Gerakan Simpatik

Jakarta, 5 Juni 1998

Yang Mulia

Bapak Soeharto

Jl. Cendana No.6

Jakarta

 

GERAKAN SIMPATIK [1]

 

Dengan hormat,

Sudah sejak lama kami menduga bahwa reformasi yang digulirkan tidak lain untuk menjegal kepemimpinan Bapak, memutuskan rantai­-rantai sejarah yang positip menjadi rantai yang berujung negatip, membenamkan Bapak dan keluarga ke dalam lumpur pekat dan tidak menyisakan barang setitikpun kebaikan Bapak.

Dengan berkembangnya isu-isu negatif di masyarakat, ditambah dengan gejolak moneter yang terjadi, kami mencoba untuk melakukan “Gerakan Simpatik”. Semua ini kami lakukan karena masyarakat di sekeliling kami mengetahui bahwa kami bekerja di PT. ARSETO PETROKIMIA yang mana Bapak Sigit Hatjojudanto sebagai Komisaris Utama (Pemilik Perusahaan). Masyarakat menyangka bahwa kami adalah Staf langsung dari Bapak Sigit. Karena opini masyarakat yang demikian, maka kami memutuskan untuk melakukan “Gerakan Simpatik”.

Kami mencari sumber-sumber atau pusat-pusat penjualan SEMBAKO, yang Alhamdulillah berkat Ridho dari Allah kami dapatkan, sehingga dapat kami jual kepada masyarakat dengan harga jauh di bawah harga pasar. Gerakan ini berhasil menarik simpatik tokoh-tokoh masyarakat di lingkungan kami. Puncaknya pada tanggal 18 Mei 1998. Pada waktu itu Ketua DPR/MPR H. Harmoko dengan lantang menyatakan agar Bapak mundur dari jabatan Presiden RI.

Kami sekeluarga sangat kaget dengan pernyataan itu. Orang yang telah Bapak angkat derajat dan kedudukannya sungguh sampai hati menjebloskan Bapak ke dalam jurang hanya untuk mencari keselamatan pribadi. Kami tidak anti Reformasi. Kami mendukung reformasi tapi dengan tata cara dan kepribadian bangsa yang tetap menjunjung tinggi Pancasila sebagai satu-satunya azas serta UUD 1945, sebagai patokan berpijak untuk berbangsa dan bernegara. Tetapi kami laksana sebutir debu di padang pasir yang luas, laksana menggarami samudera.

Sebagai pendukung Bapak, sebagai orang yang bersimpatik kepada Bapak, kami sekeluarga telah sepakat apapun resiko yang bakal kami temui dan kami hadapi di dalam bermasyarakat dan bernegara. Kami tetap mendukung dan menjunjung tinggi Bapak sebagai Pejuang Bangsa.

Wassalamu’alaikum Warohmatullohi Wabarokatu. (DTS)

Hormat kami,

Ir. H. Rudy Hendrito

Bekasi

[1]     Dikutip langsung dari dalam sebuah buku berjudul “Empati di Tengah Badai: Kumpulan Surat Kepada Pak Harto 21 Mei – 31 Desember 1998”, (Jakarta: Kharisma, 1999), hal 1036-1037. Surat ini merupakan salah satu dari 1074 surat  yang dikirim masyarakat Indonesia dari berbagai pelosok, bahkan luar negeri, antara tanggal 21 Mei – 31 Desember 1998, yang menyatakan simpati setelah mendengar Pak Harto menyatakan berhenti dari kursi kepresidenan. Surat-surat tersebut dikumpulkan dan dibukukan oleh Letkol Anton Tabah.

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.