Kok Sikut – Sikutan

Pringsewu, 1 Juni 1998

Kepada

Yth. Bapak H. M. Soeharto

di tempat

 

KOK SIKUT – SIKUTAN [1]

Dengan hormat,

Pertama-tama saya ucapkan “Salam sejahtera bagi keluarga Bapak. Kasih-Nya selalu mengalir seperti air.” Saya dari hati yang paling dalam mengucapkan terima kasih kepada Bapak Soeharto yang telah memimpin bangsa ini.

Walaupun akhir-akhir ini Bapak selalu disalahkan oleh golongan kalangan yang tidak bertanggung jawab, dan Bapak selalu dipojokkan. Oleh berita-berita dan slogan-slogan yang tidak bermoral. Saya sangat sesalkan mereka-mereka itu.

Mereka itu hanya memandang negatif terhadap Bapak. Tidakkah mereka-mereka memandang bagaimana Bapak berjuang selama 30 tahun terhadap bangsa ini? Yang didapat hanya cercaan dan hinaan dari golongan dan kalangan. Sebetulnya hati ini tidak rela, Bapak diperlakukan tidak adil. Tapi apalah daya saya hanya seorang Satpam di yayasan Xaverius.

Apalagi sekarang banyak pahlawan-pahlawan kesiangan yang memanfaatkan kesempatan. Contohnya mantan para menteri yang sekarang ikut meneriakkan reformasi. Saya nilai mereka itu tidak punya pendirian.

Bagai jamur di tengah hujan sekarang banyak partai-partai bermunculan. Saya jadi khawatir bagaimanakah kelangsungan hidup bangsa ini. Bangsa yang dulu tenteram di tangan Bapak, apakah akan hancur dan saling sikut-sikutan? Saya jadi ngeri membayangkan.

Saya melihat tidak seorang pun sekarang yang mampu memimpin bangsa ini kecuali Bapak. Dengan alasan: karena mereka itu hanya sibuk dengan partai-partainya sendiri. Bapak yang terhormat, hanya inilah ucapan terima kasih saya, terhadap Bapak yang selama 30 tahun memimpin bangsa ini.

Semoga Bapak selalu dilindungi oleh kebesaran Allah Yang Maha Pengasih. Amien. (DTS)

Saya: Agus Gunaryanto

Pringsewu – Tanggamus

[1]     Dikutip langsung dari dalam sebuah buku berjudul “Empati di Tengah Badai: Kumpulan Surat Kepada Pak Harto 21 Mei – 31 Desember 1998”, (Jakarta: Kharisma, 1999), hal 858. Surat ini merupakan salah satu dari 1074 surat  yang dikirim masyarakat Indonesia dari berbagai pelosok, bahkan luar negeri, antara tanggal 21 Mei – 31 Desember 1998, yang menyatakan simpati setelah mendengar Pak Harto menyatakan berhenti dari kursi Kepresidenan. Surat-surat tersebut dikumpulkan dan dibukukan oleh Letkol Anton Tabah.

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.