“KELENGAHAN DAN PUAS DIRI MERUPAKAN BAHAYA”

"KELENGAHAN DAN PUAS DIRI MERUPAKAN BAHAYA”

Presiden Soeharto :

Presiden Soeharto mengingatkan, berbagai kemajuan besar yang telah dicapai dalam pembangunan sekarang ini, tidak boleh sekali-kali membuat lengah dan puas diri menghadapi tahun-tahun mendatang.

Menurut Kepala Negara, tidak sedikit hambatan yang masih membentang di masa-masa mendatang. Sementara apa yang telah dicapai sampai sekarang ini, masih jauh dari apa yang diinginkan.

"Kelengahan dan puas diri merupakan bahaya yang dapat menggagalkan pembangunan," demikian Presiden ketika meresmikan tiga proyek pembangunan di Surabaya Sabtu kemarin. Proyek-proyek tersebut adalah pelabuhan antar pulau "Mirah" di pelabuhan Tanjungperak. Pasar Turi Baru dan proyek gedung Kantor Gubernur Jawa Timur.

Eratkan Ikat Pinggang

Salah satu hambatan yang menghadang, menurut Presiden Soeharto, adalah kesulitan-kesulitan ekonomi dunia akibat resesi yang berkepanjangan, dan sampai sekarang belum ada gambaran kapan akan berakhir.

Akibat resesi, demikian Kepala Negara, ekspor di luar minyak dan gas bumi mengalami pukulan berat. Antara lain ekspor pertanian yang justru merupakan kegiatan dan mata pencaharian terbesar rakyat Indonesia.

Namun kenyataan ini sama sekali tidak akan dan tidak boleh membuat putus asa. Malah harus membulatkan tekad dan semangat untuk terus membangun dan bahkan meningkatkannya. Apalagi untuk itu dimiliki potensi yang cukup besar.

"Walaupun tahun-tahun mendatang harus kita hadapi dengan semangat keprihatinan yang tinggi, namun tahun-tahun mendatang itu bukannya tahun-tahun yang tanpa harapan," kata Presiden Soeharto mengingatkan.

Yang penting menurut Kepala Negara, "kita harus terus bekerja keras, terus menggerakkan semua sektor ekonomi secara terpadu dan lebih efisien dan terus membangun. Sebagai bangsa kita harus mengeratkan ikat pinggang,"

Wujud Pemerataan

Menyinggung masalah pembangunan pelabuhan antar pulau "Mirah" yang diresmikan Sabtu pagi itu, Presiden mengemukakan bahwa dengan selesainya pelabuhan itu aruspengangkutan barang ke wilayah Indonesia bagian timur diharapkan lebih lancar lagi.

Itu sekaligus berarti akan membantu kelancaran gerak pembangunan di wilayah timur yang luas dan penuh potensi.

Dengan mulai berfungsinya pelabuhan baru itu, semua pihak berharap agar kegiatan ekonorni di daerah Surabaya khususnya, dan Jawa Timur umumnya dapat lebih hidup lagi.

Tentang pembangunan kembali Pasar Turi Baru yang terbakar tanggal 2 Mei 1978, Presiden Soeharto mencatat hal-hal positif yang diharapkan dapat dijadikan contoh bagi pembangunan pasar-pasar lainnya.

Antara lain, pembangunan pasar yang besar dan cukup megah ini mengikut-sertakan beberapa puluh pemborong yang termasuk golongan ekonorni lemah. Di pasar ini juga disediakan, tempat jualan bagi mereka yang masih lemah ekonominya.

"Ini merupakan wujud nyata untuk memeratakan pembangunan," ujar Presiden. Ditambahkan, pemerataan pembangunan harus mendapat perhatian yang besar, sebab dengan pemerataan itu akan diperoleh kekuatan untuk melanjutkan pembangunan.

Tentang pembangunan Kantor Gubernur Jatim, Presiden Soeharto juga menyatakan punya catatan tersendiri. Gedung itu cukupmegah, dan lebih dari itu kantor ini dibangun justru menjelang tahun terakhir Pelita Ill. Berarti gedung dibangun setelah tingkat kesejahteraan rakyat bertambah baik, berkat pembangunan di daerah yang berjalan baik pula.

