“KALAU MAU JADI PRESIDEN RI HARUS BERSAING DENGAN SAYA”

“KALAU MAU JADI PRESIDEN RI HARUS BERSAING DENGAN SAYA”[1]

 

Jakarta, Merdeka

Laki-laki maupun perempuan sama-sama mempunyai kesempatan untuk menjadi Presiden Republik Indonesia, seperti halnya di beberapa negara lain yang kepala negaranya adalah perempuan.

“Jadi laki-laki maupun perempuan sama, ada kesempatan. Oleh karena itu harus bersaing dengan saya,” kata Presiden Soeharto dalam dialog dengan sejumlah anak pada puncak acara Hari Anak Nasional (HAN) 1993 di Taman Mini Indonesia Indah (TMII) Jakarta, Jumat.

Dalam dialog itu Kepala Negara yang didampingi Nyonya Tien Soeharto menjawab berbagai pertanyaan dari beberapa anak, mulai dari pertanyaan bagaimana caranya menjadi Presiden, bagaimana rasanya jadi Presiden, bisa tidaknya perempuan jadi Presiden dan sebagainya.

Menjawab pertanyaan seorang gadis cilik, Presiden mengatakan, “Kamu ingin menjadi Presiden RI boleh saja, asal memenuhi kriteria yang ditentukan oleh wakil rakyat, yaitu Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR)”.

Kriteria jadi Presiden itu, katanya, antara lain harus memiliki akhlak yang tinggi, berbudi luhur, pandai, berprestasi, dan harus bisa diterima oleh rakyat. Jadi tidak cukup hanya dengan kepandaian saja, tetapi juga harus dapat diterima oleh rakyat.

“Kamu sanggup tidak?” tanya Presiden, yang dijawab dengan lantang oleh gadis manis itu, “Sanggup Pak”. Gadis lain kemudian bertanya, bagaimana rasanya jadi presiden Pak?.

Sambil tertawa Kepala Negara mengatakan, “MasyaAllah. Kalau menurut kamu jadi Presiden itu enak tidak?”. Dijawab oleh gadis itu, “Enak”.

“Waduh. Enak apa, sebabnya naik mobil terus?” tanya Presiden, yang langsung dijawab oleh gadis itu,”Sebab dihormati terus oleh masyarakat”.

Mendengar ucapan anak tadi, Pak Harto mengatakan, memang karena Presiden itu dipilih oleh rakyat, maka harus mengabdi kepada rakyat, untuk kepentingan rakyat. Kalau itu semua bisa dibuktikan, baik dalam pengabdian, memikirkan kepentingan rakyat, dengan sendirinya akan dicintai dan dihormati oleh rakyat.

Seorang anak laki-laki bemama Agus dari Sekolah Luar Biasa (SLB) Lebak Bulus Jakarta, tak mau ketinggalan dari anak lainnya menyatakan dengan tergagap­ gagap, dia juga ingin jadi Presiden. “Wah Presiden RI itu hanya satu.Tapi juga ada Presiden lainnya, Presiden perusahaan misalnya,”kata Pak Harto.

“Mau jadi Presiden RI atau Presiden perusahaan ekspor-impor?” tanya Kepala Negara, yang langsung dijawab, “Jadi Presiden perusahaan ekspor-impor. “Kalau begitu kamu harus belajar ekonomi,” kata Kepala Negara sambil tertawa.

Menyiapkan Diri

Dalam sambutannya pada peringatan HAN 1993 itu, Presiden Soeharto menyatakan bahagia menyaksikan wajah cerah dari anak-anak, dan mudah-mudahan masa depan mereka juga cerah.

“Hari depan akan sangat tergantung dari kesiapan diri anak-anak sekalian. Hari depan yang kita cita-citakan itu adalah menjadi hari depan yang lebih maju, lebih membahagiakan, dan lebih makmur,” ujamya.

Untuk dapat memikul tanggungjawab hari depan bangsa itu, lanjutnya, makaanak-anak sekarang memperoleh kesempatan untuk menyiapkan dirinya sehingga memiliki ilmu serta persyaratan yang harus dipersiapkan untuk menghadapi masa depan tersebut.

“Anak-anak dari bangsa lain pun juga mempersiapkan diri untuk menghadapi masa depannya. Karena itu, kalian juga jangan ketinggalan untuk mempersiapkan diri kalau ingin berdiri sama tinggi dan duduk sama rendah dengan bangsa lainnya,” kata Presiden.

Memang, hak dari anak-anak itu antara lain untuk bersenang-senang. Tapi, jangan lupa akan kewajibannya, tanggungjawabnya dalam mempersiapkan diri. Harus belajar tekun, tidak boleh bersantai-santai, bermalas-malasan, sehingga lupa mempersiapkan diri menjadi manusia berakhlak, berbudi luhur berdasarkan iman dan taqwa.

“Harapan yang saya sampaikan kepada anak-anak tadi, tentulah merupakan harapan kita semua. Harapan dari generasi tua kepada generasi yang akan menggantinya. Kita semua tentu menginginkan agar anak-anak kita menjadi anak-anak yang dapat kita andalkan untuk meneruskan perjuangan, mewujudkan kemajuan dan menciptakan kemakmuran serta kejayaan bangsa kita,” kata Kepala Negara.

Namun, kata Presiden, harus disadari bahwa jaman yang akan mereka masuki adalah jaman yang berbeda dengan jaman sekarang. Sulit untuk bisa membayangkan betapa besar perbedaan perbedaan tadi. Yang dapat diperkirakan adalah bahwa anak-anak kelak, tentu akan menghadapi tantangan-tantangan yang jauh lebih berat dari tantangan-tantangan yang dihadapi sekarang.

“Karena itu kita, orang tua, harus dapat mempersiapkan mereka dengan sebaik­ baiknya,” ujar Kepala Negara. Menteri Agama RI Tarmizi Taher selaku Ketua Panitia Pelaksana Pusat HAN 1993 dalam laporannya mengemukakan, penyelenggaraan HAN 1993 ini masih dalam periode dasa warsa anak Indonesia 1986-1996 yang dulu dicanangkan oleh Presiden Soeharto.

“Kegiatan ini merupakan upaya untuk menggugah, menggerakkan, memasyarakatkan usaha-usaha peningkatan kesejahteraan anak secara berkesinambungan, ” kata Menag, sembari menambahkan, “Tema Hari Anak Nasional 1993 ini adalah. Saya Anak Indonesia bertakwa dan Kreatif. “Acara puncak HAN itu dimeriahkan pula oleh gerak dan lagu yang dibawakan oleh anak-anak dari berbagai daerah. (ASS/535)

Sumber: MERDEKA (24/07/ 1993)

_______________________________________________

[1] Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari Buku “Presiden Ke II RI Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku XV (1993), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal 185-187.

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.