KETUA TIM P7: PENATARAN P4 PERLU PENYEGARAN
Jakarta, Antara
Pelaksanaan penataran P4 selama ini kadang-kadang menimbulkan kejenuhan, oleh karena itu diperlukan usaha penyegaran untuk menghilangkan kejenuhan tersebut.
Adanya kejenuhan dalam pelaksanaan penataran P4 itu hari Selasa dilaporkan kepada Presiden Soeharto oleh Tim Penasehat Presiden tentang Pelaksanaan Penataran P4 (Tim P7) yang dipimpin langsung oleh ketuanya, Ruslan Abdulgani.
Dalam keterangannya kepada wartawan selesai diterima Presiden, Ruslan Abdulgani mengatakan bahwa penyegaran penataran P4 dirasa perlu diberikan, baik dalam cara maupun isinya.
Menurut dia, penyegaran tersebut bisa dilakukan jika penataran-penatar an P4 diisi dengan berbagai problema aktual yang sedang dirasakan atau dihadapi oleh masyarakat luas.
Sebagai contoh tentang problema aktual yang dapat dibicarakan dalam penataran P4 sebagai usaha penyegaran, Ketua tim P7 menunjuk pada masalah konsumerisme, individualisme dan konglomerasi yang dewasa ini banyak disoroti masyarakat.
“ltu problema baru yang perlu kita lihat bersama,” katanya.
Akan tetapi, ketika dimintai pendapatnya sendiri tentang konglomerasi, Ruslan sambil tertawa mengatakan “Saya bukan ahli konglomerat. Saya belum bisa memberikan pendapat.” Di samping melaporkan tentang adanya kejenuhan itu, Tim P7 dalam pertemuan dengan Kepala Negara juga membicarakan perombakan luar biasa yang kini melanda kehidupan politik di negara-negara Eropa Timur atau dunia komunisme internasional.
Sehubungan dengan itu, Tim P7 minta informasi langsung kepada Presiden mengenai hasil-hasil kunjungannya ke Uni Sovyet belum lama ini, karena Tim P7 mencatat bahwa perombakan di Eropa Timur kian menghebat setelah adanya kunjungan tersebut.
Presiden, kata Ruslan, menjelaskan bahwa dalam komunike yang ditandatanganinya bersama Pernimpin Sovyet Mikhail Gorbachev sebenarnya tercermin adanya pengakuan Sovyet atas nilai-nilai kemanusiaan yang luhur serta universal.
“Untuk mencapai soal-soal itu kini diperlukan adanya demiliterisasi, deideologisasi dan dengan demikian berarti pula demokratisasi. Saya kira ini memang langkah penting untuk kita lihat dalam kerangka Pancasila,” sambung Ruslan.
Atas pertanyaan, Ketua Tim P7 mengatakan perombakan luar biasa kini melanda dunia komunisme internasional itu mengandung banyak pelajaran yang bisa diambil oleh Bangsa Indonesia untuk lebih memperkokoh Ideologi Pancasila.
Perombakan atau arus pembaharuan yang terakhir kali ditandai dengan bobolnya Tembok Berlin tersebut, menurut Ruslan Abdulgani, membuktikan tidak bisa langgengnya suatu sistem kenegaraan yang mengandalkan atheisme, internasionalisme tanpa menyadari pentingnya nasionalisme, dan sistem yang terlalu mengandalkan partai tunggal.
Situasi Eropa Timur, situasi TimurTengah yang ditandai oleh adanya gerakan Islam fundamentalis, serta situasi dalam negeri sendiri dewasa ini mau tidak mau mengharuskan agar usaha penghayatan dan pengamalan Pancasila dilakukan melalui pendidikan politik, demikian Ketua Tim P7.
Sumber : ANTARA (14/11/1989)
Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku XI (1989), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 351-353.