INDONESIA BERIKAN BANTUAN KEPADA PLO 2 JUTA DOLAR AS

INDONESIA BERIKAN BANTUAN KEPADA PLO 2 JUTA DOLAR AS [1]

 

Tunis, Suara Karya

Indonesia memberi bantuan sejumlah 2 juta dolar AS kepada PLO. Bantuan itu disampaikan oleh Presiden Soeharto kepada Presiden Palestina Yasser Arafat, dalam pertemuan Selasa sore di Istana Essada La Maisa, Tunis, tempat menginap Presiden Soeharto.

Presiden Palestina Yasser Arafat ketika berkunjung ke Indonesia belum lama ini mengajukan permintaan bantuan sebesar 5 juta dolar AS. Bantuan itu akan digunakan oleh Palestina untuk membiayai pembangunan prasarana dan sarana di negara itu yang kini keadaannya rusak parah, demikian wartawan Suara Karya, Agustianto melaporkan dari Tunis semalam.

Presiden Soeharto menyatakan bahwa Indonesia menyambut baik terobosan positif dan berani yang diajukan oleh PLO danIsrael dalam mengakhiri hubungan yang suram antara kedua bangsa yang telah berlangsung hampir setengah abad. Selama itu kedua bangsa diwarnai oleh sengketa, permusuhan, tindak kekerasan, bahkan beberapa kali perang.

Penandatanganan persetujuan awal PLO Israel bagi pemerintahan sendiri Palestina di wilayah-wilayah pendudukan. Menurut Ketua GNB Soeharto merupakan langkah awal yang memberikan harapan baru. “Kita berharap langkah awal ini akan meluruskan jalan untuk terwujudnya akhir yang dicita-citakan bangsa Palestina yang merdeka dan berdaulat penuh di tanah airnya sendiri, serta langkah awal dalam penyelesaian yang menyeluruh dan adil dari konflik Arab Israel,” kata Presiden Soeharto.

Pertemuan Dengan Ben Ali

Hari pertama kunjungan Presiden Soeharto di Tunisia langsung melakukan pertemuan 4 mata dengan Presiden Tunisia, Ben Ali di Istana Chartage. Pertemuan itu diikuti pula dengan pertemuan tingkat menteri. Dari Indonesia para menteri yang melakukan pertemuan adalah Mensesneg Moerdiono dan Menteri Perindustrian, Tunky Ariwibowo.

Mensesneg Moerdiono mengemukakan bahwa dalam pertemuan itu Tunisia berharap agar Indonesia meningkatkan peranannya dalam pembangunan di Tunisia. Setelah industri tekstil Indonesia PT. Texmaco melakukan investasi di Tunisia, Indonesia diharapkan juga ikut membangun kapal untuk negara ini yang akan digunakan untuk menghubungkan negara itu dengan benua Eropa.

Pengadaan kapal itu dilakukan melalui tender. Indonesia menurut Moerdiono telah merencanakan mengikutsertakan PT. PAL dan PT. Kodja dalam tender pengadaan kapal di Tunisia itu. Ben Ali menjanjikan kepada Presiden Soeharto untuk membantu pemasaran produk Indonesia memasuki pasar Eropa dengan bea masuk nol persen. Jika proses produksinya di Tunisia mendapat nilai tambah 40 persen.

Timpang

Presiden Soeharto dan Ibu Tien, Senin malam dijamu oleh Presiden Ben Ali di Istana Chartage.Presiden Soeharto pada kesempatan itu memberi sambutan yang menyoroti masalah ketimpangan pola hubungan negara maju dengan negara yang sedang membangun.

Presiden Soeharto mengatakan, pengelompokan pengelompokan ekonomi regional di lingkungan negara-negara maju cenderung bertambah kuat dan proteksionistik. Pengelompokan itu dapat bersifat positif apabila tetap membuka diri terhadap produk-produk negara yang sedang membangun. Tapi jika mereka menutup diri, maka kepincangan dunia dan ketidakadilan di bidang ekonomi akan bertambah besar dan pada gilirannya dapat menjadi suatu awal bencana di masa mendatang.

Presiden Soeharto juga mengatakan bahwa tata ekonorni dunia yang dewasa ini masih sarat dengan ketirnpangan dan ketidakadilan memang perlu diatasi bersama . Untuk itu negara negara yang sedang membangun perlu meningkatkan kerja sama Selatan-Selatan, tanpa mengurangi pentingnya memelihara kerja sama Utara-Selatan. “Saya yakin bahwa kedua negara kita menganut pendirian yang sama, yang sedang membangun melalui wadah Gerakan Non Blok,”kata Presiden Soeharto.

Menyinggung hubungan Indonesia-Tunisia, Presiden Soeharto mengemukakan bahwa persahabatan tersebut mempunyai dasar yang kuat, karena Tunisia dan Indonesia sama-sama memperoleh kemerdekaannya melalui perjuangan yang gigih. “Kedua bangsa kita memiliki pandangan yang sama terhadap berbagai hal yang mendasar, karena kita sama-sama anti penjajahan dalam segala wujudnya dan memegang teguh prinsip-prinsip hidup berdampingan secara damai,”kata Presiden.

Penyambutan Tunisia terhadap rombongan Presiden Soeharto tampak cukup istimewa. Ini dimulai ketika pesawat khusus DC-10 Garuda memasuki wilayah udara Tunisia, segera disambut 4 jet tempur F5 untuk melakukan pengawalan. Sesampai di bandar udara, Presiden Soeharto dan lbu Tien dijemput langsung oleh Presiden Ben Ali dan isteri.

Sepanjang jalan yang dilalui Presiden Soeharto dikibarkan bendera merah putih berdampingan dengan bendera Tunisia serta gambar kedua Presiden. Sepanjang hari pertama kunjungan Presiden ke negara di wilayah Afrika Maghribi, Pak Harto selain memberi penghormatan kepada Pahlawan Tunisia melalui kunjungan ziarah ke makam pahlawan Sejoumi, sekitar 30 menit dari pusat Kota Tunis.

Masjid tua yang mengandung nilai sejarah tinggi, Ezzitouna mempakan salah satu yang dikunjungi Presiden. Di masjid ini Presiden Soeharto melakukan sholat dua rakaat, lalu berbicara dengan pengurus masjid. Dalam pembicaraan singkat itu, Presiden menjelaskan tentang kehidupan beragama di Indonesia.

Tampaknya pengurus masjid telah mengenal benar Indonesia dan mengagurni Indonesia, sehingga disebutnya negara kita negara pemimpin Islam.

Sumber : SUARA KARYA(l7/11/1993)

_________________________________________________

[1] Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari Buku “Presiden Ke II RI Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku XV (1993), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal 320-322.

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.