Hartarto: Pak Harto Memiliki Wawasan Jauh Ke Depan

Wawasan Jauh Ke Depan

Hartarto (Menteri Perindustrian dalam Kabinet Pembangunan V)

Saya bertemu pertama kali dengan Bapak Presiden Soeharto pada waktu terjadinya krisis semen tahun 1979, dimana ketika itu saya menjabat sebagai Direktur Jenderal Industri Kimia Dasar. Beliau memanggil saya ke Bina Graha untuk memberikan laporan tentang keadaan pabrik-pabrik semen. Masalah yang beliau tanyakan antara lain adalah posisi supply-demand semen di dalam negeri.
Beliau juga bertanya tentang pemanfaatan kapasitas terpasang dari masing-masing pabrik yang ada di saat itu,
Dalam pertemuan itu, beliau juga memberikan petunjuk-petunjuk, dimana antara lain beliau mengatakan agar diperhitungkan dengan seksama penentuan supply-demand semen di dalam negeri. Beliau memberikan petunjuk agar kapasitas yang ada dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya, sehingga jumlah semen Yang diekspor dapat meningkat tanpa mengganggu penyediaan semen di dalam negeri.
Suatu hal yang amat mengesankan saya sampai sekarang ini mengenai pertemuan saya yang pertama dengan beliau itu adalah bahwa beliau memberikan semua petunjuk itu dengan cara yang amat halus, sebagai seorang bapak menyampaikan petunjuk-petunjuk kepada anaknya. Tidak ada kesan sama sekali pada saya bahwa beliau marah. Ketika saya keluar dari ruangan beliau dan bertemu dengan Bapak Sudjono Humardani almarhum, maka Pak Djono bertanya bagaimana petunjuk Pak Harto. Saya menceritakan kepadanya apa yang telah terjadi dan segala petunjuk yang telah diberikan Bapak Presiden tadi. Pak Djono langsung mengatakan kepada saya bahwa kalau begitu petunjuk Bapak Presiden, maka sebenarnya beliau marah.
Apa yang mengesankan saya dari kejadian ini adalah bahwa beliau itu marah akan tetapi yang dimarahi tidak merasakannya. Jadi marah beliau itu adalah demikian halusnya sehingga tidak terasa oleh yang dimarahi. Nah, inilah yang paling terkesan bagi saya. Karena itu, mulai dari saat itu saya pelajari bagaimana sifat-sifat Bapak Presiden, agar saya dapat mengetahui kapan Bapak itu marah dan kapan beliau itu tidak marah. Jadi dari petunjuk-petunjuk Bapak Presiden itu kita sebenarnya dapat mengetahui apakah beliau marah atau tidak. Sekarang saya telah biasa dan dapat mengetahuinya dengan baik.
Kesan yang saya peroleh pada waktu pertama kali berjumpa dengan beliau adalah bahwa beliau adalah seorang yang penyabar. Walaupun beliau dalam keadaan marah, kata-kata yang beliau keluarkan itu tetap halus. Ini membuktikan bahwa beliau itu adalah seorang yang penyabar. Karena itu, untuk mengetahui pribadi Pak Harto dalam bentuk yang lebih mendalam saya mulai mempelajari pemikiran-pemikiran beliau, baik sebagai pribadi maupun sebagai Presiden. Saya juga bertanya-tanya kepada para senior yang sudah lama membantu beliau.
Setelah mempelajari semuanya itu, saya sampai kepada kesimpulan bahwa Pak Harto itu sesungguhnya adalah seorang negarawan yang memiliki wawasan jauh ke depan. Beliau mempunyai komitmen yang sangat kuat untuk meningkatkan kemampuan bangsa ini melalui suatu proses pembangunan yang berlangsung secara kontinyu, baik dalam bidang ideologi-politik, ekonomi, sosial-budaya maupun pertahanan-keamanan. Dan untuk ini secara amat mendasar beliau berpegang teguh kepada Pancasila, UUD 1945 dan GBHN. Kemudian beliau jabarkan pula tugas setiap kabinet yang beliau pimpin sendiri dalam bentuk Repelita demi Repelita, dimana sekarang kita sedang merealisasikan Repelita V.
