Jangan Tinggalkan Negaramu

Surabaya, 20 Juni 1998

Kepada

Yth. Bapak H. Moh. Soeharto

di Jakarta

 

JANGAN TINGGALKAN NEGARAMU [1]

 

Dengan hormat,

Kami belum kenai dengan keluarga Bapak H. Moch. Soeharto. Tetapi setelah pimpinan kita yang berjasa besar dihujat kami sangat sedih sekali. Saya pada tangal 14 April 1998 berkirim surat kepada Bapak melalui tokoh besar Madura dan terkemuka Jenderal R.H. Hartono.

Yang Mulia Bapak H. Moch. Soeharto! Jangan tinggalkan negaramu dan tidak usah gentar hujatan dari siapa pun, kami siap berada di belakang Bapak. Jangan tinggalkan rakyatmu, kami selalu berdoa insya Allah sedikit banyak punya keajaiban.

Yang Mulia Bapak H. Moch Soeharto, tanggal 28 Juni 1998 ini insya Allah akan diadakan pertemuan bersama tokoh keturunan kerajaan 27 provinsi, yang dipimpin keturunan kerajaan Joko Tole di Aros Baya Madura, dan kerja sama dengan keturunan kerajaan Solo, bertempat di Pondok Candra Duren III/466 Surabaya.

Yang akan dibahas antara lain:

  1. Pembangunan yang dilaksanakan oleh Keluarga Cendana.
  2. Sejak tahun 1971 negara Indonesia masalah bahan makan kurang memadai.
  3. Putra – putri 60% tidak tahu baca/tulis (buta huruf).
  4. Sejak tahun 1980 lahan pertanian menjadi subur, sekolahan tempat ibadah mulai membaik.
  5. Sejak tahun 1987 sarana komunikasi, sarana perhubungan jalan mulai sampai ke pelosok desa.
  6. Sejak tabun 1992 Indonesia menjadi harum, penghargaan dari dalam dan luar negeri luar biasa.
  7. Sejak tahun 1994 Mbak Tutut turun ke desa berjabat tangan dengan masyarakat melalui para ulama dan andalan kita yaitu Jenderal R. Hartono. (DTS)

 

Wassalam,

R.M. Liam

Surabaya – Jawa Timur

[1]     Dikutip langsung dari dalam sebuah buku berjudul “Empati di Tengah Badai: Kumpulan Surat Kepada Pak Harto 21 Mei – 31 Desember 1998”, (Jakarta: Kharisma, 1999), hal 777-778. Surat ini merupakan salah satu dari 1074 surat  yang dikirim masyarakat Indonesia dari berbagai pelosok, bahkan luar negeri, antara tanggal 21 Mei – 31 Desember 1998, yang menyatakan simpati setelah mendengar Pak Harto menyatakan berhenti dari kursi Kepresidenan. Surat-surat tersebut dikumpulkan dan dibukukan oleh Letkol Anton Tabah.

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.