INFLASI & HUTANG JANG DITINGGALKAN UTK RAKJAT OLEH DURNO2 DIMASA LALU TAK MUNGKIN DISELESAIKAN DALAM 2 TH
Akibat Permainan Kongkalikong Dan Patgulipat Serta Intrik Semasa Pra “G 30 S” / PKI Rakjat Harus Tanggung Hutang 2,4 Miljar Dollar *[1]
Djakarta, Berita Yudha
Menutama Hankam/Menteri Pangad Djenderal Soeharto pada rapat kerdja Panglima KODAM seluruh Indonesia hari Sabtu jl. di Markas Besar Ganefo Senajan, dalam amanatnja diantaranja dengan tegas menjatakan bahwa kita semua tahu bahwa kita bukanlah politikus dan ekonom karena modal Angkatan Darat adalah nasionalisme dan dedication/pengabdian kepada patriot politik ABRI hanjalah politik pengabdian kepada negara, rakjat dan agama. Keachlian kita bukanlah sebagai politik atau ahli ekonomi tapi sebagai patriot.
Men/Pangad pada kesempatan itu mengingatkan para Panglima dilingkungan AD jang merupakan unsur Komando utama akan akan suasana rapat kerdja jang serupa pada tahun 1965 jang dibuka almarhum Djenderal Ahmad Yani, bahwa ABRI dan chususnja TNI/AD senantiasa mendapat fitnahan2 jang mengatjau dari pihak PKI jang saat2 itu berhasil menguasai perkembangan politik maupun ekonomi dan dalam pertjaturan politik dalam negeri saat itu, potensi2 kontra revolusi PKI.
Dibidang ekonomipun kaum kontra revolusi PKI mengatjau dengan berbagai tindakan2 mereka jang destruktif. Pembangunan ekonomi dikatjaubalaukan oleh PKI sedangkan ABRI/TNI AD didjadikan kambing hitamnja dengan menuduhkan salah urus dsb. Berbagai fitnah dan intrik2 jang tidak wadjar dilantjarkan kaum kontrev PKI jang mentjapai puntjaknja perbuatan chianat dengan coup gerakan 30 September jang mengakibatkan korban bagi Pimpinan AD dan pradjurit2 Utama AD Djenderal Achmad Yani dan teman2 Pahlawan Revolusi. Hal ini achirnja telah membuka kedok kepalsuan PKI. AD malahan didjadikan bulan2an mereka guna kepentingan politik kaum kontra revolusi tapi kenjataan achirnja menundjukan bahwa ABRI mendapat kepertjajaan besar dari rakjat Indonesia.
Merubah Kedudukan Dan Posisi
Ditandaskan oleh Men/Pangad Djenderal Soeharto bahwa darah dan djiwa para Pahlawan Revolusi jang mendjadi korban fitnah dan kekedjaman PKI telah memperkuat dan merubah kedudukan dan posisi Angkatan Darat, tidak sadja setjara politis tetapi djuga setjara phychologis. Perubahan2 itu meletakan seluruh kepertjaan rakjat diatas pundak ABRI umumnja dan AD chususnja untuk ikut serta menjelesaikan kebobrokan ekonomi sosial selama ini.
Sewaktu memberikan amanatnja ini, Menutama Hankam/Menteri Pangad Djenderal Soeharto duduk didampingi disebelah kanannja oleh wakil Pangad/Deputy Pembinaan Letnan Djenderal M. Panggabean, dan disebelah kirinja didampingi oleh Deputy Chusus Men/Pangad Major Djenderal Kusno Utomo. Rapat kerdja ini dihadiri oleh Panglima2 antar daerah Pertahanan Sumatera (Maj. Djen D Soemartono), Indonesia Timur (Majdjen Askari), Panglima KOSTRAD Majdjen Umar Wirahadikusumah, para Panglima KODAM I s/d KODAM XVII beserta Kepala2 staf KODAM masing2. Ikut hadir adalah para Deputy dan Asisten Men/Pangad para Inspektur/ Direktur dan kepala2 Dinas Djawatan dilingkungan AD serta Kepala Puspen AD Kolonel M Nawawi Alii Diantara ahli2 ekonomi jang ikut hadir (jang djuga ikut serta dalam seminar AD ke II di Bandung) tampak Prof. Subroto dan Dr. Emil Salim, Wakil Pangad Letdjen Panggabean jang menguraikan mengenai inzet/peranan AD dalam mensukseskan Kabinet Ampera sesuai dengan hasil2 seminar AD ke II menjatakan bahwa hal ini akan mendjadi landasan besar daripada perdjuangan AD selandjutnja. Oleh Ketua2 Sindikat stabilisasi politik, stabilisasi ekonomi, ahli2 ekonomi dan keuangan serta Ketua Sindikat TRI UBAYA SAKTI kemudian diberikan uraian2 kepada para Panglima KODAM dari luar Djawa jang tidak ikut serta dalam seminar AD ke II.