Dalam bidang ekonomi, selain beliau memperhatikan pertumbuhan ekonomi pada umumnya, beliau memberikan perhatian yang sangat besar terhadap terwujudnya tatanan ekonomi nasional yang bersumber pada pasal 33 UUD 1945, yaitu terciptanya peran koperasi yang kuat, dan keterkaitan yang luas antara tiga pelaku ekonomi di negara ini, yaitu: koperasi, swasta dan BUMN.
Petunjuk-petunjuk yang diberikan Bapak Presiden itu menjadi acuan bagi para pembantu beliau. Dan karena saya adalah pembantu beliau di bidang perindustrian maka bidang ekonomi inilah yang saya mantapkan. Namun dalam pada itu, saya juga memperhatikan segi-segi yang lain, seperti segi politik. Saya memperhatikan komitmen beliau yang sangat besar terhadap Pancasila, sehingga Pancasila sebagai satu-satunya asas telah dapat ditetapkan dalam sidang MPR yang lampau. Di sini jelas sekali terbukti bahwa beliau adalah seorang Presiden yang memiliki pandangan jauh ke depan, yaitu pandangan seorang negarawan. Peristiwa ini sekaligus juga membuktikan bahwa beliau adalah seorang ahli strategi yang terkemuka. Dalam melaksanakan program-program politik, salah satu ciri yang paling menonjol dari beliau adalah bahwa beliau itu selalu konsisten. Mungkin ada juga orang lain yang mempunyai strategi jangka panjang seperti itu, akan tetapi tidak konsisten dalam pelaksanaannya, sehingga akibatnya strategi itu menjadi tidak terarah. Kekonsistenan beliau tampak sekali dalam swasembada pangan, dan juga dalam pengembangan industri yang tidak lepas dari keterlibatan beliau dalam mengarahkan bidang ini.
Dalam bidang perindustrian ini, saya dapat mengemukakan contoh-contoh yang kongkrit. Selama periode Pelita IV, sebagai Menteri Perindustrian, saya menghadapi periode yang sulit, terutama mulai dari tahun 1983 sampai dengan tahun 1985.
Di waktu itu situasi perekonomian kita ditandai oleh turunnya harga minyak, sehingga pertumbuhan perekonomian nasional menurun apabila dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Turunnya per kembangan ekonomi itu menyebabkan banyaknya terjadi pemutusan, hubungan kerja (PHK) pada perusahaan-perusahaan. Berita-berit PHK itu selalu menempati halaman pertama surat-surat kabar, sehingga sangat mempengaruhi para pengusaha, baik dari swasta maupun dari BUMN. Sebabnya adalah karena berita-berita seperti itu memberikan kesan seolah-olah seluruh dunia industri di negara ini ditimpa situasi kelesuan. Padahal 60% dari industri nasional mengalami pertumbuhan yang cukup baik, sisanya sekitar 40% mengalami kelesuan. Disamping itu, para pengusaha kita saat itu dapat dikatakan hanya melakukan orientasi pasar di dalam negeri saja, karena mereka umumnya belum mengenal pasaran ekspor.
Selain itu banyak sekali terdapat kritik-kritik di surat-surat kabar, baik dari kalangan anggota masyarakat maupun para pengamat dan bahkan juga dari kalangan pejabat sendiri. Sering dikatakan bahwa industri kita berada dalam keadaan yang tidak dapat bersaing, tidak bisa mengekspor, dan tidak mungkin diandalkan bagi penerimaan devisa. Dan dikatakan bahwa untuk menjadi efisien, maka perlu segera diadakan deregulasi.
Dalam menghadapi tantangan yang berat maka saya dan staf bekerja keras melakukan tindakan penyelamatan dengan jalan menyusun langkah-langkah strategis yang dilakukan secara bertahap, sekaligus meletakkan kerangka landasan dalam membina industri nasional. Langkah-langkah ini tentu saja tidak dapat kelihatan hasilnya sekaligus, akan tetapi memerlukan waktu untuk berkembang. Setelah rencana ini rampung maka kami melaporkannya kepada Bapak Presiden. Setelah beliau memberikan petunjuk-petunjuk dan perbaikan-perbaikan di sana sini maka langkah-langkah strategis itu telah dapat dipakai sebagai pegangan dari saat itu sampai hari ini, dan juga untuk waktu-waktu mendatang. Rencana-rencana yang telah kita buat itu kita namakan peta kerangka landasan. Setelah langkah-langkah tersebut selesai dirumuskan dan memperoleh petunjuk-petunjuk lebih lanjut dari beliau, maka sejak tahun 1984, telah menjadi arah kebijaksanaan pengembangan industri nasional.
