Kalimantan, 12 September 1998
Kepada
Yth. Bapak Soeharto
di Rumah
JAGA DIRI BAPAK BAIK-BAIK [1]
Assalamu’alaikum wr. wb.
Bapak Soeharto yang saya hormati,
Dalam usia lanjut, Bapak harus bersabar dan lebih mendekatkan diri kepada Allah. Memang Allah selalu memberi ujian kepada umat-Nya. Seberat apapun ujian yang datangnya dari Allah, pasti akan ada jalan keluar.
Terus terang, saya kangen sekali kepada keluarga Bapak, biasanya sering muncul di TV. Apalagi wajah Mbah Tutut yang ramah dan penuh senyum. Untuk itu, kalau tidak keberatan, saya minta foto keluarga Bapak Soeharto, untuk mengobati hati yang kangen ini. Kalau Bapak keberatan memberi foto, tidak apa-apa. Saya nggak memaksa.
Kalau ingat Ibu Tien Soeharto, saya pasti ingat anak saya, karena meninggalnya Ibu Tien bersamaan waktu saya melahirnya anak saya yang kedua dan anak saya meninggal jam 11.00 WIB pada tanggal 28 April 1996. Anak saya perempuan dan saya kasih nama Ayu Soehartien. Dan setelah meninggalnya anak saya satu tahun, saya hamil lagi. Alhamdulillah anak saya lahir dengan selamat, sekarang anak saya 2, yang pertama perempuan dan kedua laki-laki.
Bapak harus menjaga diri baik-baik agar tetap sehat. Sampai di sini surat saya, apabila ada kata-kata yang menyinggung hati Bapak, saya mohon maaf yang sebesar-besarnya. (DTS)
Hormat saya,
Ibu Yuni
Kalimantan Timur
[1] Dikutip langsung dari dalam sebuah buku berjudul “Empati di Tengah Badai: Kumpulan Surat Kepada Pak Harto 21 Mei – 31 Desember 1998”, (Jakarta: Kharisma, 1999), hal 594. Surat ini merupakan salah satu dari 1074 surat yang dikirim masyarakat Indonesia dari berbagai pelosok, bahkan luar negeri, antara tanggal 21 Mei – 31 Desember 1998, yang menyatakan simpati setelah mendengar Pak Harto mengundurkan diri. Surat-surat tersebut dikumpulkan dan dibukukan oleh Letkol Anton Tabah.