Jangan Hiraukan Suara Sumbang

Sukabumi, 25 Juni 1998

Kepada

Yth. Bapak. H.M. Soeharto

di Jakarta

JANGAN HIRAUKAN SUARA SUMBANG [1]

Assalamu’alaikum wr. wb.

Kehadapan Bapak Bangsa Indonesia yang ananda cintai.

Alhamdulillah, dengan didorong rasa sayang dan rasa sangat berterima kasih yang terpendam bertahun-tahun, dengan ini ananda yang hanya rakyat biasa merasakan sekali nikmat hidup di dunia ini dan insya Allah nikmat akherat. Ini karena jasa dan perjuangan yang telah Bapak lakukan. Pertama, Bapak telah menumpas dan membasmi komunis di tanah Indonesia tercinta, sehingga ananda bisa sholat ke masjid dengan aman, melaksanakan ajaran agama dengan aman. tidak bisa ananda bayangkan kalau sampai komunis yang memerintah negara ini, sudah pasti ajaran agama Islam akan ditekan, dan masjid dirobohkan.

Yang kedua, Bapak selalu mengutamakan persatuan dan kesatuan di atas segalanya, sampai detik-detik terakhir Bapak menyatakan berhenti jadi Presiden. Jasa Bapak yang lainnya sungguh banyak sekali, semoga menjadi amalan sholeh dan diterima Allah, amin.

Bapak yang ananda cintai, ananda selalu dalam keadaan sehat wal’afiat, Jangan hiraukan suara-suara sumbang yang dilontarkan oleh Orang-orang yang sedang lupa bersyukur itu, nanti mengganggu kesehatan Bapak. Ananda sebagai rakyat biasa tidak rela kalau sampai kesehatan Bapak terganggu. Semoga Allah swt selalu melindungi Bapak di dunia dan di akhirat.

Bapak yang ananda cintai, ananda baru-baru ini membaca berita bahwa Bapak masih bisa melaksanakan sholat Jumat di masjid Mabes ABRI Cilangkap. Alhamdulillah berarti Bapak masih sehat wal’afiat.

Ananda bangga punya seorang Bapak bangsa seperti Bapak, semoga sejarah mencatatnya dengan jujur. (DTS)

Salam dari ananda,

Wassalamu’alaikum wr. wb.

Airiyono

Kodya Sukabumi – Jawa barat

NB:

Jangan, tinggalkan kami,

Ananda merindukan senyum Bapak di TV.

[1] Dikutip langsung dari dalam sebuah buku berjudul “Empati di Tengah Badai: Kumpulan Surat Kepada Pak Harto 21 Mei – 31 Desember 1998”, (Jakarta: Kharisma, 1999), hal 33-34. Surat ini merupakan salah satu dari 1074 surat  yang dikirim masyarakat Indonesia dari berbagai pelosok, bahkan luar negeri, antara tanggal 21 Mei – 31 Desember 1998, yang menyatakan simpati setelah mendengar Pak Harto mengundurkan diri. Surat-surat tersebut dikumpulkan dan dibukukan oleh Letkol Anton Tabah.

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.