JUMPA TOKOH ACEH DAOED BEUREU’ EH : SAYA BERDOA UNTUK SOEHARTO
Tengku Haji Muhammad Daoed Beureu’ eh tokoh kharismatik dari Daerah Istimewa Aceh, yang usianya kini menjelang 91 tahun, sudah bulan terbaring saja di atas tempat tidur. Karena sudah uzur, badannya sangat lemah.
Bila berbicara selalu terputus-putus. Sekalipun begitu, waktu-waktu sholat tidak pernah tertinggal walau terpaksa sholat tersebut dilaksanakannya di tempat pembaringannya, yang terbuat dari kayu jati. Tempatnya di Beureunuen 12 km dari kota Sigli, Kecamatan Mutiara, Kabupaten Sigli.
Koresponden Prioritas Ridwan Sulaiman yang menemui toko kharismatik yang juga populer dengan nama panggilan Abu Daoed ini akhir pekan lalu di rumah barunya, melaporkan ia sekarang ditemani ajudannya Alisyah, 61. Yang sudah ikut dia bertahun-tahun.
Sudah sejak tahun lalu Daoed Beureu’ eh menetap dalam salah satu kompleks dekat Masjid Baitul Alam Lil Mujahidin sebuah rumah ibadah yang dibangun pada tahun 1975 dan merupakan sumbangan dari Presiden Soeharto. Tadinya ia tinggal di Desa Buere’uh yang jaraknya dua kilometer dari Kota Kecamatan Mutiara Kabupaten Pidie.
Rumah yang ditempatinya sekarang hanya berukuran 20 x 10 meter dan merupakan hadiah atau bantuan dari Dirut Pertamina H. Ramly, yang sebagai tanda ucapan terima kasih dan penghargaan selaku pejuang.
Daoed Beureu’ eh yang pernah melawan pemerintah pada tahun 1953-1962 yang dalam catatan sejarah terkenal sebagai pemberontak Darul Islam (DI).
Dalam penyelesaian DI pemerintah memanfaatkan sebagian tokoh-tokonya termasuk Abu Daoed Beureu’ eh, masih tetap punya kegiatan yaitu memeikirkan terus menerus pembengunan bidang pendidikan Agama pada Sekolah Dayah yang berada di dalam kompleks masjid itu. Kompleks bangunan itu bertingkat dua
Gagal
Dalam catatan Prioritas, banyak wartawan yang gagal melakukan wawancara dengannya, kalau tanpa rekomendasi atau clearance dari yang menjadi kepercayaannya.
Satu ciri lainnya, tokoh ini kalau menapat pertanyaan yang bertubi-tubi selalu bersikap curiga. Kalau pertanyaan mengarah pada pertanyaan-pertanyaan politik Daud Buere’ eh bisanya mengambil sikap diam, tidak mau menjawab.
Sikapnya demikian membuat banyak orang penasaran. Karena sebagai tokoh informal Daoed Beureu’ eh, hingga sekarang belum ada “tandingan-nya”. Terutama di kalangan Aceh.
Daoed Buere’ eh sebenarnya bukan sekedar tokoh. Ini bisa terlihat dari sikap masyarakat setempat menyambut menggunakan namanya. Ia biasa juga dipanggil “Ayahanda”.
Pada sekali waktu, seorang kontraktor yang menang tender akan memebuat pelebaran jalan di salah satu desa di Provinsi Aceh. Kontraktor ini diharuskan memberi ganti rugi kepada penduduk desa yang tanahnya akan diambil untuk pelebaran jalan. Kontraktor tak lain dan tak bukan Ir. Siswono Yudo Husodo bekas Ketua Umum Real Estate Indonesia lalu bertanya kepada rakyat setempat berharap ganti rugi harus diberikan ? Jawabannya ternyata di luar dugaan. Ada dua jawaban. Kalau yang memberikan ganti rugi pemerintah harganya sekian ribu per meter. “Tapi kalau yang mau memeberi ganti rugi Abu Daoed gratis,” kata rakyat spontan.
Pemilu
Bagi pemerintah orde baru DI/DII bukan sekedar pemberontak tapi juga seorang diperhitungkan pengaruhnya, Memang masyarakat Aceh yang sudah modern sudah tidak berfikir lagi memberontak seperti yang dilakukan Daoed Beure’ eh beberapa waktu yang silam.
Seorang tokoh masyarakat Aceh misalnyamengatakan kepada Prioritas. “Kalu orang Aceh sekarang disuruh memberontak pasti tidak aka nada yang mau, tapi sekalipun begitu mereka tetap respek kepada Daoed Beure’ eh.
Pada tahun 1971, untuk pertama kali pemerintahan Orde Bru menyelenggarakan pemilihan umum. Bertitik tolak dari dari pengalaman di masa lampau, di mana rasa kedaerahan masih kuat di Propinsi itu serta merta nama Daoed Beure’ eh menjadi sorotan
Yang lebih menjadi sorotan lagi, ketika beberapa bulan lagi pemilu akan berlangsung, Daoed Beure’ eh mendapat “tiket gratis” dari pemerintah.
Tujuan pertamanaya, Arab Saudi tapi dari sana ia melanglang buana ke berbagai negara di dunia. Sekembaliannya dari sana, pemilihan umum di Indonesia sudah usai tidak terjadi sesuatu di Tanah air.
Prioritas termasuk media yang cukup beruntungkali ini, karenasekalipun tidak semua pertanyaan berhasil diajukan kepadanya tetapi Daoed Beure’ eh melayani percakapan seorang wartawan.
Presiden Soeharto
Sembari terbaring, menjawab pertanyaan, Daoed Beure’ eh menyatakan ia mendukung pernyataan-pernyataan masyarakat yang menginginkan agar Jenderal (Purn.) Soeharto, dicalonkan kembali sebagai Presiden dalam SU MPR 1988.
“Yah, bagus saya akan berdoa”, katanya, tentang pencalonan tersebut.
Menurut dia, di bawah kemimpinan Presiden Soeharto, pemerintahan sekarang ini cukup baik karena pemerintah memberi perhatian pada agama dan nilai-nilai sosial masyarakat.
Hal lain yang menjadi perhatiannya dalam kepemimpinan Presiden Soeharto, yaitu keberhasilannya dalam menumpas komunisme di Indonesia.
Di Aceh sendiri, Golkar selama Pemilu dalam orde baru, belum pernah menang. Akan tetapi Daoed Beureu ’eh menyatakan kalaupun Golkar memang cukup bagus.
”Tidak ada masalah kalau Golkar menang. Biar banyak Golkar, kalau bagus ya tetap bagus”, katanya.
Sebelum wawancara ditutup, Daoed Beureu ’eh berpesan agar kesejahteraan rakyat benar-benar diperhatikan agar rakyat benar-benar bahagia.
Setelah kurang lebih dua jam berada di tempat peristirahatannya itu, Prioritas pamit. (RA)
…
Banda Aceh, Priortias
Sumber : PRIORITAS (04/11/1986)
—
Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku VIII (1985-1986), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 639-642.