KEMAJUAN DI BIDANG INDUSTRI TEKSTIL SANGAT MENGGEMBIRAKAN
Jakarta, Kompas
Presiden Soeharto menilai, kemajuan yang dicapai di bidang industri tekstil sangat menggembirakan. Industri tekstil ternyata dapat terus berkembang secara meyakinkan, kendati menghadapi berbagai hambatan dan tantangan yang tidak ringan.
Penilaian itu dikemukakan Kepala Negara ketika meresmikan pembukaan 192 pabrik tekstil dan produk tekstil di enam propinsi, yang dipusatkan di Kawasan Berikat Nusantara (KBN) Cakung, Jakarta, hari Selasa.
Dikatakan, dengan dibangunnya industri hulu yang menghasilkan bahan baku untuk serat sintetis polyester dan rayon, maka struktur industri tekstil nasional menjadi makin kuat lagi. Karenanya Presiden yakin bahwa industri tekstil nasional akan dapat berkembang dengan orientasi ekspor, mengingat peluang untuk itu masih terbuka luas, khususnya ekspor ke negara non kuota.
Kepala Negara menilai, industri tekstil mempunyai arti penting dan strategis bagi pembangunan. Selain untuk mencukupi kebutuhan sandang rakyat, industri ini juga bertujuan menggerakkan pembangunan di sektor-sektor lain. ”Tekstil yang dihasilkan oleh pabrik-pabrik tekstil kita juga kita usahakan untuk mampu bersaing di pasaran luar negeri, sehingga dapat menjadi salah satu komoditi andalan ekspor kita,” katanya seraya menunjuk bahwa ekspor tekstil tahun lalu mencapai lebih 1,3 milyar dollar AS.
Mesin Tekstil Perkasa
Upacara peresmian pabrik-pabrik tekstil itu dipusatkan di PT. Bima Perdana Busana, yang seluruh mesin tekstilnya dibuat di dalam negeri oleh PT. Texmaco Perkasa Engineering. “Saya beri nama mesin tekstil ini “Perkasa”. Nama ini mencerminkan mesin yang dapat diandalkan dan dibuat oleh bangsa kita sendiri,” kata Kepala Negara.
Presiden menilai, usaha pembuatan mesin industri itu perlu didorong dan ditingkatkan dalam membangun industri nasional. Dengan demikian melalui penguasaan teknologi, rancang bangun dan perekayasaan, akan mampu dibuat peralatan industri tekstil secara luas.
“Kebijaksanaan ini juga kita lakukan di bidang industri lainnya seperti di bidang industri pengolahan, industri petrokimia, industri pulp, industri pupuk urea, TSP, ZA, industri gula dan sebagainya,” kata Presiden Soeharto.
Pasaran Ekspor
Menteri Perindustrian Hartarto dalam laporannya mengatakan, ke-192 industri tekstil itu rata-rata berskala menengah, namun mampu memasuki pasaran ekspor. Keseluruhan proyek menyerap tenaga kerja 30.000 jiwa, dengan investasi Rp 460 milyar, dan perkiraan ekspor yang diperoleh sekitar 370 juta dollar AS per tahun.
Proyek itu terdiri dari empat industri pembuatan serat, 20 pemintalan, 48 pertenunan, 29 perajutan, 75 industri pakaian jadi dan barang jadi tekstil lainnya, empat industri sulaman dan 12 industri penyempurnaan tekstil.
Lokasinya di Jabar 78,2 persen, DKI Jakarta 17,7 persen, Jateng 2,6 persen, Yogyakarta, Jawa Timur, dan Riau (Batam) masing-masing 0,5 persen.
Menteri menilai, perkembangan cabang industri tekstil selama Pelita IV setelah melalui periode konsolidasi (1983-1985) sangat menggembirakan. Antara lain berkat usaha restrukturisasi dalam arti luas serta kegiatan investasi yang dilakukan para pengusaha. Hal ini tercermin dari makin meningkatnya ekspor produk tekstil, di samping memenuhi kebutuhan sandang bagi rakyat dengan harga yang terjangkau masyarakat banyak.
“Prospek pengembangan industri tekstil semakin mantap, utamanya pengembangan ekspor ke negara non kuota seperti Jepang, Timur Tengah dan negara Afrika. Sedangkan ke negara kuota perlu segera ditingkatkan kualitas produk,” ujarnya.
PT. Kawasan Berikat Nusantara (KBN) adalah suatu persero di lingkungan Departemen Perdagangan yang didirikan pada bulan Juni 1986.
Dalam menjalankan kegiatannya sebagai tempat penimbunan (bonded warehousing) dan pengolahan barang dengan tujuan ekspor itu, KBN mempunyai tanah 173 ha di Cakung dan 10 ha di Tanjung Priok. Sekarang di sana sudah beroperasi 43 perusahaan, 12 lainnya dalam taraf renovasi atau membangun, dan 23 dalam taraf penyelesaian kontrak.
Jenis komoditi ekspor di KBN sebagian besar pakaian jadi. Juga ada industri payung, mebel, sepatu dan sebagainya , dengan total tenaga kerja 26.879 orang. Ekspor industri dari KBN ini meningkat dari Rp 62 milyar di tahun 1986, menjadi Rp 191 milyar tahun lalu. Dengan demikian hasil usaha PT. KBN sendiri meningkat dari Rp 93 juta di tahun 1987, menjadi Rp 1,7 milyar tahun lalu.
Sumber : KOMPAS (22/03/1989)
Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku XI (1989), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 402-403.