Hal Proses Peralihan Generasi

Hal Proses Peralihan Generasi [1]

Penting kita menaruh perhatian khusus pada proses peralihan generasi yang kini sedang berlangsung secara makin cepat. Proses regenerasi adalah proses yang wajar dan alamiah. Semua bangsa mengalami proses ini. Demi kesinambungan dan kemantapan kehidupan bangsa dan negara kita selanjutnya, maka proses regenerasi yang berlangsung sebaik-baiknya itu menjadi tanggung jawab bersama antara Generasi Pembebas dan Generasi Penerus. Menjadi tanggung jawab bersama seluruh bangsa kita.

Saya bersyukur bahwa di masa bakti saya, kedua generasi itu bekerja sama berdampingan hingga tiba saatnya nanti generasi yang lebih muda memikul seluruh tanggung jawab dalam melanjutkan pembangunan ini sepenuhnya. Dengan demikian, kita bersama-sama merintis jalan yang baik sehingga dalam perjalanan sejarah kita nanti, generasi sebelumnya akan digantikan oleh generasi berikutnya dalam suasana yang teratur dan penuh pengertian, dalam suasana kekeluargaan seperti yang dikehendaki oleh kehidupan kebangsaan dan kenegaraan kita.

Generasi muda, generasi penerus, memiliki kesempatan yang seluas-luasnya untuk menjadi pahlawan, yakni sebagai pahlawan pembangunan. Sebagai pahlawan pembangunan, generasi muda tidak akan kalah memberikan sumbangan kepada bangsa dan negara dibanding dengan pahlawan-pahlawan perang kemerdekaan di masa lalu.

Pahlawan adalah mereka yang menyadari sedalam-dalamnya dan meyakini setebal-tebalnya cita-cita yang dianggap luhur. Kesadaran dan keyakinannya itu akan diperjuangkan terus-menerus tanpa henti­hentinya sehingga cita-cita itu menjadi kenyataan, dan setiap kurun waktu perjuangan selalu menghadapi tantangannya sendiri. Karena itu, jika dalam kurun waktu perang kemerdekaan dan revolusi, pahlawan yang dilahirkan adalah pahlawan di medan pertempuran, maka dalam zaman pembangunan sekarang ini yang diperlukan adalah pahlawan pembangunan.

Jika dalam kurun waktu perang kemerdekaan dari revolusi tantangan yang kita hadapi adalah tentara musuh yang akan mengembalikan penjajahan, sehingga jawaban yang kita berikan adalah mengangkat senjata, maka dalam zaman pembangunan sekarang ini, tantangan bagi kita yang terbesar adalah membangun masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila. Dan jawaban kita terhadapnya adalah menyukseskan pembangunan nasional sebagai pengamalan Pancasila.

Pembangunan nasional yang kita laksanakan sekarang bukanlah sembarang pembangunan, melainkan pembangunan sebagai pengamalan Pancasila. Kita tidak akan meniru saja model-model pembangunan yang dilakukan oleh bangsa lain walaupun pembangunan itu berhasil dan baik bagi mereka, karena model pembangunan yang berhasil bagi bangsa lain belum tentu sejalan dengan cita-cita pembangunan nasional kita sebagai pengamalan Pancasila.

Dalam melaksanakan pembangunan yang kita tempuh, mutlak kita hams yakin akan kebenaran Pancasila. Masyarakat yang tidak yakin akan kebenaran Pancasila tidak akan membangun masyarakat Pancasila.

Sampai saat ini bangsa Indonesia memang telah bertambah yakin akan kebenaran Pancasila itu. Namun, di pihak lain, kita sebagai masyarakat yang terbuka dan hidup di tengah-tengah ideologi serta pemikiran-pemikiran lain di tengah pergaulan luas masyarakat dunia, mau tidak mau, sedikit atau banyak hal-hal dari luar itu tentu ada pengaruhnya kepada kita.

Selain itu, dalam zaman yang penuh dengan perubahan-perubahan cepat seperti yang kita alami sekarang ini, tentu saja suasana itu membawa perubahan-perubahan nilai dalam masyarakat. Karena itulah, walaupun kita yakin akan kebenaran Pancasila, hal ini tidak berarti bahwa kita tidak perlu lagi secara sadar dan terus-menerus mengadakan pendalaman dalam menghayati Pancasila. Untuk itulah, maka kita adakan penataran-penataran P4, serta Undang Undang Dasar 1945 dan GBHN.

Dalam pada itu, penataran-penataran itu tentu saja jangan menjadi kegiatan yang formal dan rutin. Pancasila harus dipahami dan dikembangkan secara kreatif dan dinamis. Pancasila tidak dibiarkan beku tanpa pemahaman dan perigamalan yang kreatif dan dinamis. Karena jika hal itu terjadi, maka Pancasila tidak akan dapat menjawab tantangan zaman yang terus berubah dan bertambah maju.

***



[1] Penuturan Presiden Soeharto, dikutip dari buku “Soeharto: Pikiran, Ucapan dan Tindakan Saya” yang ditulis G. Dwipayana dan Ramadhan KH, diterbitkan PT Citra Kharisma Bunda Jakarta tahun 1982, hlm 437-439.

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.