”Ini mencerminkan bahwa pemerintah daerah mendahulukan kepentingan rakyat banyak dari pada kepentingan sendiri," kata Presiden.

Acara Peragaan

Upacara peresmian tiga proyek yang dipusatkan di dekat dermaga "Mira" pelabuhan Tanjungperak tersebut juga ditandai dengan penekanan tombol dan pembukaan selubung monumen pintu gerbang pelabuhan.

Dilanjutkan penandatanganan tiga buah prasasti oleh Presiden masing-masing untuk pelabuhan antar pulau prasarana terus dikembangkan tapi di pihak lain sarana bongkar-muat kurang dipikirkan," katanya.

Spontanitas dan Tumpeng

Dan pelabuhan Tanjungperak Presiden dan rombongan langsung menuju ke Pasar Turi Baru dengan mendapat sambutan spontan dari para nedagang dan ‘Mirah’, Pasar Turi Baru dan Kantor Gubernur KDH Jatim.

Sementara itu seribu ekor burung merpati dilepas dan sangkakala dengan dibarengi oleh "gertakan" seruling kapal-kapal yang merapat di dermaga pelabuhan Tanjungperak.

Khusus untuk pelabuhan antar pulau "Mirah", pada kesempatan itu Presiden dan rombongan disuguhi atraksi peragaan bongkar-muat barang di pelabuhan, sejak dari jaman penjajahan dulu sampai dengan abad modern ini.

Hanya agak disayangkan peragaan alat-alat modern yang disajikan di hadapan Kepala Negara bersama Nyonya dan beberapa menteri itu, sebagian bukan milik BPP atau Ditjen Perhubungan Laut.

Seperti alat pengangkat peti-kemas yang disebut "top loader", merupakan pinjaman dari sebuah perusahaan pelayaran samudera swasta. Padahal proyek pelabuhan yang diresmikan itu bernilai cukup mahal, lebih dari Rp 8,8 milyar.

Sumber Kompas yang hadir dalam upacara itu mengatakan, harga "top loader", sebenarnya tidak terlalu mahal jika dibanding dengan nilai proyek itu sendiri.

"Masalahnya sistem perencanaan yang kurang klop di satu pihak masyarakat sekitarnya. Setelah upacara singkat pemberian "tali-asih" dan pengguntingan untaian bunga di muka Pintu gerbang pasar oleh Nyonya Tien Soeharto, Presiden dan rombongan menyaksikan sebagian kios dalam pasar tersebut

Alunan lagu-lagu khas Jawa Timur menggugah semangat dan menciptakan kehangatan tersendiri, sehingga secara spontan banyak pedagang berebut mendekati Presiden dan Nyonya.

Suasana yang akrab dan spontan itu sempat membuat beberapa petugas pengaman kalang-kabut, namun Presiden dengan lambaian tangan dan senyum terus berjalan dan beberapa kali berbicara dengan para pedagang. Kunjungan yang hanya berjalan sekitar seperempat jam itu diakhiri dengan kunjungan berikutnya di kantor baru gubernur.

Acara pengguntingan untaian-bunga di kantor baru ini disusul pertunjukan tari "Ngremo" khas Jatim oleh serombongan pelajar SLTA dengan penuh semangat dan meriah.

Presiden dan rombongan langsung menuju ke lantai VII dan memeriksa ruang kerja Gubernur Soenandar. Kemudian diruang rapat gubernur dilakukan pemotongan tumpeng oleh Presiden dan dibantu Nyonya Tien dalam menghimpunlauk-pauknya.

Piring berisi potongan tumpeng langsung diserahkan kepada seorang karyawan gubernuran yang berusia paling tua. Seusai santap siang Presiden dan rombongan langsung kembali menuju Jakarta.

Hadir pada kesempatan kemarin Menko Ekuin Wijojo Nitisastro, Mensesneg/ Mendagri a.i. Sudharmono SH, Menteri Perhubungan Roesmin Nurjadin, Menteri Perdagangan dan Koperasi Radius Prawiro, Sekretaris Kabinet Drs. Moerdiono serta Asisten Intel Hankam Letjen Benny Murdani. (RA)

Surabaya, Kompas

Sumber : KOMPAS (12/12/1982)

Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku "Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita", Buku VI (1981-1982), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 1096-1098.

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.