ICHTISAR PERS: ANGKATAN BERSENDJATA [1]
Djakarta, Berita Yudha
Beberapa surat kabar di Ibukota kemarin mengemukan faktor2 filosofis bagaimana kita memulihkan kembali keamanan dan ketenangan masjarakat, sesudah kedok keteroran dan petualangan apa jang dinamakan “Gerakan 30 September” dibeberkan kepada umum.
Angkatan Bersendjata tentang Kebenaran & Keadilan harus ditegakkan menjatakan bahwa pada achirnja jang munafik harus dihadapi dengan Firman Tuhan tsb. barulah kebenaran dan keadilan jang hakiki itu berdiri tegak Plintat-plintut harus dihadapi dengan pedoman Tuhan, pedoman Pantjasila. Dalam hal tersebut benarlah apa jang dikatakan oleh Presiden/Pangti ABRl bahwa kita tidak boleh dendam, harus berkepala dingin, karena dendam adalah sifatnja orang munafik. Tapi garis tegas perlu, sebagai pedoman untuk melaksanakan kebidjaksanaan Presiden/Pangti ABRI tersebut.
Dalam hubungan dengan kontra revolusi Gestapu, maka kebenaran harus tegak, terlepas sama sekali dari persoalan phobi, tapi kenjataan jang berkata. Kebenaran bahwa PKI-Aidit tidak bisa lepas dari perbuatan berdarah. Gestapu dan kup dengan Dewan2 Revolusinja jang menjingkirkan Bung Karno dari segala fungsi dan djabatan beliau. lni kenjataan dan begitulah benarnja. Semoga Tuhan tetap melindungi Bung Karno dan Revolusi Indonesia”. Demikian A.B. (DTS)
Sumber: BERITA YUDHA(09/10/1965)
[1]Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku I (1965-1967), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, Hal 86.