Harapan Hamzah Haz PEMBANTU PRESIDEN TETAP BERGAIRAH DAN KERJA KERAS

Harapan Hamzah Haz

PEMBANTU PRESIDEN TETAP BERGAIRAH DAN KERJA KERAS

 

 

Para menteri pembantu Presiden harus tetap bergairah dan kerja keras mengatasi perkembangan ekonomi dan moneter yang semakin berat, meskipun masa jabatan mereka tinggal satu tahun lagi.

Harapan Wakil Ketua Komisi APBN, H. Hamzah Haz BA dari Fraksi Persatuan Pembangunan tersebut dikemukakan kepada Kompas hari Rabu kemarin sekitar jabatan pembantu Presiden yang akan berakhir tahun 1988 dan perkembangan ekonomi serta moneter yang berat.

Menurut Hamzah Haz, kondisi perkembangan ekonomi tahun ini jauh berbeda dengan kondisi tahun 1982 atau awal tahun 1983. Ketika itu pengaruh resesi dan ekonomi belum dihadapi secara nyata.

“Betul sudah terkena resesi, tapi baru terasa pengaruhnya setelah tahun 1982,” ia menjelaskan.

Lebih lanjut dikemukakan perlunya para pembantu Presiden benar-benar bekerja keras untuk rakyat sehingga mereka benar-benar meninggalkan warisan yang berharga bagi penggantinya dan bangsa Indonesia umumnya. Dengan cara begitu, baru lengkaplah dia sebagai abdi negara dan abdi masyarakat, kata Hamzah Haz.

Penegasan itu dikemukakan mengingat masa pengabdian pembantu Presiden tinggal satu tahun lagi, dan ini dapat mempengaruhi semangat mereka. ”Tapi ini hanya khusus bagi yang merasa tidak akan diminta menjadi pembantu Presiden lagi,” ia menjelaskan.

Pengalaman menunjukkan tidak semua menteri diberi kepercayaan kembali duduk dalam kabinet. Namun sebagian besar biasanya tetap duduk dalam kabinet yang dibentuk oleh Presiden/Mandataris MPR.

DSR 40 Persen

Di bagian lain keterangannya, Hamzah Haz menegaskan, keadaan dan perkembangan ekonomi dan moneter di Indonesia memerlukan curahan perhatian penuh, khususnya di tahun-tahun mendatang.

Diingatkan bahwa DSR yang tadinya diperkirakan akan berkisar sekitar 33,3 persen nyatanya melonjak sampai 40 persen.

Ekspor 1986-1987 yang sasarannya 18,9 milyar dollar AS (migas 12,5 milyar dan nonmigas 6,4 milyar), realisasinya diperkirakan hanya mencapai 13,5 milyar dollar, dan ini terdiri dari migas 6,9 milyar dan nonmigas 6,1 milyar dollar AS.

Sementara itu impor dapat ditekan sekitar 1,8 milyar dollar, yaitu dari sasaran yang tadinya 13 milyar realisasinya hanya 11,2 milyar dollar AS. Begitu pula tentang jasa-jasa hanya dapat ditekan sekitar 1,7 milyar dollar AS. Sehingga defisit transaksi berjalan neraca pembayaran meningkat menjadi 1 milyar dollar AS. Semua sasaran ini hanya diperkirakan 2,2 milyar dollar AS.

Di samping itu terjadi juga kenaikan pembayaran utang pokok dan sasaran yang hendak dibayar. Yakni dari 1,7 milyar menjadi 2,1 milyar dollar AS. Akibatnya defisit neraca pembayaran yang diperkirakan hanya 52 juta dollar menjadi hampir 500 juta dollar AS.

“Jadi terjadi kenaikan 1.000 persen. Ini pun sudah ditekan dengan pinjaman baru sekitar satu milyar dollar AS,” Hamzah menjelaskan.

Defisit 0,5 Milyar Dollar

Kepada Kompas dijelaskan, DSR yang tinggi menyebabkan terjadinya defisit neraca pembayaran hampir mencapai 0,5 milyar dollar, bahkan dapat mencapai 1,5 milyar dollar kalau tidak ditutup dengan pinjaman baru sekitar 1 milyar dollar AS.

Jadi defisit neraca pembayaran 1986-1987 kalau tanpa pinjaman baru akan berjumlah 1,5 milyar dollar. Ini berarti cadangan devisa akan turun sebesar itu juga, sehingga akan tinggal sekitar 3,5 milyar dollar AS.

Namun di bagian lain keterangannya Hamzah Haz yakin kredibilitas masih baik, sehingga cadangan devisa tidak perlu menjadi kurang. Defisit neraca pembayaran ditutup dengan pinjaman baru. Jadi ini berarti dalam tahun anggaran 1986-1987 telah disiapkan pinjaman siaga 1,5 milyar dollar AS

Tak Berbeda

Mengenai tahun anggaran yang sedang berjalan, Hamzah Haz menegaskan, tidak akan jauh berbeda dengan tahun anggaran sebelumnya, kecuali kalau harga minyak tidak turun dari 18 dollar per barrel dan penerimaan ekspor non-migas mampu mencapai 1 milyar lebih tinggi dari tahun sebelumnya (= 6,6 milyar dollar AS).

Diperkirakan, kondisi seperti itu akan terus berlanjut sampai dua-tiga tahun mendatang. “Karena itu siapa saja yang akan menangani ekonomi dan moneter nanti, harus bekerja keras dan mampu menutup kebocoran yang dirasakan masih terjadi di sana-sini.”

Semua mengetahui andalan pengganti migas berupa ekspor nonmigas masih banyak mengalami hambatan dan tantangan. “Walaupun sudah banyak kebijaksanaan dan peraturan yang mendorong ekspor nonmigas,” ia menambahkan.

Karena itu Hamzah metiyarankan kebijaksanaan deregulasi dan ‘debirokratisasi harus dituntaskan dan yang lebih penting lagi kemauan baik pemerintah ke arah itu. “Karena masalahnya menyangkut kepentingan pribadi yaitu harus menyerahkan hak­hak istimewa yang dimiliki kepada orang lain,” ia menjelaskan.

Mengakhiri keterangannya Hamzah menyebutkan, siapa saja yang akan dipercaya oleh Presiden membantu Mandataris MPR harus mawas diri. “Bila telah sanggup, kesanggupan itu harus diwujudkan,” kata Hamzah Haz mengakhiri keterangannya. (os)

 

 

Jakarta, Kompas

Sumber : KOMPAS (21/05/1987)

 

Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku IX (1987), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 134-135.

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.