Jasa Bapak Tak Terbalas

Bulukumba, 29 Mei 1998

Kepada

Yth. Bapak. H. Soeharto

di tempat kediaman

JASA BAPAK BAPAK TAK TERBALAS [1]

Dengan hormat,

Bersama surat ini, saya sampaikan kepada Bapak H. Soeharto, sejak ada berita yang saya dengar dan saya lihat, baik yang melalui TV, maupun surat kabar yang menyatakan Bapak H. Soeharto rela mengundurkan diri secara arif dan bijaksana dengan itu saya sangat prihatin bukan karena keluarnya Bapak H. Soeharto jadi presiden, tapi jasa-jasanya kepada bangsa dan negara yang tak terbalas dengan harta dan kekayaan.

Ditambah lagi peristiwa yang terjadi pada hari Kamis yang lalu yang berupa pembakaran dan penembakan yang menelan korban jiwa dan harta. Karena perbuatan mahasiswa dan rakyat sendiri. Tapi mungkin mahasiswa tidak pernah memikirkan latar belakang yang akan terjadi apabila melakukan perbuatan yang sewenang-wenang. Tapi saya merasa bersyukur karena kerusuhan yang terjadi di Jakarta ataupun di Ujung Pandang Sudah pulih kembali. Dan saya doakan semoga peristiwa yang pernah terjadi tak terulang lagi.

Saya sebagai generasi muda yang merupakan pelanjut cita-cita bangsa yang harus bertanggung jawab dan berusaha membela kebenaran dan keadilan dan ikut menyukseskan pembangunan di negara kita. Untuk itu saya sebagai alumni SMU PGRI Bulukumba lulusan tahun 1997/1998, saya ingin melanjutkan keperguruan tinggi seperti mereka tapi apa boleh buat kemauan ada kesempatan terbatas jadi kita harus bersabar saja. Di samping berdoa kita harus berusaha.

Sekian Saya doakan semoga Bapak H. Soeharto dalam lindungan Tuhan Yang Maha Esa. (DTS)

Ahrawati

Sulawesi Selatan

[1]     Dikutip langsung dari dalam sebuah buku berjudul “Empati di Tengah Badai: Kumpulan Surat Kepada Pak Harto 21 Mei – 31 Desember 1998”, (Jakarta: Kharisma, 1999), hal 703. Surat ini merupakan salah satu dari 1074 surat  yang dikirim masyarakat Indonesia dari berbagai pelosok, bahkan luar negeri, antara tanggal 21 Mei – 31 Desember 1998, yang menyatakan simpati setelah mendengar Pak Harto menyatakan berhenti dari kursi Kepresidenan. Surat-surat tersebut dikumpulkan dan dibukukan oleh Letkol Anton Tabah.

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.