INDONESIA-BIRMA BENTUK “WORKING GROUP“[1]
Jakarta, Antara
Indonesia dan Birma akan bentuk “Working Group” (Kelompok Kerja) khususnya di bidang pertanian, kata Sekjen Departemen Pertanian Dr. Sutatwo Hadiwigeno di Jakarta, Sabtu.
“Kelompok ketja itu diharapkan dapat meningkatkan hubungan bilateral kedua negara,” kata Sutatwo yang didampingi Menteri Pertanian Myanmar Myint Aung dan rombongannya pada saat jumpa pers dengan wartawan.
Ia mengatakan ,”working group” ini juga akan mewadahi kerjasama pihak swasta. Tujuan dan maksud kunjungan Mentan Myanmar, adalah untuk meningkatkan kerjasama bilateral diantara kedua negara, khususnya di bidang pertanian. Selain itu Myint Aung dan rombongan juga mengunjungi pusat-pusat penelitian pertanian, dan akan mempelajari teknik dan metoda penanaman padi, hortikultura, sistem irigasi, dan kelompok penyuluhan pertanian.
Myanmar Belajar
“Myanmar ingin banyak belajar dari Indonesia di bidang pertanian, karena Indonesia cukup berhasil di bidang ini, sebagai contoh dulu Indonesia merupakan negara pengimpor beras terbesar dan sekarang sudah mampu berswasembada bahkan sebagian ada yang sudah diekspor,” kata Myint Aung.
Selain itu ia mengatakan negaranya juga ingin belajar dibidang perkebunan seperti karet, kelapa sawit, dan pengendalian hama/penyakit tanaman.
“Khusus di bidang perkebunan karet, produksi karet Myanmar sampai saat ini masih rendah, dan belum mencukupi kebutuhan dalam negeri, “katanya menjawab pertanyaan ANTARA.
Ia mengatakan, negaranya seperti halnya Indonesia, sedang berusaha melakukan pembangunan dari negara agraris menjadi negara industri, dan karet amat dibutuhkan oleh industri yang akan dibangun Myanmar, selain itu juga mampu menyerap tenaga kerja.
“Fluktuasi harga komoditi pertanian selalu terjadi dari waktu ke waktu, siapa tahu kelak harga karet akan meningkat dengan baik,”katanya
Untuk bidang hama penyakit, sekarang ini dengan adanya tuntutan agar penggunaan pestisida tidak merusak lingkungan, Myanmar ingin belajar pacta pada Indonesia tentang hal tersebut, kata Myint Aung. Ia menilai Indonesia cukup berhasil dibidang pengendalian hama penyakit secara terpadu yang tidak merusak lingkungan. Myanmar (Birma) dahulu dikenal sebagai negara pengekspor beras terbesar di dunia.
Menjawab pertanyaan wartawan tentang kondisi negaranya sekarang ini, khususnya di bidang beras, Mentan Myanmar mengatakan, luas laban sawahnya tidak bertambah sedangkan jumlah penduduk terus meningkat sehingga produksi berasnya sebagian besar dikonsumsi untuk kebutuhan dalam negeri.
“Negara kami berusaha untuk meningkat produksi beras dengan jalan intensifikasi lahan, baik itu dengan menggunakan bibit unggul, pemupukan, pemberantasan hama dan penyakit, serta pembangunan sarana irigasi,”katanya.
Kunjungan
Kunjungan Myint Aung dan rombongannya yang terdiri dari para pejabat dilingkungan Departemen Pertanian Myanmar berlangsung 25 Agustus -2 September 1993. Selama berada di Indonesia Myint Aung dan rombongan dengan disertai Duta Besar Myanmar untuk Indonesia Nyunt Tm, mengadakan kunjungan lapangan ke Jawa Barat, Yogyakarta, dan Bali.
Selain itu, Myint dan rombonganya mengadakan kunjungan kehormatan pada Presiden Soeharto pada tanggal 28 Agustus 1993 pagi, dan siangnya setelah berkunjung ke Departemen Pertanian RI, mengadakan kunjungan kehormatan pada Menkopolkam Soesilo Soedarman.
Myint yang berpangkat letnan jendral, selain menjabat sebagai Menteri Pertanian Myanmar, juga sebagai Ajudan Jendral Menteri Pertahanan dan Keamanan Myanmar.
“Kami mengharapkan terjalin hubungan yang baik,bukan saja dibidang pertanian, tetapi juga masyarakat antara kedua negara, dan angkatan bersenjata kedua negara,” katanya.
Ia sangat berterima kasih atas sambutan yang hangat dari Indonesia, dan dapat kesempatan untuk belajar banyak serta bekerjasama khususnya kerjasama diantara sesama anggota Non Blok dan Selatan-Selatan .(T-PE.10/EU07/28/08/93 18:21)
Sumber: ANTARA (28/08/1993)
_______________________
[1] Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari Buku “Presiden Ke II RI Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku XV (1993), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal 578-579.