KATAKAN DENGAN BUNGA
Jakarta, Pelita
“Waduh Bagusnya,” ujar lbu Tien, tatkala memandang bunga-bunga yang bermekaran. Lantas, jepret-jepret, lbu Negara pun mengabadikan bunga aneka warna dengan kamera sakunya yang mungil.
lbu Tien Soeharto didampingi lbu E.N. Sudharmono, serta rombongan ibu-ibu Ria Pembangunan, Selasa mengunjungi kebun bunga yang diselenggarakan Yayasan Bunga Nusantara (YBN) pimpinan Istri Menteri Koperasi Ny. Bustanil Arifin. Kebun seluas 26 hektar itu, terletak di Desa Kawung Luwuk Pacet, Cianjur, Jawa Barat.
Kebun bunga berisi berbagai jenis bunga Cerbera, Rosa ChrysanThemum, dan Dladiol ditanam mulai September 1989. Dari keseluruhan kebun, 10 hektar akan menjadi kebun percobaan yang dikelola oleh Pusat Koperasi Bunga Indonesia (Puskopbindo), 10 hektar akan dikelola PT. Alan lndah Bunga Nusantara (AIBN) untuk memproduksi bunga kualitas prima, 4 hektar dikelola PT. Purwasari Nusantara (PTPN) dan digunakan untuk laboratorium serta menghasilkan benih-benih bunga unggul, dan pembudidayaan tanaman dengan teknologi canggih.
YBN yang didirikan tiga tahun lalu, memiliki cita-cita untuk membantu petani bunga menghasilkan bunga dengan kualitas prima, memasarkannya dengan harga tinggi. Untuk itu, YBN mendorong berdirinya Koperasi primer bunga di Jakarta, Jawa Tengah, Jawa Timur, Jawa Barat, Sumatra Utara. Di samping, juga mendorong berdirinya Puskopbindo, AIBN, dan PTPN. Kedua perusahaan belakangan itu, merupakan kerjasama swasta dengan koperasi.
Kebun Inti
Kebun bunga nantinya diharapkan menjadi pusat pengembangan tanam bunga, dibentuk menjadi kebun inti dan plasma. Kebun Inti dikelola oleh AIBN, dan plasma diserahkan pada petani setempat.
Sementara benihnya disediakan oleh PT PN. Perusahaan ini mencoba untuk dapat menghasilkan benih unggul secara mandiri. Benih yang semula impor itu, selÂselnya di kawinkan untuk mendapat benih baru yang sifatnya sama dengan induknya. Untuk itu, akan didirikan laboratorium yang diharapkan rampung pembangunannya April tahun depan.
Menurut Prof. Dr. Edy Nurhadi, Dekan Fakultas Biologi ITB yang mengelola PT PN, perusahaan dapat menghasilkan sekitar 1,2 juta tunas per tahun, hanya dengan melibatkan delapan orang. Namun untuk sementara perusahaannya masih akan memproduksi sesuai permintaan pasar.
Menurut Ir. Gangga tenaga ahli yang bekerja di perusahaan itu, harga jual bunga dengan benih unggulan lebih mahal ketimbang bunga lokal. Hal ini tentu pada akhirnya akan meningkatkan kesejahteraan petani bunga. Ia beri contoh.Gerbera lokal harganya Rp 40 Rp 50 per tangkai, sedangkan Gerbera benih unggul harganya mencapai Rp 7.000- Rp 7.500 per lusin atau Rp 500 lebih per-ikatnya. Chrysan lokal Rp 250 per ikat, sedang benih unggul Rp 7.000 per-ikat.
Namun diakui Ir. Gangga, pasar dalam negeri kurang banyak menyerap produksi. Sementara untuk ekspor yang punya peluang besar, masih menghadapi kendala persyaratan yang ketat dari negara-negara pengimpor. Selain itu, berbagai pajak dan penyusutan bisa mencapai 20% dari harga jual harus dibayarkan.
Tentang teknologi pengawetannya, secara samar Ir. Gangga pun mengakui, Indonesia tampaknya masih ketinggalan dengan negara lain. Karenanya, kalaupun ekspor yang direncanakan tahun depan, hanya akan dilakukan atas permintaan. Selain itu negara-negaranya pun baru sekitar Pasifik yang tak terlampau jauh dengan Indonesia, agar menjaga keutuhan bunga sampai di tempat.
Kendati masih ada kekurangan di sana-sini, upaya Yayasan Bunga Nusantara itu patut dihargai. Upaya yang mungki n untuk pertama kali dan secara besar-besaran dilakukan di Indonesia. Apalagi usaha itu mempunyai tujuan yang ideal, yakni meningkatkan pendapatan petani bunga, tentunya akan banyak pihak yang mendukung serta mengharapkan keberhasilannya.
Sumber : PELITA(14/12/1989)
Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku XI (1989), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 744-745.