Kami Mendapat Wisik

Madiun, 25 September 1998

Kepada

Yth. Bapak Harto sekeluarga

KAMI MENDAPAT WISIK [1]

Bismillahirrohmaanirrohiim

Assalamu’alaikum wr. wb.

Mengamati berbagai kasus yang menimpa bangsa Indonesia saat ini, baik pertikaian antar kelompok, masyarakat, penjarahan, penodong­an, pembakaran, hujat menghujat, dan lain sebagainya.

Miris rasanya hati kami, mengingat bangsa Indonesia terkenal de­ngan sifat berbudi luhur, penuh dengan tata krama dan rendah hati, da­lam sekejap semuanya berubah total dengan sifat-sifat yang tidak berperikemanusiaan.

Berkaitan dengan situasi yang sangat kacau menimpa bangsa kita, saya teringat pada saat rialat untuk melakukan meditasi/ziarah di tempat keramat maupun di makam-makam.

Dalam perjalanan ritual yang kami lakukan, pernah terjadi hal yang sangat menakutkan yaitu pada tahun 1995. Pada saat saya berendam (kungkum) di Segoro Kidul, tiba-tiba dikejutkan dengan perlakuan ombak yang tidak bersahabat, angin, mendung dan suara gemuruh ombak yang sangat keras. Sampai-sampai kami terpelanting karena desakan ombak. Pada saat itu saya betul-betul konsentrasi sampai akhirnya saya mendapat wisik (berbicara dengan ) badan ghaib.

Dari wisik/petunjuk ghaib yang saya terima menerangkan bahwa + 3 tahun lagi negara akan mengalami cobaan berupa kekacauan dengan suasana yang sangat mencekam, penuh dengan ketidakpastian dan kebrutalan. Persis suasana pada saat menjelang dan pasca tahun 1965. Keadaan seperti itu (menurut ghaib) sulit bisa reda sebelum diwiradati dengan cara (mohon maaf cara tersebut tidak dapat kami ungkap dalam tulisan ini karena sangat sensitif sekali).

Saya ingin bertemu Bapak yang terhormat secara langsung untuk menyampaikan semua “cara” mewiradatinya sesuai petunjuk ghaib yang pernah saya terima.

Perlu Bapak ketahui bahwa saya bukan paranormal/dukun.

Mohon maaf atas kelancangan kami memberanikan diri menulis surat ini dan terima kasih atas perhatiannya. (DTS)

Wassalamu’ alaikum wr. wb.

Hormat kami,

Drs. Subyantoro

Madiun

[1]       Dikutip langsung dari dalam sebuah buku berjudul “Empati di Tengah Badai: Kumpulan Surat Kepada Pak Harto 21 Mei – 31 Desember 1998”, (Jakarta: Kharisma, 1999), hal 617-618. Surat ini merupakan salah satu dari 1074 surat  yang dikirim masyarakat Indonesia dari berbagai pelosok, bahkan luar negeri, antara tanggal 21 Mei – 31 Desember 1998, yang menyatakan simpati setelah mendengar Pak Harto mengundurkan diri. Surat-surat tersebut dikumpulkan dan dibukukan oleh Letkol Anton Tabah.

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.