Cilegon, 9 Juni 1998
Kepada
Yth. Bapak Soeharto
di Tempat
KAPAN TENTERAM KEMBALI?[1]
Assalamu’alaikum wr. wb.
Semoga Bapak dan keluarga selalu sehat wal’ afiat dan tidak kekurangan suatu apa. Bapak …! Nama saya, Dian Eka Wati dan sekarang bersekolah di Sekolah Pertanian SPMA Serang Jl. Cilegon Km-4 PO Box. 105 Jawa Barat, Kelas III, saya sebenarnya sudah lama … ingin berkirim surat kepada Bapak, dan baru sekarang terlaksana (maafkan atas kelancangan ini).
Di kesempatan ini, saya ingin menyampaikan bahwa saya ikut prihatin atas berbagai ujian yang menimpa Bapak dan Keluarga. Saya juga tidak menyangka banyak hal – hal yang terjadi di luar dugaan pada akhir – akhir ini. Saya mohonkan kepada Allah Swt semoga hal ini cepat teratasi dan Bapak dan keluarga selalu tabah serta keadaan damai kembali. Amin.
Bapak entah mengapa, keadaan sekarang yang saya lihat di TV sepertinya pemerintah hanya memikirkan perebutan kekuasaan dan sepertinya kurang memperhatikan keadaan rakyat. Bapak kenapa keadaan sekarang tidak sedamai sewaktu pemerintahan Bapak. Bisakah hal ini pulih kembali.
Bapak, keadaan sekarang banyak menimbulkan kesulitan untuk rakyat dan saya pun merasakan juga Pak! Saya seorang anak Pegawai Negeri yang ingin sekolah ke Perguruan Tinggi. Tapi dengan keadaan yang sekarang …? Bisakah Pak? (saya mohon nasehat Bapak …) Sebab, untuk satu buah kacamata yang sangat saya butuhkan pun sulit saya dapatkan.
Maafkan atas keluh kesah saya ini. Bapak …! Sekali lagi maafkan sebab sekarang ini saya sedang merasa sendirian tanpa teman yang bisa untuk berbagi. Dan setelah Bapak membaca ini, lupakanlah semua dan anggaplah tak pernah ada. (DTS)
Dian Eka Wati
SPMA
Cilegon – Jawa Barat
[1] Dikutip langsung dari dalam sebuah buku berjudul “Empati di Tengah Badai: Kumpulan Surat Kepada Pak Harto 21 Mei – 31 Desember 1998”, (Jakarta: Kharisma, 1999), hal 336-337. Surat ini merupakan salah satu dari 1074 surat yang dikirim masyarakat Indonesia dari berbagai pelosok, bahkan luar negeri, antara tanggal 21 Mei – 31 Desember 1998, yang menyatakan simpati setelah mendengar Pak Harto mengundurkan diri. Surat-surat tersebut dikumpulkan dan dibukukan oleh Letkol Anton Tabah.