Karena moral Pantjasila, Djenderal Soeharto dalam amanatnja itu selandjutnja menegaskan bahwa kepertjajaan rakjat jang demikian besar kepada ABRI tanggung djwabnja amat berat. Keadaan sosial dan ekonomi jang diakibatkan oleh akrobatik2 semasa politik dan ekonomi orde lama kita alami semua sekarang, Sedangkan keahlian kita adalah sebagai patriot bukan sebagai politisi atau ekonom. Tapi dengan wibawa itu kita harus dapat mewudjudkan kepertjajaan rakjat, meskipun kita bukan ahli2 politik ekonomi atau ahli sosial. Wibawa itu bukan lahir karena kekuatan physik sadja, tapi wibawa jang lahir karena moral Pantjasila kita. Dinjatakan oleh Menutama Hankam / Menteri Pangad bahwa Kabinet Ampera telah menggariskan strategi dasar untuk djangka waktu dua tahun mendjelang pemilihan umum jg. tugas pokoknja adalah mentjapai mobilisasi politik dan stabilisasi ekonomi. Dalam djangka dua tahun mendjelang Djuli 1968 jang mendjadi batas bagi kabinet ampera, banjak hal dan tugas berat jang mendjadi beban kita semua, ketjuali kalau kita mau mendjual kedaulatan negara kita kepada suatu negara sinterklass. Kita mengetahui bahwa keadaan persoalan2 nasional tidak dapat dilepaskan hubungannja dengan hubungan politik dan ekonomi internasional. Karenanja tidak ada alternatif lain bagi ABRI dan chususnja AD selain untuk mensukseskan Kabinet Ampera menstabilisasikan politik dan ekonomi lalu melakukan pemilihan umum memenuhi tuntutan hati nurani rakjat dan ketetapan2 MPRS sidang umum ke IV, MPRS telah menetapkan bahwa djuga pihak militer ikut serta dalam pemurnian demokrasi.
Berpedoman Tri Ubaya Sakti, dinjatakan oleh Pak Harto bahwa kalau kita mengikuti perhitungan2 tehnis dan teoritis dari para ahli2 ekonomi inflasi dan hutang jang dipikul oleh negara dan rakjat sekarang ini tidak mungkin akan dapat diselesaikan dalam tempo dua tahun.
Dinjatakan bahwa akibat permainan dan intrik semasa pra G 30 S/PKI hutang negara kita meliputi US $ 2,4 milliard. Kalau berhasil mendapatkan bantuan penuh dari luar negeri, maka kita pada tahun 1973 jad. baru bisa meningkatkan volume ekspor mendjadi US $ 2 milliard setahunnja sehingga kita bisa membajar hutang2 negara kembali sebesar US $ 3 djuta setiap tahunnja.
Dalam djangka peningkatan kwalitas dan kwantitas ekspor, maka selama djangka waktu 7 tahun ini keadaan ekonomi kita diharapkan setingkat demi setingkat bertambah baik. Oleh Men/Pangad dikatakan kepada para Panglima dilingkungan Komando Utama AD itu bahwa tgl 5 Djuli 1968, batas waktu dua tahun bagi kabinet ampera banjak sekali jang harus kita sandarkan kepada moral dan idealisme patriot. Kita sebagai alat negara mendjalankan tugas2 pokok kita jang bersumber terutama kepada kepertjaan jang di berikan oleh rakjat kepada ABRI guna melaksanakan ketetapan2 MPRS jang bersumberkan pula pada tugas2 pokok kabinet ampera bagi kita ABRI dan AD chususnja pedoman untuk rentjana2 operasi hanjalah satu jaitu melaksanakan tuntutan hati nurani rakjat. Bagi AD landasan kerdja dan tugas2 kita haruslah pula berpedoman kepada TRI UBAYA SAKTI. Demikian antara lain amanat Men/ Pangad. (DTS)
Sumber: BERITA YUDHA (02/09/1966)
[1]Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku I (1965-1967), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 239-242.