2 Juli 1998
Jumpa Bapak H. M. Soeharto
di Rumah
JADI SEMANGAT BELAJAR [1]
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Apa kabar Pak? Bagaimana Kesehatan Bapak? Baik-baik sajakan? Syukurlah. Semoga Allah selalu melimpahkan rahmatNya kepada kita semua. Amin.
Pak Harto, ananda mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya, atas balasan surat Bapak pada ananda ketika Bapak masih menjabat Presiden RI. Ananda senang sekali menerimanya, ternyata masih ada yang peduli dengan ananda. Sejak menerima balasan surat dari Bapak, ananda punya kemauan untuk belajar. Karena ananda merasa diperhatikan dan disayang. Alhamdulillah, ananda sekarang sudah lulus dari SMK Harapan jurusan Keuangan.
Tapi sekarang ananda sedang berfikir, mau ke mana? Yang jelas, ananda selalu berdo’a mohon kemukjizatan Allah untuk memberi petunjuk dan jalan untuk kuliah tahun depan. Ananda ingin sekali menjadi dokter atau sarjana pertanian, bertugas di desa terpencil yang jauh dari fasilitas dan menghadapi masyarakat yang masih kolot. Sebuah tantangan tersendiri bagi ananda.
Pak Harto, ananda sangat menyesal sekali dengan berakhirnya jabatan Bapak sebagai presiden RI. Mengapa semua itu harus berakhir dengan cara yang demikian? Tapi ananda percaya, Bapak seorang yang kesatria. Foto Bapak bersama Ibu masih terpampang di dinding kamar ananda. Ananda yatim, tiada ayah sejak tiga tahun yang lalu.
Tapi ananda harus tetap maju, seperti matahari yang selalu bersinar menyinari alam semesta. Semoga Bapak selalu mendapat perlindungan Yang Maha Kuasa. (DTS)
Wassalamu’alaikum wr. wb.
Ananda
Wahyuni
P. Bun Kal- Teng
[1] Dikutip langsung dari dalam sebuah buku berjudul “Empati di Tengah Badai: Kumpulan Surat Kepada Pak Harto 21 Mei – 31 Desember 1998”, (Jakarta: Kharisma, 1999), hal 675. Surat ini merupakan salah satu dari 1074 surat yang dikirim masyarakat Indonesia dari berbagai pelosok, bahkan luar negeri, antara tanggal 21 Mei – 31 Desember 1998, yang menyatakan simpati setelah mendengar Pak Harto menyatakan berhenti dari kursi Kepresidenan. Surat-surat tersebut dikumpulkan dan dibukukan oleh Letkol Anton Tabah.