Saya dapat memastikan bahwa masa-masa antara tahun 1983 dan 1985 itu merupakan masa yang tersulit dalam kehidupan saya. Kadang-kadang timbul keraguan dalam pikiran saya apakah saya akan dapat berhasil dalain usaha ini atau tidak. Dalam hal ini saya tidak akan pernah melupakan Bapak Presiden yang selalu memberikan dukungan dan dorongan yang tidak putus-putusnya. “Jalan terus! Teruskan!”, demikianlah kira-kira saripati dari sikap beliau dalam menghadapi usaha kami yang kadang kadang diliputi keraguan itu. Kami merasa sangat tenang dan tenteram karena Bapak Presiden sangat konsisten dalam menunjang program-program yang dilakukan oleh Departemen Perindustrian, terutama dalam mengembangkan cabang-cabang industri tertentu, baik untuk pasaran ekspor maupun pasaran dalam negeri.
Bagi saya dorongan Bapak Presiden itu menimbulkan semangat yang sangat kuat, sehingga menumbuhkan keyakinan, semangat yang bergelora dan tekad yang membaja. Pada akhir tahun 1986, hasilnya sudah mulai kelihatan, diminta telah dua tahun berturut-turut, yaitu tahun 1985 dan 1986 pertumbuhan sektor industri telah berada di atas pertumbuhan ekonomi nasional. Berdasarkan hal tersebut, saya melapor kepada Bapak Presiden, dimana antara lain saya menyampaikan usul bahwa sudah waktunya dilakukan deregulasi. Dan beliau berkenan menyetujuinya. Dengan demikian pada waktu deregulasi itu benar-benar dilaksanakan maka pelaksanaannya sama sekali tidak membawa korban, karena telah diletakkan diatas dasar-dasar yang kuat.
Akhirnya pada tahun terakhir Repelita IV, industri nasional telah berkembang secara mantap, baik industri dasar maupun aneka industri dan indusri kecil. Demikian pula peningkatan ekspor basil industri, pengembangan kemampuan rancang bangun dan perekayasaan dalam pembuatan mesin-mesin, mesin peralatan pabrik dan pembangunan pabrik-pabrik secara utuh mulai dari perencanaan, engineering, pelaksanaan konstruksi pabrik-pabrik dengan teknologi canggih, seperti pabrik-pabrik pupuk ZA, urea, TSP, Petrokimia, semen dan lain-lain. Sungguh membesarkan hati warga Departemen Perindustrian bahwa Bapak Presiden dalam sidang Kabinet bulan; April 1988 menyatakan bahwa dalam periode Pelita IV, sektor industri telah berhasil meletakkan kerangka landasan bagi pengembangan industri nasional. Beliau antara lain melihat dari segi kemampuan rancang bangun dan perekayasaan, karena kekuatan tersebut akan menjadi inti kemandirian bangsa Indonesia dalam memasuki periode tinggal landas yang akan datang.
Dari uraian di atas dapat saya ringkaskan bahwa dengan sikap konsisten Bapak Presiden dalam menunjang dan mendukung ke bijaksanaan pembinaan industri yang telah digariskan itu pada periode yang sulit pada tahun 1983, 1984 dan 1985, maka Departemen Perindustrian dengan seluruh aparaturnya dapat bekerja dengan tenang dalam menjalankan tugas-tugas yang berat itu.
Saya tidak akan dapat melupakan saat-saat ketika demikian banyaknya kritik ditujukan ke alamat saya. Antara lain dikatakan bahwa industri tidak bisa jalan, bahwa kebijaksanaan Menteri Perindustrian menyimpang dari garis-garis yang telah ditentukan Mandataris, dan lain-lain sebagainya. Dalam saat-saat yang demikian Pak Harto selalu membacking saya secara konsisten, selalu mendorong untuk maju terus, sehingga saya di Departemen Perindustrian dapat berjalan terus dengah tenang dan tenteram. Hal ini tidak akan dapat saya lupakan seumur hidup saya.
