Malang, 26 Mei 1998
Kepada
Yth. Bapak Soeharto
Jl. Cendana 8
Jakarta
INGIN SEPERTI BAPAK [1]
Dengan hormat,
Bapak Soeharto yang saya kagumi, bagaimana keadaan Bapak sekarang? Saya harap Bapak selalu dalam keadaan sehat wal’afiat. Begitu pula keadaan saya di sini baik-baik saya, tidak kurang suatu apapun.
Saya saat ini duduk di kelas I SMEA Swasta Waskita Dharma. Saya senang sekali bila Bapak berkenan meluangkan sedikit waktu untuk membaca coretan pena saya, yang merupakan perasaan dari lubuk hati saya yang paling dalam. Saya termasuk salah satu dari berjuta – juta anak Indonesia yang mengagumi Bapak sebagai figur pemimpin yang patut diteladani.
Meskipun Bapak sekarang tidak lagi memimpin bangsa ini, bagi saya Bapak tetaplah seorang Pahlawan Pembangunan dan Bapak Bangsa Indonesia yang patut dijadikan contoh oleh generasi penerus. Saya sangat berterima kasih karena Bapak begitu arif dan bijaksana dalam memimpin bangsa Indonesia.
Saya minta maaf bila tidak bisa membalas jasa – jasa, pengabdian serta pengorbanan Bapak selama ini. Semoga Allah Swt berkenan membalas pengabdian Bapak dan selalu memberikan lindungan-Nya. Saya berjanji akan belajar sebaik – baiknya supaya bisa menjadi anak yang berguna bagi nusa, bangsa dan agama.
Serta mengabdikan diri untuk Ibu Pertiwi seperti yang telah Bapak lakukan Bapak Soeharto yang baik, sebenarnya saya menulis surat ini untuk mengucapkan “Selamat Ulang Tahun yang ke-77”. Semoga Bapak panjang umur, selalu sehat dan diberkati oleh Allah Swt.
Saya minta maaf, apabila surat ini telah mengganggu waktu Bapak.
Saya juga minta maaf, jika ada kata – kata yang menyinggung perasaan Bapak atau kurang sopan. Kiranya Bapak bersedia memaklumi dan memaafkannya. (DTS)
Hormat saya,
Findiana Dwi Nova
Malang – Jawa Timur
[1] Dikutip langsung dari dalam sebuah buku berjudul “Empati di Tengah Badai: Kumpulan Surat Kepada Pak Harto 21 Mei – 31 Desember 1998”, (Jakarta: Kharisma, 1999), hal 354-355. Surat ini merupakan salah satu dari 1074 surat yang dikirim masyarakat Indonesia dari berbagai pelosok, bahkan luar negeri, antara tanggal 21 Mei – 31 Desember 1998, yang menyatakan simpati setelah mendengar Pak Harto mengundurkan diri. Surat-surat tersebut dikumpulkan dan dibukukan oleh Letkol Anton Tabah.