KUNJUNGAN KENEGARAAN PRESIDEN
Jakarta, Media Indonesia
Usianya sudah lebih dari 70 tahun. Warna rambutnya pun tidak lagi sehitam ketika ia dipanggil sejarah memimpin bangsa ini, berbarengan dengan naiknya Orde Baru di tahun 1966.
Beruntunglah bahwa Tuhan Yang Maha Esa selalu memberikan keselamatan dan kebugaran jasmani dan rohaninya, sehingga ia mampu melakukan pekerjaannya selaku Kepala Negara yang benar-benar tidak ringan.
Presiden Soeharto hari ini memulai kunjungan luar negerinya yang paling lama dan terberat. Dalam rentang waklu 26 hari, hingga 14 Desember 1991 ia akan melakukan safari diplomatiknya ke Meksiko, Venezuela, Tanzania,dan Senegal.
Apa misi kunjungan muhibahnya tentu tidak sulit untuk diraba, terutama berdasarkan situasi politik, sosial, ekonomi, dan budaya negara-negara yang bakal dikunjungi oleh Presiden bersama rombongannya itu.
Republik Senegal berpenduduk delapan juta jiwa, kini berada di bawah pemerintahan Presiden Abdou Diouf. Negara ini bekas jajahan Portugal dan Prancis. Pendapatan per kapita US $350.
Angka kematian bayi di negeri itu masih tinggi, 96 per seribu kelahiran. Warga yang buta aksara masih 90%. Zimbabwe berpenduduk 10 juta jiwa. Presiden Robert Mugabe yang dulu merupakan pemimpin gerilyawan untuk merebut kemerdekaan kini memimpin negara tersebut. Baru 11 tahun negeri ini bebas dari jajahan Inggris. Pendapatan per kapita masih sekitar US $275.
Zimbabwe sudah memiliki industri ringan, dan andalan ekonominya adalah pertanian tembakau, gula, dan kapas. Jamhuriya Mwungano wa (Republik Persatuan) Tanzania, berdiri 1964 sebagai gabungan Republik Tanganyika dan Republik Zanzibar. Negara itu berpenduduk 26 juta.
Tanzania juga bekas koloni Portugal. Walaupun sama miskinnya dengan negaranegara yang disebut di atas, secara politis peranannya lebih menonjol di Afrika. Presiden Ali Hasan Mwinyi yang berkuasa sejak 1985 masih harus terus berusaha meningkatkan kesejahteraan rakyatnya. Sekitar 90% tenaga kerja mengisi sektor pertanian dan sisanya di bidang industri. Pendapatan per kapita masih di bawah US $300.
Venezuela, berpenduduk 20 juta jiwa. Walau pendapatan per kapita hampir mencapai US $3.000, kemiskinan masih mencolok mata. Kekayaan minyak pun bahkan tidak kunjung mampu mengobati kemiskinan di antara sekitar 1,4 juta penduduk Caracas, ibu kota negara tersebut. Apalagi, setelah krisis minyak menghantam negara-negara OPEC, yang juga dibidani Venezuela.
Meksiko, berpenduduk 88 juta jiwa. Di mata AS negara ini dipandang sebagai pengekspor narkotik . Di negara ini sektor swasta termasuk maju, tumbuh cepat di zaman minyak. Namun ketika krisis minyak melanda dunia pada 1980-an, negeri pengekspor minyak non-OPEC ini terpukul. Inflasi tak terkendali dan kehidupan ekonominya di bawah lilitan utang luar negeri.
Negara-negara seperti itu jelas memerlukan kerja sama ekonomi. Lalu apa pula yang bisa dilakuk:an Republik Indonesia bagi rakyat negara-negara tersebut?
Setidaknya Indonesia bisa menawarkan berbagai bantuan, terutama yang bersifat teknis atau tenaga ahli. Tentu masih banyak nilai-nilai positif yang bermanfaat.
Kunjungan Presiden bertepatan dengan konstelasi politik internasional. Di saat Perang Dingin telah berakhir, negara-negara Non Blok bisa memusatkan perhatiannya untuk menjalin kerja sama ekonomi.
Walaupun tugas dalam negeri masih berat dan panjang, pergi juga Pak Harto menjalankan misi negaranya yang berhaluan bebas dan aktif. Selamat bekerja Pak Harto. Kita mendoakan keselamatan dan keberhasilan Pak Harto dalam menjalankan misi kenegaraannya.
Sumber : MEDIA INDONESIA (15/11/1991)
Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku XIII (1991), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 171-172.