PRESIDEN RESTUI PENGKAJIAN SEJARAH PEMERINTAHAN DARURAT RI
Jakarta, Antara
PRESIDEN SOEHARTO merestui penyelenggaraan suatu seminar yang akan mengkaji kembali peranan Pemerintahan Darurat Republik Indonesia (PDRI) pada masa perjuangan kemerdekaan Indonesia, 40 tahun lalu. Restu itu diberikan Kepala Negara di Istana Merdeka, Jakarta, Rabu siang ketika menerima beberapa tokoh PDRI yang menghadapnya dalam rangka memperingati 40 tahun PDRI sekaligus minta restu sehubungan rencana mereka mengadakan seminar tersebut.
“Bapak Presiden merestui seminar itu ,” kata mantan Wakil Ketua PDRI Mr.T.H. Moehammad Hasan dalam keterangannya kepada wartawan selesai diterima Kepala Negara.
Tokoh PDRI yang kini berusia lanjut tersebut menjelaskan bahwa seminar itu dianggap perlu diadakan agar generasi muda dapat mengetahui tentang peranan PDRI pada masa Clash II (agresi II Belanda tahun 1948), karena dewasa ini ada yang mengira PDRI sama halnya dengan PRRI.
“Mumpung kami masih hidup, seminar itu akan menjelaskan perbedaan antara PDRI dan PRRI,” kata Mohammad Hasan denga suara tuanya yang pelan.
Dijelaskannya pula bahwa PDRI dibentuk 22 Desember 1948 di Balaban, sebuah desa terpencil di pedalaman Sumatera Barat di bawah pimpinan Syafrudin Prawiranegara, setelah Yogyakarta jatuh ke tangan Belanda dan Presiden Soekarno ditawan.
PDRI ikut mengadakan perang gerilya untuk menegakkan keberadaan negara pada kurun waktu Clash II, katanya.
Menurut Moehammad Hasan, belum dapat dipastikan kapan seminar tentang peranan PDRI itu akan diadakan karena perencanaannya kini masih dimatangkan. Ia hanya menyebutkan bahwa seminar itu akan mengikutsertakan para pakar sejarah, para pelaku dan generasi muda.
Tokoh-tokoh PDRI yang ikut menghadap Presiden di Istana Merdeka adalah mantan menteri agama KH. Masykur, mantan panglima tentara tentorial Sumatera Letjen (Purn) Hidayat, mantan Kasau Komodor Udara (Purn) H. Sujono.
Dana Perantau Minang
Sebelum menerima mereka, Presiden di tempat yang sama juga menerima Gubernur Sumatera Barat Hasan Basri Durin yang melaporkan perkembangan pembangunan di propinsinya.
Presiden berpesan agar generasi muda Sumbar yang terdidik diarahkan untuk mau terjun ke bidang pertanian yang potensinya di daerah tersebut saat ini sangat besar.
Kepala Negara juga minta agar dana perantau dari Minangkabau dapat digali dan dikumpulkan untuk membantu pembangunan di Sumbar, khususnya untuk menciptakan lapangan kerja bagi generasi muda setempat.
Gubernur mencatat bahwa saat ini terdapat sekitar 32.000 pencari kerja di Sumbar, sebagian besar (28.000) terdiri atas lulusan SLTA.
“Kami akan mengusahakan agar mereka terjun ke bidang pertanian,” katanya. Menurut gubernur, lahan pertanian yang masih tersedia dan belum digarap di Sumbar saat ini mencapai sekitar 400.000 ha, sebagian besar masih berbentuk hutan.
Sumber : ANTARA(04/01/1989)
Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku XI (1989), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 747-748.