu saat pasti akan terukir kembali, percayalah, sabar, tegar dan tawakal satu satunya alternatif. (DTS)
Maafkanlah kalau saya terlalu lancang.
Wassalam
Arnis Wijaya
Sumatera Selatan
[1] Dikutip langsung dari dalam sebuah buku berjudul “Empati di Tengah Badai: Kumpulan Surat Kepada Pak Harto 21 Mei – 31 Desember 1998”, (Jakarta: Kharisma, 1999), hal 280-281. Surat ini merupakan salah satu dari 1074 surat yang dikirim masyarakat Indonesia dari berbagai pelosok, bahkan luar negeri, antara tanggal 21 Mei – 31 Desember 1998, yang menyatakan simpati setelah mendengar Pak Harto mengundurkan diri. Surat-surat tersebut dikumpulkan dan dibukukan oleh Letkol Anton Tabah.