Jakarta, 24 Mei 1998
Kepada
Yth. Bapak H. M. Soeharto
di Jakarta
INGIN TETAP MENDAMPINGI [1]
Pada saat reformasi di segala bidang mulai didengungkan, dengan bijaksana dan penuh kearifan Bapak membuka jalan dengan meletakkan jabatan Kepresidenan. Hal ini merupakan suatu langkah besar seorang Negarawan. Saya sebagai warga Indonesia dan juga anak asuh Bapak merasa terharu dan kagum akan keputusan ini.
Dengan rendah hati saya mengakui bahwa belum tentu situasi seperti yang Bapak alami dapat saya lakukan dengan tenang. Transisi kepemimpinan dari Bapak kepada Bapak Habibie telah berjalan dengan mulus, cepat dan damai. Semua ini sekali lagi berkat kearifan dan kerelaan Bapak berkorban, demi kesatuan dan persatuan bangsa juga kesinambungan pembangunan Bangsa Indonesia tidak akan pernah melupakan jasa Bapak yang telah membangunnya menjadi suatu negara yang berkembang pesat dan patut dibanggakan di dunia internasional.
Krisis ekonomi yang melanda negara ini tidak membuat warga negaranya menjadi lupa akan jasa yang telah Bapak berikan, terutama rakyat kecil yang senantiasa menjadi pusat perhatian Bapak untuk terus menerus meningkatkan kesejahteraan mereka. Secara pribadi, karir saya di Pemerintahan yang dapat dimulai dan akhiri dengan baik tidak luput dari bimbingan dan kepercayaan yang Bapak berikan.
Pada saat menerima berbagai cobaan menghadapi masalah krisis Krakatau Steel, krisis Pertamina sampai yang terberat dalam hidup saya, yakni kasus Bapindo, Bapak adalah orang yang tetap percaya pada integritas saya dan tetap membesarkan hati saya untuk bersabar dan berdo’a.
Saya tidak akan pernah melupakan jasa-jasa Bapak, karena Bapaklah maka masa pensiun ini dapat saya nikmati dengan damai dan perasaan lega. Masa pensiun ini saya lalui dengan bermain golf dan tenis hampir setiap hari bersama teman-teman dan keluarga. Kadang kala anak-anak beserta cucu mengajak makan bersama, bahkan saya mulai dapat bepergian bersama mereka ke pertokoan (hal ini hampir tidak dapat saya lakukan selama masih menjabat). Di pertokoan maupuan di restaurant saya masih disapa dan disambut baik oleh masyarakat. Bahkan mereka dengan santai berani menanyakan keadaan dan kegiatan saya selama pensiun.
Ini merupakan suatu bukti nyata bahwa penghargaan orang ternyata tidak pernah berakhir, terlebih lagi bagi Bapak yang telah menyentuh semua lapisan masyarakat. Selama Bapak masih menjadi Presiden mungkin banyak orang tidak berani menghaturkan rasa hormat dan kebanggaannya, tetapi pada saat sekarang justru akan banyak orang yang mulai berani.
Ini semua merupakan buah kebahagiaan yang Bapak akan rasakan sebagai orang yang telah mengubah kehidupan jutaan orang menjadi lebih baik. Bapak Soeharto yang saya hormati, Sekali lagi saya mengucapkan banyak terima kasih atas bimbingan dan kepercayaan penuh yang Bapak berikan selama menjadi Presiden.
Terlebih lagi, saya sangat bersyukur kepada Tuhan yang telah memberikan Bapak sebagai guru dalam perjalanan karier saya. Sebagai anak buah yang Bapak besarkan, saya tetap ingin mendampingi Bapak dalam menikmati masa pensiun ini.
Semoga kiranya perjalanan hidup kami tidak berakhir hanya pada batas hubungan jabatan. Salam sejahtera dari keluarga besar saya untuk Bapak Soeharto sekeluarga.
Hormat kami,
H. Sumarlin
Jakarta Selatan
[1] Dikutip langsung dari dalam sebuah buku berjudul “Empati di Tengah Badai: Kumpulan Surat Kepada Pak Harto 21 Mei – 31 Desember 1998”, (Jakarta: Kharisma, 1999), hal 964-965. Surat ini merupakan salah satu dari 1074 surat yang dikirim masyarakat Indonesia dari berbagai pelosok, bahkan luar negeri, antara tanggal 21 Mei – 31 Desember 1998, yang menyatakan simpati setelah mendengar Pak Harto menyatakan berhenti dari kursi Kepresidenan. Surat-surat tersebut dikumpulkan dan dibukukan oleh Letkol Anton Tabah.