Jangan Lupa Berdzikir

Palembang, 22 Mei 1998

Kepada

Yth. Bapak H.M. Soeharto

di rumah Jl. Cendana 8

Jakarta

JANGAN LUPA BERDZIKIR [1]

Dengan hormat,

Bapak yang saya hormati,

Kamis 21 Mei 1998 saya menyaksikan melalui televisi Bapak mengumumkan “Berhenti” dari jabatan sebagai Presiden RI, yang sebelumnya tidak saya sangka sama sekali. Sebelumnya saya sering berdebat dengan teman atau orang di sekitar saya, bahwa Bapak tidak akan berhenti sebelum tahun 2003 nanti. Namun setelah Keputusan Bapak umumkan saya tidak bisa bicara. Hanya air mata yang terus mengalir, saya sangat sedih. Betapa banyaknya jasa dan pengabdian Bapak terhadap bangsa dan negara ini, yang tidak dapat sebutkan satu per satu. Hanya Allah SWT, yang dapat membalasnya.

Saya hanya dapat mendoakan agar Bapak dan keluarga mendapat perlindungan dari Allah SWT, serta dijauhkan dari orang-orang yang akan berbuat dusta. Bapak kalau boleh melalui surat ini mohon agar Bapak dan keluarga setiap saat selalu mendekatkan diri kepada Allah SWT melalui shalat lima waktu dilanjutkan dengan shalat-shalat sunat. Bapak dan keluarga jangan lupa berdzikir, istighfar, selalu menyebut asma Allah (Astaghfirullah 1000x, Allahu Akbar 1000x, Laa ilaha illallah 1000x, dan Subhanallah 1000x setiap hari). Insya Allah Allah SWT akan memberikan kekuatan lahir dan batin serta mengampuni segala dosa yang telah kita perbuat, baik yang disengaja atau tidak.

Selanjutnya, kalau boleh saya melalui surat ini meminta Bapak dan keluarga tidak lepas dari membaca Ayatul Kursi sebagai pelindung diri.

Caranya: Bapak bacakan Ayatul Kursi kepada orang yang rasanya selalu berusaha mendustai Bapak dan keluarga.

Sampai di sini dahulu surat saya, semoga Bapak beserta keluarga dalam situasi dan kondisi yang sehat wal afiat dan diberi umur panjang selalu di bawah lindungan-Nya. (DTS)

Was salam,

Ny. Hayuna

Palembang – Sumsel

[1]       Dikutip langsung dari dalam sebuah buku berjudul “Empati di Tengah Badai: Kumpulan Surat Kepada Pak Harto 21 Mei – 31 Desember 1998”, (Jakarta: Kharisma, 1999), hal 95-96. Surat ini merupakan salah satu dari 1074 surat  yang dikirim masyarakat Indonesia dari berbagai pelosok, bahkan luar negeri, antara tanggal 21 Mei – 31 Desember 1998, yang menyatakan simpati setelah mendengar Pak Harto mengundurkan diri. Surat-surat tersebut dikumpulkan dan dibukukan oleh Letkol Anton Tabah.

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.