INDONESIA TAK BERMAKSUD “NGEMPLANG “HUTANG2NYA
Washington, Suara Karya
Presiden Amerika Serikat, George Bush akan menggunak:an pengaruhnya untuk memberi pengertian kepada negara-negara donor agar membantu kesulitan Indonesia akibat apresiasi mata uang asing. Akibat apresiasi mata uang asing itu Indonesia nilai pinjamannya naik Rp 3,2 trilyun hanya dalam waktu 4 tahun.
Kesediaan Presiden Bush membantu Indonesia itu dinyatakan dalam pertemuan sekitar 45 menit dengan Presiden Soeharto di Gedung Putih, Jumat sore (Sabtu pagi WIB). Wartawan Suara Karya, Agustianto dari Washington melaporkan bahwa dalam pertemuan itu Presiden Soeharto sebelumnya menguraikan kesulitan yang dialami Indonesia akibat apresiasi mata uang asing.
Presiden Soeharto dalam pertemuan sore di Gedung Putih itu didampingi Mensesneg Moerdiono dan Menlu Ali Alatas, sedangkan Presiden Bush didampingi Menlu James Baker dan Dubes AS untuk Indonesia Cameron Monjo. Presiden Soeharto dalam kunjungan sekitar 4 jam di Washington itu juga menerima kedatangan Wakil Presiden AS. Dan Ouayledi Wisma lndonesia, Washington.
Mensesneg Moerdiono menyatakan, nilai apresiasi yang harus dibayar Indonesia itu cukup besar, karena jika dipaksakan membayar sejumlah Rp 3,2 trilyun itu berarti menyedot tabungan pemerintah. Padahal tabungan tersebut dibutuhkan untuk membiayai pembangunan.
Mengerti
Sementara itu Presiden Soeharto dalam pertemuan dengan masyarakat Indonesia di Jenewa, Swiss, Sabtu malam (Minggu pagi WIB), menyatakan, betapapun beratnya beban akibat apresiasi itu, Indonesia tetap bertekad membayar sepenuhnya pengembalian pinjaman luar negerinya. Sementara itu kesulitan di dalam negeri akibat besarnya dana yang tersedot untuk membayar pinjaman akan diatasi dengan menggunakan pinjaman baru yang jumlahnya hampir sama dengan selisih nilai pinjaman lama akibat apresiasi.
Permintaan pinjaman baru Indonesia itu menurut Presiden bisa dipenuhi oleh pihak-pihak donor. “Mereka mengerti kesulitan yang dihadapi karena sebab-sebab pengaruh dari luar. Oleh karena itu permintaan Indonesia terhadap pinjaman baru diluluskan oleh para donor,” kata Presiden.
Indonesia sejak semula menurut Presiden tetap memenuhi kewajibannya membayar kembali pinjaman secara baik. “Tidak ada maksud untuk menunda atau bahkan menolak serta mengurangi cicilan pembayaran pinjaman, Indonesia tidak bermaksud ngemplang,” kata Presiden.
Tekad Indonesia dalam membayar pinjamannya; sesuai dengan waktu dan jumlah yang ditentukan itu menurut Presiden, bukan karena takut kepada negara lain, tetapi untuk tidak menimbulkan masalah baru.
Secara kebetulan harga minyak dewasa ini naik menjadi rata-rata 18 dolar per barel. Patokan harga minyak yang ditentukan pemerintah dalam APBN menurut Presiden , sebesar 14 dolar AS. Dengan demikian, kenaikan harga minyak itu jika berlangsung terus selama setahun, Indonesia akan mendapat tambahan pendapatan sebesar 1,6 milyar dolar.
Tambahan pendapatan itu walaupun cukup besar menurut Presiden, masih belum cukup menutup pengeluaran devisa untuk membayar pinjaman yang telah jatuh waktu.
Kamboja
Dalam pertemuan dengan Presiden Bush juga disinggung masalah Kamboja. Presiden Buah menurut Moerdiono, menyampaikan penghargaan atas prakarsa Indonesia mengupayakan penyelesaian masalah Kamboja. Pelaksanaan JIM 1 dan JIM 2 juga mendapat perhatian Bush. Kedua pertemuan itu dipuji Presiden AS sebagai jalan terbaik dalam menyelesaikan masalah Kamboja.
Menlu Ali Alatas ketika diminta tanggapannya mengenai perkembangan penyelesaian Kamboja menyatakan, bantuan senjata kepada pihak-pihak yang bertikai sebaiknya mulai dihentikan. Bantuan senjata itu menghambat penyelesaian Kamboja yang akan ditempuh secara damai melalui penyelesaian politik. “Penyelesaian itu hendaknya bukan penyelesaian militer,” kata Ali Alatas.
Oleh karena itu ketika diminta tanggapannya mengenai rencana AS akan membantu kelompok Sihanouk dengan senjata, Menlu Ali Alatas menyatakan rencana itu mengganggu penyelesaian Kamboja.
Kembali
Menurut rencana Kepala Negara dan rombongan akan tiba kembali di Tanah Air, Senin ini pada pukul 9 pagi. Perjalanan kembali Presiden dari AS diselingi dengan singgah di Jenewa untuk istirahat selama sekitar 24 jam. Presiden tiba di Jenewa Sabtu siang dan Minggu siang kembali melanjutkan perjalanan pulang setelah singgah sejenak di Abu Dhabi.
Sumber : SUARA KARYA(12/06/1989)
Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku XI (1989), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal.424-426.