HARAPAN PRESIDEN: UMAT BERAGAMA AGAR SELESAIKAN PERSOALAN DGN BAIK

HARAPAN PRESIDEN:

UMAT BERAGAMA AGAR SELESAIKAN PERSOALAN DGN BAIK

Dipikirkan Adanya Semacam Tabungan Haji

Presiden Soeharto mengharapkan, umat beragama di Indonesia menyelesaikan segala persoalan nasional secara baik dengan mengutamakan kepentingan bangsa dan negara. Harapan ini disampaikan kepada Menteri Agama Alamsyah yang menghadap Kepala Negara di Bina Graha, Sabtu lalu.

Dalam hubungan ini, Wadah Musyawarah Antar umat Beragama telah mengadakan pertemuan selama seminggu, membicarakan dan menyusun pokok­pokok pikiran yang akan disumbangkan kepada pemerintah guna menyelesaikan persoalan tersebut, dan mencegah kejadian serupa di masa datang.

Jumat lalu, wadah yang beranggotakan para pemuka agama-agama di Indonesia itu merampungkan pokok-pokok pikirannya. Dan Senin pagi ini, akan menghadap dan menyerahkannya kepada Kepala Negara.

Menteri katakan, umat beragama di Indonesia sekarang begitu bersatu. “Tidak pernah tetjadi dalam sejarah, persatuan antar umat beragama demikian baik seperti sekarang ini,” kata Alamsyah.

Tabungan Haji?

Masalah lain yang dibicarakan dengan Presiden ialah masih banyak orang naik haji dengan menjual tanah, rumah dan harta benda. Kemudian, sekembalinya dari haji, mereka jatuh miskin dan melarat.

Menurut Menteri, Presiden memahami masalah tersebut. dan pemerintah sedang memikirkan cara untuk mencegah kejadian seperti itu. Mungkin demikian menteri, kemudian akan dibuat tabungan haji, dan orang yang bermaksud naik haji, menabung dulu beberapa tahun. “Ya, semacam Tabanas haji,” katanya.

Dengan cara ini, orang yang naik haji membiayai diri dengan uang tabungannya tidak menjual-jual dan jangan kembali dari haji lalu melarat, kata Alamsyah.

Tidak Dilarang

Menteri Alamsyah membantah seakan-akan pemerintah melarang orang memasang dan menghias pohon terang (pohon Natal, red) untuk menyambut Hari Raya Natal dan Tahun Baru. “Itu isu yang sama sekali tidak benar,” katanya.

Yang benar, demikian Menteri, pemerintah DKI menghimbau agar hotel-hotel dan tempat-tempat semacamnya yang ingin menyelenggarakan pesta Natal dan Tahun baru tidak memasang pohon terang besar-besar.

“Kalau Natal pasang pohon terang besar­besar, waktu ldul Fitri juga pasang mesjid yang besar, supaya seimbang,” katanya.

Menjawab pertanyaan tentang Sinterklas, Menteri katakan, itu bukan soal agama, tapi kebiasaan sejak jaman Belanda. (DTS).

Jakarta, Suara Karya

Sumber: SUARA KARYA (22/12/1980)

Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku V (1979-1980), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 904-905.

 

 

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.