Kata Hati Sejujurnya

……………1998

Kepada

Bapak. H. M. Soeharto

Komplek Cendana

di Jakarta

KATA HATI SEJUJURNYA [1]

 

Assalamu’alaikum wr. wb.

Bersama surat ini, teriring salam dan doa semoga Tuhan Yang Maha Kuasa senantiasa melimpahkan kekuatan dan ketabahan kepada Bapak dan keluarga. Amin. Sebelumnya saya minta maaf, bahkan surat ini dianggap tidak sopan dan lancang terhadap Bapak.

Hal ini saya lakukan semata-mata prihatin juga simpati kepada  Bapak, atas peristiwa yang terjadi baru-baru ini.

Saya bukan mahasiswa, bukan pengamat politik, bukan pakar hukum atau apa saja. Saya hanya seorang warga negara, bahkan lebih gila, saya hanya seorang loper koran, yang ingin menyampaikan kata hati saya yang sejujurnya sebagai manusia. Biarpun semua ini tidak ada artinya bagi Bapak, namun saya merasa lega dan plong bisa menyampaikan hal ini. Saya akui saya sangat salut, simpati dan menaruh hormat sepenuhnya kepada Bapak yang mampu menguasai diri di saat seperti ini.

Rasanya saya tidak percaya bahwa Bapak tega meninggalkan kami, mengapa Bapak menyerah begitu saja pada keadaan, padahal kita semua tahu kemampuan Bapak. Saya sadar, tak ada manusia yang sempurna, tapi setidaknya Bapak telah membuktikan selama 30 tahun lebih. Bagi saya 30 tahun bukannya waktu yang singkat, bahkan melebihi umur saya, juga melebihi umur mereka yang mengaku mahasiswa, yang katanya kaum intelek, orang berpendidikan. Bukan saya tidak setuju reformasi, sepenuhnya saya mendukung, kami juga ingin perubahan demi kemajuan dan kesejahteraan bersama. Tapi, saya kira arti reformasi bukan seperti ini, merusak tatanan yang sudah ada, apalagi saya dengar ada usulan untuk mengubah UUD ‘ 45, dan tidak menutup kemungkinan mereka akan mengganti dasar negara. Saya kira sebagai pelaku sejarah, Bapak tahu betul apa yang harus dilakukan. Rasanya saya tidak bisa terima perlakuan semena-mena mereka.

Saya jadi heran, kenapa mereka tidak bisa mengerti, mereka sama sekali tidak menganggap kepemimpinan Bapak selama ini. Mungkin mereka beranggapan bahwa memimpin suatu bangsa itu mudah. Saya yakin mereka semua belum tentu mampu memimpin dan membawa bangsa dan negara serta melaksanakan amanat rakyat. Yang mengherankan lagi, saat ini banyak penjilat, banyak orang yang mengkhianati Bapak. Saat Bapak jadi orang berpengaruh, mereka sangat santun dan hormat, sekarang mereka mencela bahkan menghujat Bapak.

Saya kira hanya ini yang bisa kami sampaikan kepada Bapak, bila tidak berkenan mohon dimaatkan.

Wassalamu’ alaikum wr. wb. (DTS)

Hormat saya,

Sudaryanto

Kalimantan Barat

[1]       Dikutip langsung dari dalam sebuah buku berjudul “Empati di Tengah Badai: Kumpulan Surat Kepada Pak Harto 21 Mei – 31 Desember 1998”, (Jakarta: Kharisma, 1999), hal 206-207. Surat ini merupakan salah satu dari 1074 surat  yang dikirim masyarakat Indonesia dari berbagai pelosok, bahkan luar negeri, antara tanggal 21 Mei – 31 Desember 1998, yang menyatakan simpati setelah mendengar Pak Harto mengundurkan diri. Surat-surat tersebut dikumpulkan dan dibukukan oleh Letkol Anton Tabah.

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.