Kok Malah Kacau ?

Samarinda, 17 Oktober 1998

Kepada

Yth. Bapak Soeharto

di Tempat (Cendana)

KOK MALAH KACAU? [1]

Dengan hormat,

Sebelum saya mencoretkan mata pena saya ini terlebih dahulu saya mohon maaf sebesar-besarnya karena saya terlalu berani (lancang) untuk menulis surat ini kepada Bapak karena selama ini Bapak yang memimpin Negara Republik Indonesia ini tidak ada kekacauan dan tidak ada penjarah serta PHK terhadap Karyawan Perusahaan.

Jadi selama Bapak memimpin Negara Republik Indonesia sangat baik dan tenteram baik di bidang Ekonomi maupun di bidang keamanan serta di dalam beribadah antara umat yang ada di Negara tercinta kita ini.

Setelah Bapak memberikan mandat kepada Bapak Habibie jadi sangat kacau dan tidak aman serta banyaknya segala protes yang tidak tahu ke mana tujuan protes mereka, malah menambah naiknya semua sembilan bahan pokok yang ada di Negara yang kita cintai ini.

Jadi menurut teman-teman sekerja selama Bapak jadi Presiden semuanya aman dan menurut hati nurani kami maunya Bapak mencalonkan kembali jadi Presiden, tapi melihat suasana sekarang banyak yang berambisi jadi Presiden.

Semuanya yang berambisi jadi Presiden sekarang ini tidak ada kepemimpinan yang tabah, tenang, kebapakan dan sabar. Selama Bapak yang memimpin Negara kita tercinta ini saya sungguh kagum karena ada yang saya lihat dari sisi Bapak sangat tabah, menghadapi segala hujatan-hujatan dan tidak cepat emosi jadi seperti Bapaklah seorang jadi Pemimpin Negara yang bijaksana dalam mengambil keputusan yang baik.

Terima kasih atas surat yang saya buat ini, sekali lagi saya mohon maaf seribu kali maaf kepada Bapak. (DTS)

Hormat saya,

Atmaja Sinurat

Samarinda Ulu

[1]       Dikutip langsung dari dalam sebuah buku berjudul “Empati di Tengah Badai: Kumpulan Surat Kepada Pak Harto 21 Mei – 31 Desember 1998”, (Jakarta: Kharisma, 1999), hal 285-286. Surat ini merupakan salah satu dari 1074 surat  yang dikirim masyarakat Indonesia dari berbagai pelosok, bahkan luar negeri, antara tanggal 21 Mei – 31 Desember 1998, yang menyatakan simpati setelah mendengar Pak Harto mengundurkan diri. Surat-surat tersebut dikumpulkan dan dibukukan oleh Letkol Anton Tabah.

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.