Dalam hubungan saya dengan Bapak Presiden ada satu hal yang tidak boleh dilupakan. Bapak Presiden adalah Mandataris MPR, sedangkan saya adalah pembantu beliau. Jadi beliaulah yang bertanggungjawab kepada rakyat melalui MPR. Karena itu segala kebijaksanaan dan program operasionalnya, baik jangka panjang, jangka sedang maupun jangka pendek, harus dilaporkan kepada beliau. Demikian pula apabila timbulmasalah-masalah yang prinsipil sayaharus melaporkannya kepada beliau untuk mendapatkan cara pemecahannya.
Dalam keadaan yang sulit saya umumnya melapor kepada beliau seminggu sekali, karena banyak sekali masalah yang dihadapi dan dalam pada itu kami juga harus melaporkan tentang perkembangan monitoring bulanan. Saya melaporkan segala sesuatunya dengan selengkap mungkin, lengkap dengan angka-angkanya, agar beliau mengetahui segala-galanya. Kita harus menyadari bahwa bidang beliau itu luas sekali, seperti bidang Kesra, Hankam, Politik dan lain-lain. Jadi kita harus tahu diri. Namun dalam keadaan sekarang ini saya menganggap perlu memberikan laporan kepada Bapak Presiden rata-rata dua minggu sekali. Biasanya sayalah yang memohon kepada beliau agar diberi waktu untuk memberikan laporan. Dalam keadaan-keadaan tertentu, beliau meminta saya untuk datang menghadap. Ini masalahnya dinamis. Kita yang pembantu; kitamempunyai saran-saran yang harus mendapat persetujuan dan petunjuk lebih lanjut dari beliau. Dan kebijaksanaan itu banyak sekali jumlahnya
Bapak Presiden adalah orang yang menguasai permasalahan sampai kepada perincian-perinciannya. Karena itu kita harus benar-benar hati-hati agar jangan sampai ada angka-angka yang salah dalam laporan, karena nanti kit a sendiri yang kena. Dan juga harus
dijaga bahwa kita melaporkan segala sesuatunya dalam bentuk seadanya, baik. mengenai kemajuan-kemajuan yang telah dicapai maupun kegagalan-kegagalan yangditemui. Kita harus rhelaporkan segala sesuatunya sebagaimana adanya.
Sebagai contoh dapat dikemukakan misalnya laporan saya mengenai pengembangan industri jewellery, yang baru pertama kali kita adakan. Setelah kita letakkan kebijaksanaan dasarnya, maka perkembangannya kita monitor setiap bulan. Tahun 1987 ekspor perhiasan hanya mencapai US$600.900. Tahun 1988 meningkat menjadi US$75.000.000. Jadi dengan memberikan angka-angka seperti ini, beliau dapat mengikutinya dengan baik. Tetapi disamping itu ada pula misalnya kebijaksanaan di bidang otomotif yang tertunda kurang-lebih satu tahun. Kita sudah mengadakan program full manufacturing. Namun program ini tertunda. Dengan langkah langkah yang diambil, dan investasi yang saat ini sedang dilakukan,program full manufacturing akan selesai pada tahun 1990/1991, khususnya untuk kendaraan komersial kategori I.
Hal ini juga harus kita laporkan. Kita harus melapor kan segala sesuatunya, yang baik dan yang jelek. Bapak Presiden jelas menginginkan suatu masyarakat teknologi sebagai masa depan bangsa Indonesia. Dalam bidang industri misalnya nya pada permulaan Pelita IV beliau sudah menyetujui agar bangsa kita mampu menangani pembangunan yang canggih-canggih, meliputi dari perencanaannya, rancang bangunnya, rekayasanya dan pelaksanaan dari pembangunan serta pembuatan mesin-mesin di dalam negeri. Hal seperti ini akan memberikan ciri-ciri kemandirian bangsa dalam proses industrialisasi. Beliau berpikir kalau kita bangun pabrik hanya dengan jalan menyerahkannya saja pada kontraktor-kontrakontraktor Jepang dan Amerika Serikat misalnya, maka ini adalah suatu hal yang memalukan.
