MENPARPOSTEL: ARUS WISATAWAN TIDAK TERPENGARUH ANCAMAN TERORIS
Jakarta, Antara
Menparpostel Soesilo Soedarman mengharapkan, meningkatnya ancaman teroris terhadap penerbangan internasional akhir- akhir ini tidak berpengaruh buruk bagi arus masuk wisatawan ke Indonesia.
“Sampai sekarang tidak ada pengaruhnya karena arus wisatawan ke Indonesia tahun 1988 mengalami kenaikan 21 persen,” katanya menjawab pertanyaan wartawan selesai melapor kepada Presiden Soeharto di Istana Merdeka, Jakarta, Rabu.
Menparpostel menyatakan, untuk terus meningkatkan arus wisatawan itu ke Indonesia, Pemerintah tahun ini juga akan melaksanakan kampanye “Sadar Wisata 1989”.
Melalui kampanye yang direncanakan dimulai awal Tahun Anggaran 1989/1990 itu (April 1988), masyarakat di tanah air akan didorong untuk lebih mengetahui peran pariwisata dalam pembangunan nasional sehingga mereka diharapkan dapat ikut menerima kedatangan wisatawan sebaik-baiknya.
Menparpostel menjelaskan bahwa kampanye tersebut akan dilandasi oleh apa yang disebut sebagai “Sapta Pesona” (Tujuh Pesona).
Maksudnya, masyarakat di setiap daerah tujuan wisata akan didorong untuk menciptakan suasana yang aman , tertib, bersih, sejuk karena lingkungan hidup terpelihara, indah, ramah tamah, dan mernbawa kenangan karena budayanya yang mempesona, makanannya yang khas dan lezat serta tersedianya cenderamata yang praktis, khas dan murah.
Jumlah wisatawan asing yang datang ke Indonesia selama Tahun 1988, kata menteri, melampaui satu setengah juta orang sehingga devisa yang diraih Indonesia dari sektor tersebut mencapai lebih satu miliar dolar AS, sementara tenaga kerja yang diserap sekitar 1,3 juta orang. Menurut Soesilo Soedarman, angka-angka yang dicapai itu merupakan suatu prestasi cukup menggembirakan karena dapat dijadikan sebagai landasan bagi kelangsungan pembangunan pada Pelita V mendatang.
Kemajuan Lain
Di samping lapor tentang angka-angka dan rencana mengadakan Kampanye “Sadar Wisata 1989”, Menparpostel juga rnelaporkan kepada Presiden berbagai kemajuan lain yang dicapai Deparpostel selama Tahun 1988. Kemajuan itu antara lain ditandai dengan kian memasyarakatnya kode pos, meningkatnya pengadaan telepon umum warung telekomunikasi (wartel), dan meningkatnya jumlah kota yang mendapat sambungan langsung internasional.
”Yang lebih menggembirakan lagi adalah keberhasilan BUMN kita,” sambungnya seraya menjelaskan bahwa saat ini terdapat delapan BUMN yang bernaung di bawah Deparpostel, satu di antaranya belum berfungsi karena masih berbentuk proyek (Proyek Taman Nasional Borobudur dan Prambanan).
Akan tetapi, katanya, tujuh BUMN tersebut saja tahun lalu mampu meraih laba Rp. 329,89 miliar. Dari laba itu, kewajiban yang dibayarkan kepada Pemerintah mencapai Rp.218,7 miliar termasuk pajak sebesar Rp. 106 miliar lebih.
Menparpostel Soesilo Soedarman dalam pertemuan dengan Kepala Negara juga lapor tentang rencananya mengikuti Forum Turisme ASEAN yang dijadwalkan berlangsung di Singapura 13-16 Januari mendatang.
Sumber : ANTARA(04/01/1989)
Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku XI (1989), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 748-749.