Untuk
Yth. Bapak H.M. Soeharto
di Jakarta
JALANI HARI TUA DENGAN TENANG [1]
Immanuel
Bapak apa khabar? Besar harapanku dalam keadaan sehat-sehat dan dalam lindungan-Nya. Bapak, sore hari ini Jumat 23 September 1998 aku melihatmu dalam kerumunan para wartawan Kejaksaan. Samar-samar kudengar wartawan-wartawan itu berteriak agar Bapak memberi komentar atau ucapan satu kata. Namun yang kulihat hanya senyum Bapak.
Bapak, meski engkau bukan lagi orang nomor satu di negara ini, aku tetap menghargaimu sebagai Bapak RI. Begitu banyak hujatan untukmu sampai aku heran begitu duniawinya manusia kita (bangsa Indonesia). Tidak ada maaf, tidak ada kompromi dan segala kebaikan tertutup oleh kesalahan yang belum tentu lebih besar dari kebaikan yang pernah Bapak berikan kepada bangsa ini.
Bapak, dulu aku masih ingat Bapak dianugrahi gelar sebagai Bapak Pembangunan. Lalu sekarang mereka menempatkan Bapak sebagai layaknya penjahat. Terlepas dari benar tidaknya hujatan itu, aku tetap mendukungmu dalam doa. Aku berharap Roh Kudus semua pikiran orang-orang/lembaga-lembaga yang melakukan penelitian yang menyangkut Bapak, agar dapat berpikir jernih. Mampu melihat kerja keras. Bapak membawa bangsa ini jadi bangsa yang terpandang di dunia.
Bapak rajinlah berdo’a. Jalanilah hari tuamu dengan tenang. Jangan perdulikan suara-suara sumbang. Aku yakin Bapak akan bertindak apa adanya. Bapak pasti tahu apa yang terbaik untuk Bapak lakukan. Mesti mungkin doaku tidak Bapak perlukan, aku tetap mendoakanmu untuk keselamatan, kesehatan dan ketenanganmu menjalani hari tua. Sekali lagi Bapak telah berbuat banyak untuk bangsa ini, Bapak telah mengubah negara miskin jadi negara berkembang. Biar semua mata tidak melihatnya, tapi Tuhan pasti melihat.
Bapak, kalau sampai Bapak benar-benar diadili, aku akan menangis. Dan itu pasti tangisan yang paling sedih seumur hidupku. Menangisi bangsaku yang hanya menghakimi, padahal mereka belum berbuat apapun untuk bangsa ini.
Jangan sampai terjadi …..
Bapak, sekian dulu suratku. Mudah-mudahan Bapak dan keluarga dapat tetap tegar menjalani hari-hari sulit ini. Bapak, jangan lupa menjaga kesehatan.
Kalau Bapak sehat akan mampu menghadapi semua cobaan. (DTS)
Salam hormatku,
Irene Pittu Dolly Marbun
Bekasi Barat – Jawa Barat
[1] Dikutip langsung dari dalam sebuah buku berjudul “Empati di Tengah Badai: Kumpulan Surat Kepada Pak Harto 21 Mei – 31 Desember 1998”, (Jakarta: Kharisma, 1999), hal 429-430. Surat ini merupakan salah satu dari 1074 surat yang dikirim masyarakat Indonesia dari berbagai pelosok, bahkan luar negeri, antara tanggal 21 Mei – 31 Desember 1998, yang menyatakan simpati setelah mendengar Pak Harto mengundurkan diri. Surat-surat tersebut dikumpulkan dan dibukukan oleh Letkol Anton Tabah.