Namun sekarang ini, alhamdulillah, pembangunan pabrik pupuk petrokimia, pabrik kertas, pabrik besi baja dan pabrik semen, semuanya telah dikerjakan oleh putera-putera Indonesia sendiri. Disamping itu, biaya yang dikeluarkan 30% lebih murah daripada kalau dikerjakan oleh kontraktor asing. Mesin-mesinnya juga telah mulai dibuat di dalam negeri.
Inilah yang telah digambarkan Presiden Soeharto dalam Repelita IV. Ini tidak gampang, dan menggodoknya juga cukup berat. Akhirnya Bapak Presiden sendiri berkenan meresmikan beberapa proyek yang kita tangani sendiri. Ini merupakan titik awal dari penguasaan teknologi canggih. Disamping itu juga kita kembangkan pembuatan mesin peralatan pabrik dalam negeri, kapal terbang, alat-alat berat, kapal-kapal dan peralatan lepas pantai. Telah mulai dibuat sepenuhnya di dalam negeri mobil untuk niaga, peralatan mesin-mesin untuk pupuk, LNG dan petrokimia. Semuanya ini berdasarkan penguasaan atas teknologi canggih. Sebagai suatu bangsa yang membangun, maka penguasaan teknologi canggih itu adalah mutlak perlu. Dalam periode Pelita IV pengembangan penguasaan teknologi yang dilakukan bangsa Indonesia adalah penguasaan teknologi dengan dasar yang luas (broad-based technology), mulai dari teknologi tepat guna yang sederhana, madya dan tinggi. Hal ini tercermin dalam:

Kelompok Industri kecil:

a. antara lain dapat disebut, para petani/pengrajin dapat menguasai teknologi penyulingan nilam, kenanga, dan lain-Iain;
b. para pengrajin dapat menguasai teknologi pembakaran keramik;
c. demikian pula teknologi pengolahan batu aji, teknologi pengecoran logam dan non-jerous;
d. pembibitan ulat sutera dan sebagainya;

Kelompok Aneka Industri

Kelompok aneka industri pada umumnya menguasai teknologi tepat guna madya, perkembangan penguasaan teknologi dalam kelompok ini sangat pesat;

Kelompok Industri Dasar

Kelompok industri dasar yang menguasai teknologi canggih. Perkembangan teknologi dalam kelpmpok ini sangat pesat, bahkan telah mampu menjadi inti dari penguasaan teknologi dalam rancang bangun dan perekayasaan di Indonesia.

Dengan langkah-langkah tersebut dan dengan dukungan universitas-universitas, insya Allah bangsa Indonesia semakin cepat dapat menguasai dan mengembangkan teknologi secara mantap.
Kalau kita berbicara mengenai kemampuan daya saing produksi kita di luar negeri, maka dapat saya sampaikan bahwa dalam hal industri yang memanfaatkan bahan baku, bahan penolong dan komponen-komponen dalam negeri, demikian pula yang padat karya, maka industri ini memiliki daya saing yang kuat sekali. Inilah salah satu hal yang mendorong ekspor kita. Kalau dibandingkan dengan Jepang, Korea, Taiwan, Hongkong dan Singapura, daya saing kita untuk industri-industri tersebut jauh lebih kuat. Muangthai dapat dianggap saingan kita yang seimbang, namun asal saja kita mau bekerja keras, kita jauh lebih kuat. Tanda-tanda kemajuan kita dalam bidang ekspor industri ini telah mulai kelihatan pada tahun yang lalu ketika kita telah mengekspor sebanyak US$9,3 milyar, jadi sudah jauh di atas ekspor migas. Pada akhir Pelita V nanti, insya Allah, kita bisa mencapai US$19 milyar dari total ekspor nasional. Inilah tujuan kita.
