Kami Prihatin

Balikpapan, 5 Juni 1998

Kepada

Yth. Bapak H. Muh. Soeharto

di Jl. Cendana 8

Jakarta

 

KAMI PRIHATIN [1]

Dengan hormat,

Pertama-tama tak lupa saya panjatkan puja dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang mana Beliau masih melimpahkan rahmat beserta taufik kepada saya. Dan selanjutnya tak lupa untuk salam yang saya ucapkan, Assalamu’alaikum warohmatullahi wa barokatuh.

Dan yang kedua saya minta maaf yang setinggi-tingginya atas usulan-usulan saya dan keberanian saya mengirim surat saya ini karena saya sebagai umat beragama, saya sangat terpanggil hati saya untuk menolong beban Bapak H.M. Soeharto apabila berkenan di hati Bapak H.M. Soeharto, atau Bapak Drs. Yohanes Yakob selaku konsultan Cendana.

Yang selanjutnya saya sangat prihatin, dan sangat kesal sekali atas mereka­-mereka yang menghujat Bapak H.M. Soeharto dan keluarga Bapak yang betul-betul sudah kelewat batas dan sangat tidak berperi­kemanusiaan atau sudah melanggar rambu-rambu dan harapan saya mudah-mudahan Bapak H.M. Soeharto selalu tabah dan tawakal menghadapi atau menerima cobaan hidup yang sedang Bapak terima ini, dan mudah-mudahan Allah memberikan kekuatan Iman dan memberi kesehatan kepada Bapak H.M. Soeharto dan panjang umur.

Pak H.M. Soeharto? sesungguhnya bila dibandingkan banyaknya jumlah penduduk Indonesia? Yang menghujat itu hanya segelintir orang ibarataya! Tapi mereka yang menghujat itu betul-betul sudah keterlaluan, Pak! Mereka sudah tak mau mengontrol diri, mereka ndak mengingat jasa-jasanya Bapak H.M. Soeharto, kalau betul-betul sudah tak mau mengingat jasa Bapak H.Mo Soeharto?

Mereka-mereka itu bukan manusia lagi Pak! Hewan, Pak, mereka mereka itu. Coba mengecamkan mereka-mereka itu seandainya waktu itu/reth thn 1965 bukan Bapak H.M. Soeharto yang pegang apa jadinya Rakyat Indonesia. Apa ndak jadi negara Komunis ndak ingatkah perjuangan Pak Harto waktu itu.

Dan apa ndak diingat juga rakyat Indonesia bisa maju bisa makmur, atau lepas dari gerakan PKI berkat keja keras Pak Harto dan Indonesia bisa menjadi negara maju, dan bisa menjadi negara pembangunan bangsa, dan menjadi negara pembamgunan di desa di tingkat daerah maupun di ibu kota ataupun di tingkat pusat.

Semua itu jasa siapa kalau bukan jasa Pak H.M. Soeharto dan kabinet-kabinetnya. Bila mereka-mereka tak mau mengingat semua itu betul-betul biadab mereka itu Pak, Bapak H.M. Soeharto? Yang jelas saya tidak rela dan sakit hati saya bila Bapak terus menerus dihujat yang sedemikian parahnya. Walaupun demikian saya tidak bisa berbuat apa-apa dan tidak tahu tentang politik apapun, karena saya hanya tamatan SD pada tahun 1977 dan kerjaan saya hanya sopir, Pak. Maka dari itu saya tidak tahu tentang politik dan tidak punya kekuatan, Pak.

Maka dari itu mungkin saya bisa menolong dari kesulitan Bapak hanya ide-ide saya demikian Pak. Sebelum Bapak H.M. Soeharto diaudit atau diperiksa? Saya sangat bersedia apabila sebagian harta Bapak diatasnamakan saya, saya yakin pasti tidak akan tahu siapa-pun juga, Pak, karena saya orang kampung dan saya orang kecil yang tidak dikenal apalagi saya tinggal di Balikpapan Kaltim.

Saya menjamin pasti aman Pak. Dan saya siap mengamankan rahasia Pak H.M. Soeharto. Itupun bila berkenan di hati Bapak H. M. Soeharto atau di hati Bapak Yohanes Yacob sebagai konsultan di Cendana. Dan saya siap menerima Bapak Drs. Yohanes Yacob kapan saja apabila Pak Yohanes Yacob ingin mensurvei keadaan saya di Balikpapan Pak, tapi dengan syarat? Jangan-jangan berpakaian yang rapi atau pake dasi bila perlu hempun jangan dikasi masuk Pak. Supaya dikira hanya teman-temanku sopir aja. Dan datang ke rumah saya juga ndak sulit kok nyari rumah saya, Pak.

Pak Yohanes turun dari pesawat di bandara sepinggan Balikpapan hanya dua km sudah nyampek. Naik taxi dari bandara ke gunung Bakaran, Pak. Di depan Vila BetalEx Complek Vico, itu depannya persis, Pak masuk ke kiri Pak, kira-kira 100 meter tanya nama saya Kawit yang kerja sopir di Vila Beta atau yang nyewa rumahnya Pak Nanya semua orang tahu, Pak.

Pak Soeharto? Dan Pak Yohanes saya minta maaf atas nama pengirim sengaja saya pinjam nama DPR BPP. Karena bila memakai nama saya pribadi saya takut bila tidak sampai di Jln. Cendana dan apabila Pak Yohanes ingin menghubungi saya Kawit bisa lewat telpon di tempat saya kerja (0542-52-3328) atau di rumah No. telp. (0542­64191) demikian atas masukan atau usulan dari saya apabila tak berkenan di hati Bapak H.M. Soeharto saya sebagai manusia biasa yang tak akan luput dari kekeliruan dan kesalahan-kesalahan saya sebagai umat beragama bisa mohon maaf maupun mohon ampun yang sedalam-dalamnya, akhir kata wabilahi taufiq wal hidayah wassalamu’alaikum wr. wb. (DTS)

Hormat saya,

Kawit Saputro

Balikpapan – Kalimantan Timur

[1]     Dikutip langsung dari dalam sebuah buku berjudul “Empati di Tengah Badai: Kumpulan Surat Kepada Pak Harto 21 Mei – 31 Desember 1998”, (Jakarta: Kharisma, 1999), hal 767-769. Surat ini merupakan salah satu dari 1074 surat  yang dikirim masyarakat Indonesia dari berbagai pelosok, bahkan luar negeri, antara tanggal 21 Mei – 31 Desember 1998, yang menyatakan simpati setelah mendengar Pak Harto menyatakan berhenti dari kursi Kepresidenan. Surat-surat tersebut dikumpulkan dan dibukukan oleh Letkol Anton Tabah.

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.