GUB LAMPUNG: DANA MTQ TIDAK UNTUK LATIH GAJAH

GUB LAMPUNG: DANA MTQ TIDAK UNTUK LATIH GAJAH

Bandar Lampung, Antara

Gubemur Lampung, H.Yasir Hadibroto menegaskan, tidak benar anggapan yang menyebutkan panitia MTQ Nasional XV/1988 di Bandar Lampung menghambur­hamburkan biaya untuk melatih gajah bermain sepakbola.

Tidak sepeser pun panitia mengeluarkan biaya untuk itu, kata gubenur menjawab pertanyaan ANTARA di Telukbetung, Bandar Lampung, Senin. Gubernur saat itu hendak melepas pawai kirab kemenangan kafilah MTQ Lampung menjadi juara umum, namun batal karena turun hujan deras.

Pawai kirab akan dilangsungkan 17 Februari sesudah apel 17-an. Gubernur menjelaskan, Pemda Lampung mengeluarkan biaya sekitar Rp. 80 juta. Pengeluaran biaya sebanyak itu tidak ada kaitan dengan penyelenggaraan MTQ Nasional XV/1988 di Bandar Lampung, tapi semata-mata untuk menyelamatkan penduduk Lampung yang selama ini selalu diteror binatang berbelalai itu.

Biaya sebanyak itu dikeluarkan sebagai modal untuk menangkap gajah liar, kemudian dilatih agar tenaganya bisa dimanfaatkan untuk alat pengangkut dan juga untuk atraksi.Biaya pendirian sekolah gajah, mendatangkan gajah pelatih dan pelatihnya dari Thailand adalah biaya dari Departemen Kehutanan melalui anggaran Balai Konservasi Sumber Daya Alam Tanjung karang.

Jadi biaya yang dikeluarkan Pemda hanya sebagai penunjang, kata Gubernur didampingi Wakil Gubemur, Kepala Kejaksaan Tinggi dan Sekretaris Umum Panpel MTQ Nasional XV/1988, Ir. H. Bambang Irawan.

Gubemur mengemukakan hal itu menanggapi suara-suara sumbang tentang sekolah gajah di Way Kambas, yang seolah-olah hanya ditujukan untuk memeriahkan pembukaan MTQ Nasional oleh Presiden Soeharto di pusat kegiatan olahraga (PKOR) Way Halim, Bandar Lampung tgl. 8 Febrnari 1988.

Ikut sertanya gajah memeriahkan pembukaan MTQ dengan pertandingan sepakbola hanya mernpakan satu segi saja dari pemanfaatkan satwa liar yang dilindungi undang-undang tersebut, Gubernur mengemukakan niatnya untuk terus memasarkan gajah-gajah yang sudah terlatih itu.

Sebagian hasil penjualan gajah-gajah itu untuk biaya penangkapan dan melatih gajah-gajah liar yang masih selalu menghantui penduduk di pedesaan. Penjualan gajah-gajah itu tidak termasuk dalam upaya terobosan meningkatkan ekspor non migas karena satwa berbelalai tersebut juga tidak termasuk komoditi non migas.

Ini semata-mata untuk menyelamatkan penduduk dari gangguan binatang tersebut. Sampai saat ini sudah 14 gajah yang akan diekspor, masing-masing 10 untuk sebuah sirkus di Amerika dan empat gajah memenuhi pesanan Brunai Darusalam. Propinsi atau negara lain yang berminat hingga saat ini belum ada lagi, kata Gubernur.

“Sebetulnya saya sudah tawarkan pula ke Saudi Arabia, tapi karena tidak tahan hidup di gurun, maka batal. Bagi provinsi lain yang ingin membeli gajah lulusan SPG (Sekolah Pendidikan Gajah) di Way Kambas, silahkan saja. tapi untuk amannya sebelum gajah digiring datangkan dulu calon pawang untuk dilatih di sini. Setelah itu, silahkan bawa berikut gajahnya,” kata Gubernur Lampung.

Di Lampung saat ini tercatat lebih kurang 480 gajah yang masih berkeliaran bebas. Di SPG Way Kambas sendiri terdapat 41 gajah dengan 46 pawang, termasuk pawang dan gajah dari Thailand. Sebanyak 27 ekor diantaranya direkrut untuk pertandingan sepakbola baru-baru ini.

Bandar Lampung, ANTARA

Sumber : ANTARA (15/02/1988)

Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku X (1988), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 261-262.

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.