Dalam hubungannya dengan kemajuan di bidang industri ini banyak orang berbicara tentang transfer of technology. Dalam hal ini dapat ditegaskan bahwa pada hakikatnya teknologi itu tidak dapat diperoleh begitu saja, melainkan harus direbut. Untuk itu kita harus bekerja keras sekali. Transfer of technology itu tidak dapat terjadi secara cuma-cuma saja. Malah ada yang harus dicuri. Kita harus mengirim orang ke negara-negara maju untuk merebut teknologi itu. Jadi transfer of technology itu tidak akan terjadi secara ikhlas saja. Pusat-pusat penguasaan teknologi utamanya, terletak pada beberapa industri pengolahan. Karena, pada industri-industri tersebut terdapat ahli proses, ahli mesin, ahli listrik dan sebagainya, yang telah berkecimpung dalam waktu yang lama, dari perencanaan, pembangunan pabrik, dan pada akhirnya bergerak dalam produksi, pemeliharaan dan litbang. Tenaga-tenaga inilah yang merupakan inti dari kemampuan rancang bangun dan perekayasaan, sehingga memungkinkan bangsa kita untuk menangani pembangunan pabrik sendiri, demikian pula pembuatan mesin-mesin di dalam negeri.
Memang di luar negeri, disamping negara-negara industri yang telah lama terkenal, terdapat pula beberapa negara yang cukup menonjol kemajuannya di bidang industri ini, yaitu yang dinamakan dengan negara-negara industri baru. Negara-negara itu adalah Taiwan, Korea Selatan, Hongkong dan Singapura.

Singapura memang negara kecil, tetapi tidak memiliki basis lain, kecuali industri. Muangthai telah mengalami perkembangan yang pesat karena masuknya modal asing. Korea, Taiwan dan Hongkong memang sudah lama mengalami perkembangan yang pesat. Akan tetapi, menurut laporan terakhir dari Bank Dunia, ada tiga negara yang akan bergabung kedalam barisan NIC lapisan kedua, yaitu Indonesia, Malaysia, dan Muangthai.
Bagi kita sendiri sebenarnya saya telah melihat tanda-tanda fisik, misalnya sumbangan sektor industri dalam PDB tahun 1988 mencapai 18,4% (red=angkanya harus di cek ke sumber bukunya, karena copy yang kurang jelas). Ini merupakan titik awal dari suatu perkembangan yang pesat. Kelompok aneka industri sebenarnya telah tinggal landas. Sebagai contoh, kalau pemerintah mengatakan peluang dalam rotan dibuka; maka telah ada 320 buah pabrik yang telah jadi. Itu semuanya jalannya menggelinding. Jadi saya perkirakan kita akan menjadi negara industri baru dalam waktu yang tidak terlalu lama lagi. Namun saya tidak pernah menggembar-gemborkan hal ini. Saya hanya menegaskan bahwa yang penting adalah kita harus bekerja keras untuk dapat meningkatkan pertumbuhan industri. Soal NIC atau tidak, itu bukan kita yang menentukan, tetapi orang lain. Dan basis dari pada pertumbuhan industri kita sekarang ini kerangka landasannya telah kita letakkan dalam tahun-tahun 1983, 1984 dan 1985 sebagaimana telah saya kemukakan di atas tadi, justru pada periode yang sulit. Saya tidak pernah menceritakan hal ini di koran-koran. Namun periode yang sulit itu ini merupakan hikmah dan bahkan menjadi the turning point bagi kebangkitan industri nasional dan orientasi ekspor.
Dalam pelaksanaan tugas sehari-hari sebagai Menteri Perindustrian, saya tidak merasakan adanya pembatasan apa-apa dari Bapak Presiden dalam memimpin Departemen Perindustrian. Saya percaya bahwa setiap pembantu beliau mempunyai keleluasaan penuh uhtuk mengembangkan bidang tugasnya masing masing.
Akan tetapi beliau selalu memberikan petunjuk-petunjuk. Dalam memasuki tiap tiap Repelita, beliau selalu merumuskan kebijaksanaan kabinet. Dalam memberikan petunjuk itu maka sumber dan dasarnya yang paling utama adalah UUD 1945 dan GBHN. Itulah reference untuk kita kembangkan. Selesai dengan perumusan kebijaksanaan, lalu kita godok. Setelah itu kita harus melapor kembali kepada beliau untuk mendapat petunjuk-petunjuk lebih lanjut, dan setelah itu baru kita jalankan.
