KUNJUNGAN PRESIDEN KE AS SUKSES
Jakarta, Angkatan Bersenjata
Presiden Soeharto yang terbang ke Amerika Serikat Senin yang lalu menurut rencana hari ini tiba kembali di tanah air setelah kamis yang lalu menerima “UN Population Award “ yang diserahkan langsung oleh Sekjen PBB Javier Perez de Cuellar di markas PBB New York dan Jumat siang bertemu dengan Presiden Bush di Gedung Putih Washington DC.
Dalam pidatonya waktu menerima Penghargaan Kependudukan PBB itu, Presiden Soeharto mengatakan, negara-negara kaya yang semestinya dapat berbuat lebih banyak justru belum cukup berbuat untuk menangulangi masalah kependudukan dunia.
Diingatkannya, masalah kuantitas dan kualitas yang dihadapi mayoritas umat manusia yang berada di negara berkembang ini pasti akan membawa dampak terhadap pertumbuhan dan kehidupan seluruh bangsa di muka burni kita yang satu ini. Oleh karena itu ia menghimbau perhatian dan keterlibatan negara-negara maju dalam memecahkan masalah kependudukan yang merupakan unsur pokok pembangunan berkelanjutan secara global.
Soeharto-Bush dalam pertemuan mereka di Gedung Putih membicarakan masalah-masalah bilateral, regional dan internasional. Menurut keterangan pers Men sesneg Moerdiono dalam pesawat terbang dari Washington ke New York, Presiden Bush menyatakan kesediaan AS untuk membantu mengurangi beban Indonesia dalam membayar utang luar negerinya yang dirasakan kian berat akibat apresiasi beberapa mata uang asing.
Dalam pertemuan itu Presiden Soeharto minta perhatian AS sebagai negara besar agar menggunakan pengaruhnya dengan meminta pengertian negara-negara lain terhadap masalah berat yang kini dihadapi Indonesia dalam membayar kembali utangnya.
Secara spontan Presiden Bush mengatakan, AS akan mengambil langkah untuk berbuat apa saja yang mungkin dilakukannya untuk membantu kita. Bush memang tidak menyatakan secara spesifik bantuan yang akan diberikan AS kepada Indonesia. Tapi pernyataan yang bersifat umum yang dikemukakan Bush itu menunjukkan indikasi baik, kata Moerdiono.
Selanjutnya menurut Mensesneg itu, Presiden Soeharto juga minta kepada Presiden Bush agar membuka seluas mungkin pasaran barang ekspor Indonesia ke AS.
Sehubungan dengan ini UPI memberitakan, dalam pertemuan itu Presiden Bush melihat adanya peluang bagi kedua negara untuk lebih meningkatkan kerjasama ekonomi dan perdagangan.
Sekretaris Gedung Putih, Marlin Fitzwater, seusai pertemuan itu mengungkapkan, Bush mengingatkan kembali peranan militer dan ekonomi AS bagi pembangunan di Asia Tenggara.
Presiden AS juga memuji Indonesia dalam menangani masalah pembayaran utang luar negeri dengan menerapkan kebijaksanaan ekonomi yang sehat, katanya.
Tentang masalah Kamboja, Bush menegaskan lagi perlunya penyelesaian yang menyeluruh termasuk penarikan mundur pasukan Vietnam dari wilayah itu, mencegah kembali Khmer Merah berkuasa di Kamboja serta penentuan nasib sendiri oleh rakyat Kamboja.
Muhibah Presiden Soeharto di hari ulang tahunnya ke-68 ke AS membuahkan sukses karena dua sebab. Pertama, Penghargaan Kependudukan Dunia itu meningkatkan citra Indonesia dimata internasional kedua pertemuan di Gedung Putih membuahkan hasil sebagai yang diharapkan, yaitu kesediaan AS berupaya meringankan beban utang Indonesia dan membuka pasar AS bagi produk-produk Indonesia.
Sehubungan yang terakhir ini, tinggal lagi kemampuan Indonesia Incorporated buat memanfaatkannya semaksimal mungkin. Ekspor Indonesia ke AS perlu banyakbanyak ditingkatkan. sebab selama Ini barang-barang Indonesia yang diimpor AS masih terbatas, nilainya hanya 1,5% dari seluruh impor AS.
Padahal daya serap pasar itu besar sekali; 60% hasil industri negara-negara berkembang diserapnya, sedang daya serap Eropa Barat 30% dan pasaran Jepang hanya 10%.
Dalam pandangan AS, yang rakus memanfaatkan pasarannya adalah Jepang, ke-4 “macan Asia” dan negara-negara lain. Untuk menolong negara-negara berkembang disediakan Sistem Preferensi Umum (GSP) yang dimanfaatkan secara maksimal oleh ke-4 “macan Asia”, hingga neraca dagang AS defisit dengan negaranegara itu. Tapi defisit neraca dagang terbesar dialami AS dari Jepang.
Itulah sebabnya AS mencabut GSP dari ke-4 “macan Asia” itu sejak awal 1989 ini. Ini sebenarnya peluang bagus sekali bagi Indonesia untuk memanfaatkan GSP yang meniadakan keharusan membayar bea masuk itu semaksimal mungkin. Sayangnya, menurut berita terakhir kemampuan pengusaha Indonesia dalam menggunakan GSP ini tetap saja terbatas seperti dulu, padahal ke-4 negara Asia berhasil meningkatkan statusnya sebagai ”macan Asia” atau negara industri baru, justru karena menggunakan GSP itu semaksimal mungkin.
Waktu kita sekarang bergiat meningkatkan ekspor non-migas dan migas buat memperkuat kemampuan dalam membayar utang luar negeri . Kelemahan dalam menggunakan GSP itu mutlak diatasi.
Inilah salah satu tantangan yang harus dapat dijawab secara jitu oleh Indonesia Incorporated untuk memanfaatkan semaksimal mungkin pasaran AS yang terbuka bagi kita itu.
Sumber : ANGKATAN BERSENJATA(12/06/1989)
Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku XI (1989), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 217-219.