LANGKAH BERANI PRESIDEN SOEHARTO [1]
Zagreb, Suara Pembaruan
Satu langkah berani namun dengan perhitungan sangat matang, dilakukan Presiden Soeharto dengan berkunjung ke Sarajevo, ibu kota Bosnia-Herzegovina, negara yang masih belum aman. “Sifat ABRlnya keluar,”komentar orang-orang melihat bagaimana Presiden Soeharto dengan mantap naik ke pesawat Jak-40 buatan Rusia, yang membawanya terbang ke Sarajevo Senin (13/3) pukul11.00 waktu Zagreb (17.00 WIB) .
“Bapak Presiden menolak memakai rompi anti-peluru, sehingga saya harus menentengnya,” kata seorang pengawal yang mendampingi Presiden Soeharto ke Sarajevo, setibanya kembali di Zagreb Senin (13/3) pukul18.00 (24.00 WIB).
Tentu ada kekhawatiran mengenai keselamatan Kepala Negara untuk berangkat ke negara yang sedang bergolak itu. Namun seperti dikemukakan Mensesneg Moerdiono setibanya kembali dari Sarajevo, “Sampai detik-detik terakhir kami harus yakin bahwa keberangkatan Kepala Negara ke tempat yang cukup bergolak itu benar-benar aman. Di sana Bapak Presiden dan rombongan menggunakan kendaraan lapis baja (APC) yang jumlahnya 12 buah,”katanya.
Keadaan di Sarajevo memang masih beium menentu. Hal itu dapal dilihat dari laporan bahwa masih terus terjadi penembakan-penembakan terhadap penduduk sipil oleh penembak gelap. Sampai-sampai pasukan PBB terlihat melakukan tembakan balasan terhadap penembak gelap tersebut. Puncaknya pesawat yang membawa rombongan utusan khusus Sekjen PBB, Yasushi Akashi terkena tembakan ketika akan mendarat di Bandara Sarajevo hari Minggu (12/3) sehari sebelum kunjungan, Presiden Soeharto. Akibat penembakan itu, hingga Senin (13/3) pagi UNPROFOR (United Nations Protection Force) belum menerbangkan pesawatnya ke Sarajevo, selain pesawat yang membawa rombongan Presiden Soeharto. Padahal biasanya, apabila ada tamu yang berkunjung ke Sarajevo sebuah pesawat pendahulu diterbangkan ke sana untuk memantau keadaan.
Satu-Satunya
Jika aman maka pesawat yang membawa tamu penting itu baru terbang ke sana. “Kali ini tidak, pesawat yang membawa rombongan Presiden Indonesia adalah satu satunya pesawat yang terbang ke Sarajevo hari Senin (13/3) tersebut,”kata kapten pilotnya Voronine Evgueni kepada wartawan. Pesawat Jak-40 yang kata pilotnya berusia 20 tahun itu mempunyai tempat duduk 26, namun menurut peraturan UNPROFOR hanya boleh diisi 24 orang. Selama ini pesawat tersebut mempunyai tugas membawa penumpang penting (VIP) untuk terbang ke Sarajevo. “Karni yang menerbangkan Boutros-Boutros Gali, Jimmy Carter, PM Benazir Bhutto dan lain lain. Sekarang Presiden Indonesia,” katanya bangga.
Sebuah sumber mengungkapkan, keputusan untuk jadi tidaknya kunjungan singkat ke Sarajevo tersebut sebenarnya diambil sekitar pukul 09.00, sekitar 2 jam sebelum jadwal keberangkatan yang sudah direncanakan yaitu pukul ll.OO.
Dapat dibayangkan bagi petugas keamanan perjalanan Presiden Soeharto, pengamanan kali ini merupakan yang terberat. Umumnya anggota rombongan di dalam pesawat terbang Jak-40 buatan Rusia yang dicarter PBB itu kebanyakan diam dalam perjalanan ke Sarajevo tersebut. Wartawan Antara yang ikut dalam rombongan mengatakan was-was juga ketika melihat begitu banyak tentara PBB yang mengawal Presiden Soeharto ketika keluar dari pesawat di Bandara Sarajevo.
Tembakan
Apalagi mendengar suara tembakan berjarak sekitar 500 meter dari tempat Presiden Soeharto dan Presiden Alija Izetbegbvic mengadakan pembicaraan. “Suara tembakan itu bukan dari senjata ringan,” tambah anggota rombongan lainnya. Mengenai kesan Kepala Negara sendiri, Mensesneg mengatakan “Bapak Presiden puas dengan kunjungan ini. Diungkapkan oleh Presiden Alija, kedatangan Presiden Soeharto yang dianggap melakukan perjalanan yang sangat panjang malah ditambahi berbahaya dirasakan memberikan dukungan moral yang sangat tinggi kepada perjuangan rakyat Bosnia-Herzegowna.”
Sumber: SUARA PEMBARUAN (14/03/ 1995)
_____________
[1] Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari Buku “Presiden Ke II RI Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku XVII (1995), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal 137-138