Berdasarkan petunjuk-petunjuk tersebut, saya diberi keleluasa an untuk menyusun program pembinaan dan pengembangan industri nasional. Sebagai contoh, dalam periode Pelita IV Departemen Perindustrian telah menyusun peletakan kerangka landasan untuk pembinaan dan pengembangan industri nasional, yang telah disempurnakah berdasarkan petunjuk-petunjuk Bapak Presiden, yang intinya adalah sebagai berikut. Pertama, peletakan langkah strategi utama, yaitu Pola Pengembangan Industri Nasional, yang berintikan enam butir, dengan pokok-pokok: a. Pengembangan industri nasional yang diarahkan untuk pendalaman dan pemantapan struktur industri serta sejauh mungkin dikaitkan dengan sektor ekonomi lainnya; b. Pengembangan industri permesinandan elektronika; c. Pengembangan industri kecil; d. Pengembangan ekspor komoditi industri; e. Pengembangan litbang terapan dan penguasaan teknologi rancang bangun dan perekayasaan; dan Pengembangan kemampuan wiraswasta dan tenaga profesi
Kedua, kebijaksanaan peletakan langkah strategis utama tersebut didukung oleh tiga langkah penunjang, yaitu (1) Peletakan landasan hukum dan peraturan perundang-undangan dalam pengaturan, pembinaan dan pengembangan industri nasional;(2) Pengelompokan industri nasional dalam tiga kelompok utama, yaitu industri dasar, aneka industri dan industri kecil dan (3). Konsolidasi dan pengembangan secara kontinyu aparatur pemerintah dan dunia usaha.
Langkah strategis tersebut dijabarkan kedalam langkah-langkah operasional. Langkah-langkah operasional diperlukan agar kebijaksanaan industrialisasi dapat berjalan sesuai dengan harapan dan dapat mendorong kreativitas dunia usaha dan untuk mengembangkan industri nasional, baik untuk pasaran dalam negeri maupun pasaran ekspor. Langkah-langkah operasional tersebut menyangkut dua aspek, yaitu. (1) Aspek Makro, dimana secara kontinyu pemerintah menyempurnakan iklim industri agar daya saing industri dan dorongan investasi semakin mantap; dan (2) Aspek Mikro, yang mencakup mengarahkan pembinaan industri per komoditi dengan memperhatikan keterkaitan yang luas, mendorong para pengusaha untuk mengadakan konsolidasi kemampuan dunia usaha secara luas, dan memperkuat asosiasi sebagai dorongan untuk meningkatkan pertumbuhan “bapak angkat” dalam mengembangkan industri kecil. Langkah-langkah operasional ini menjadi pedoman pokok bagi seluruh aparat Departemen Perindustrian.
Dengan demikian apa yang kita lakukan dalam proses industrialisasi bukan hanya membangun pabrik-pabrik saja, tetapi yang kita bangun adalah masyarakat industri yang luas, terutama melalui pengembangan industri kecil, aneka industri dan industri dasar. Demikian pula pengembangan kewiraswastaan dalam arti yang luas, tenaga-tenaga profesi dan penguasaan teknologi dalam perangkat lunak, dalam rancang bangun dan perekayasaan untuk pembuatan mesin-mesin/peralatan pabrik maupun dalam pembangunan pabrik secara utuh. Keseluruhan usaha tersebut dilandasi oleh program keterkaitan dalam arti yang luas, sehingga mampu meningkatkan nilai tambah yang lebih besar. Dengan demikian, kerawanan-kerawanan .yang timbul dalam.proses industrialisasi dapat kita hindarkan, karena partisipasi masyarakat semakin meningkat.
Setelah•semua pola ini kita selesaikan, maka saya melaporkannya kepada Bapak Presiden. Dalam membicarakan masalah ini dengan beliau tenjadi dialog yang lama sekali, dimana beliau mengemukakan petunjuk petunjuk mengenai setiap tahap yang kami kemukakan. Setelah itu selesai, maka semuanya itu kami jabarkan secara operasional, dan ini mempunyai nilai strategis dalam sejarah perkembangan industri nasional.
Hal ini dapat dianggap sebagai landasan landasan yang berguna bagi, perkembangan industri di negara kita,. dan, mempunyai nilai strategis; karena sudah dicantumkan dalam GBHN.
Pertentangan pendapat antara Bapak Presiden dengan para pembantunya tidak akan mungkin terjadi karena para pembantu itu tidak lain adalah staf saja. Apa yang dilakukan oleh para staf itu adalah memberikan alternatif-alternatif solusi, dan membeberkan untung ruginya dari masing-masing alternatif itu. Saya sebagai Menteri Perindustrian juga melakukan hal seperti itu. Saya mengemukakan alternatif-alternatif disertai dengan penjelasan untung rugi masing-masing. Akan tetapi yang mengambil putusan terakhir adalah beliau sendiri. Putusan yang beliau ambil itu tentu saja berdasarkan pemikiran yang lebih luas lagi, dipandang dari segi yang lebih luas pula. Dan kalau beliau telah memutuskan alternatif yang akan diambil, maka kita sebagai staf harus mengemban putusan tersebut. Dan itulah sikap yang selalu kita ambil.
Kalau misalnya ada usul-usul saya yang tidak diterima Bapak Presiden, tentu saja saya tidak akan menjalankannya. Namun biasanya karena beliau memandang persoalan dari segi yang lebih luas, maka yang ternyata benar itu adalah apa yang diputuskan Bapak Presiden itu. Sebagai contoh dapat saya kemukakan masalah susu yang pernah diributkan dahulu. Departemen Perindustrian menyarankan agar diadakan pabrik pengolahan susu di Jawa Timur, Jawa Tengah dan Jawa Barat, untuk menampung susu yang pernah dibuang itu. Nah, ketika itu Bapak Presiden memutuskan bahwa untuk Jawa Timur pabrik itu tidak usah didirikan dan agar susu itu langsung saja dibawa ke pabrik, tanpa diolah terlebih dahulu. Ternyata apa yang beliau kemukakan itu benar, karerta yang diolah justru malah merepotkan.
Dan, disamping itu adalah kenyataan bahwa Pak Harto sangat memperhatikan kebutuhan rakyat kecil. Hal ini jelas sekali apabila kita perhatikan perhatian beliau yang sangat besar terhadap masalah-masalah pertanian. Beliau juga mendambakan tumbuh dan kuatnya KUD. Ini jelas untuk kepentingan rakyat kecil. Tentu saja hal ini belum bisa terlaksana dengan baik, dan masih belum apa-apa. Namun dalam hal ini yang salah adalah aparat pelaksananya.
Dalam bidang perindustrian dapat pula dikemukakan bagaimana committed-nya beliau terhadap rakyat kecil, melalui perhatian beliau yang sangat besar terhadap pengembangan industri kecil. Kalau misalnya sekarang ini industri kecil belum berkembang sebagaimana mestinya maka yang salah dalam hal ini adalah Menteri Perindustrian. Beliau melihat bahwa sebagian terbesar dari rakyat kita masih berada dalam kelompok pertanian. Karena itu pendapatan mereka pada umumnya belum tinggi, dan beliau menghendaki agar ditingkatkan nilai tambahnya. Dan kita harus mengusahakan penambahan ini, karena masalah-masalah ini dapat menimbulkan kerawanan-kerawanan sosial. Beliau menjabarkan kesenjangan-kesenjangan ini, dan beliau menghendaki peningkatan hidup masyarakat. Karena itu pada periode Pelita IV telah mulai dikembangkan usaha-usaha peningkatan pendapatan rakyat di pedesaan melalui pendirian industri kecil pedesaan. Antara lain dapat disebutkan pengolahan minyak nilam, arang tempurung, pengolahan minyak pala, industri pengolahan batu aji, peningkatan mutu karet alam, dan sebagainya. Beliau berpendapat bahwa kita harus memikirkan bagian rakyat yang terbesar itu. Oleh karena itu di bidang perindustrian, industri kecil mendapat perhatian utama. Walaupun saya sendiri tidak puas dengan apa yang telah dicapai sekarang ini, maka yang salah bukanlah beliau, akan tetapi pembantu-pembantunya, termasuk saya sendiri.
Akhirnya, apa yang paling menarik dari Presiden Soeharto adalah bahwa beliau itu konsisten dalam menjalankan tugasnya dan sangat memperhatikan kepentingan rakyat kecil. Dalam sektor perindustrian beliau memberikan penuh perhatian kepada pengembangan industri kecil. Bagi saya yang amat menonjol dari beliau adalah apa apa yang telah saya kemukakan tadi, yaitu: tegas, konsisten, strategis dan sabar. Itu susah. Ilmunya itu tinggi.

***

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.