Laporan Pelita dari Tanzania: TANZANIA BUTUH INVESTASI DAN PENGALAMAN INDONESIA

Laporan Pelita dari Tanzania: TANZANIA BUTUH INVESTASI DAN PENGALAMAN INDONESIA

 

 

Dar Es-Salaam, Pelita

Tanzania sangat mengharapkan pengalaman Indonesia dalam berbagai bidang pembangunan, terutama pertanian dan pertambangan, serta ingin sekali agar pengusaha Indonesia menanam modalnya di negeri ini. Harapan Tanzania tersebut diutarakan dalam pembicaraan empat mata Presiden Ali Hassan Mwinyi dan Presiden Soeharto, serta dalam pembicaraan antar pejabat tinggi kedua negara, di Wisma Negara, Dar Es-Salaam, Jum’at (6/12) kemarin.

Dari ibu kota Republik Persatuan Tanzania, wartawan Pelita H. Azkarmin Zaini melaporkan, kedua presiden pagi kemarin berbicara empat mata selama setengah jam, kemudian bergabung ke dalam pertemuan antar pejabat tinggi kedua negara.

Mensesneg Moerdiono menjelaskan kepada wartawan, kedua presiden bertukar pikiran mengenai perkembangan ekonomi negara masing-masing, dalam upaya meningkatkan kerja sama kedua negara. Kedua kepala negara sepakat untuk menyusun suatu perjanjian kerja sama ekonomi dan teknik, sebagai “perjanjian payung” yang akan melahirkan berbagai kerja sama teknis di masa mendatang.

Dikatakan, Tanzania sangat mengharapkan penanaman modal Indonesia di negerinya. Misalnya, Tanzania punya banyak sekali produksi kapas tetapi mereka baru mampu menggunakan 20 persen kuota garmennya. Tanzania juga ingin belajar dari pengalaman Indonesia di bidang pertanian pangan, pengolahan bahan tambang, khususnya migas.

 

Petani Magang

Menko Ekuin dan Wasbang Radius Prawiro menambahkan, dalam pertemuan tersebut Presiden Soeharto menjelaskan peningkatan produksi pangan di negeri kita, termasuk mengenai penggunaan bibit unggul dan penggunaan pupuk secara efisien.

Dikatakan, Tanzania akan memanfaatkan kesempatan yang ditawarkan Indonesia untuk mengirim serombongan petani Tanzania magang ditengah-tengah petani Indonesia, sehingga mereka bisa melihat sendiri cara bercocok tanam yang baik.

Menurut Radius, Indonesia memang menyediakan dana (ABPN) untuk kerjasama teknik dalam rangka kerjasama antar negara berkembang, namun pembiayaan untuk petani-magang dari Tanzania ini nanti akan dibicarakan lebih lanjut.

Di samping itu, Tanzania juga akan mengirim pejabat-pejabat pertaniannya ke Indonesia, hingga sekembali di negerinya nanti mereka bisa membikin demonstration plot atau ladang pecontohan.

“Mereka juga berminat dalam hal penanam kelapa sawit. Dalam hal ini kita bisa memberikan pengalaman dalam pola PIR (perusahaan inti rakyat Red),” ujar Radius.

Lebih lanjut dikatakan, Tanzania juga akan menggali pengetahuan Indonesia tentang cara membuat pupuk yang baik, supaya mereka dapat membuat pabrik pupuk sendiri. “Tanzania punya gas sehingga bisa mendirikan pabrik pupuk dari bahan gas. Mereka juga akan mengirim tenaga untuk belajar ke Indonesia,”ujar Radius.

Para pejabat kedua negara juga sepakat untuk meneliti lebih lanjut apa saja yang bisa dikembangkan dalam usaha meningkatkan hubungan dagang kedua negara. Selama ini volume perdagangan Indonesia dan Tanzania masih rendah sekali, berkisar dari empat juta sampai sepuluh juta dolar AS setahun.

 

Negara Kunci

Sementara itu Menlu Ali Alatas menjelaskan, Tanzania merupakan salah satu negara kunci di Afrika, yang persahabatannya dengan Indonesia sudah terjalin sejak negara tersebut menjadi republik persatuan dengan bergabungnya Zanzibar ke dalamnya. Hubungan diplomatik kedua negara telah ada sejak 1964. Indonesia punya kedutaan besar di Dares-Salaam, sedangkan kedubes Tanzania untuk RI masih dirangkap dari India.

“Bobot politik luar negerinya sangat dihargai, bahkan sampai ke negara-negara Nonblok. Tanzan iajuga salah satu garis depan dalam menghadapi Afrika Selatan. Sekarang ada relevansi baru dengan sedang berubahnya Tanzania menjadi penganut politik perdagangan bebas,” ujar Alatas.

Dalam masalah Timor Timur, sikap Tanzania selama Timtim masih dipersoalkan di PBB sampai tahun 1982, selalu memihak resolusi lawan. “Tapi sejak itu mereka tidak pernah lagi membicarakannya,”ujar Ali Alatas. juga mengungkapkan, bahwa dalam pembicaraan empat mata dengan Presiden Ali Hassan Mwinyi . Presiden Soeharto juga menjelaskan soal Timtim, mulai dari proses integrasi sampai perkembangan terakhir sekarang.

 

Counter Purchase

Khusus mengenai pembicaraan empat mata kedua kepala negara. Mensesneg Moerdiono menambahkan bahwa dalam kesempatan itu Presiden Soeharto menjelaskan bahwa Indonesia bersedia membagi pengalaman dengan Tanzania, tidak hanya mengenai keberhasilan melainkan juga perihal kesulitan-kesulitannya.

Presiden Soeharto menjanjikan akan menaruh perhatian sungguh-sungguh mengenai keinginan Tanzania membeli pupuk urea Indonesia dan keinginan menggunakan pengalaman Indonesia dalam mendirikan pabrik pupuk. Begitu juga dengan pengalaman Indonesia dalam membuat perjanjian bagi hasil dalam kerjasama eksplorasi minyak bumi.

Mengenai harapan Tanzania akan penanaman modal dari Indonesia, Presiden Soeharto menjelaskan bahwa memang ada bidang-bidang tertentu yang mungkin menguntungkan kedua pihak. ”Namun, Presiden juga minta pengertian Tanzania bahwa kemampuan Indonesia dalam investasi masih terbatas,” ujar Moerdiono.

Dikatakan, dalam pembicaraan tersebut Presiden Ali Hassan Mwinyi beberapa kali mengatakan bahwa kunjungan Presiden Soeharto ini sangat penting bagi Tanzania. Ini juga tercermin dalam sambutan yang sangat hangat yang mereka berikan, ujar Moerdiono. Presiden Soeharto menurut Moerdiono, juga menawarkan kepada Presiden Ali Hassan Mwinyi kemungkinan transaksi perdagangan dengan sistern counterpu rchase. Artinya, sebanyak Tanzania membeli dari Indonesia, sebanyak itu pula Indonesia membeli dari Tanzania. Counter purchase berbeda dengan sistem barter. demikian Mensesneg.

 

Sholat Jumat

Siang kemarin, Presiden Soeharto bersama Presiden Ali Hassan Mwinyi bersembahyang Jum’at bersama di Masjid Kitumbini, masjid tertua dan terbesar di kota Dar es-Salaam. Bangunan masjid ini sangat sederhana, meskipun “baru” dibangun kembali pada tahun 1958, bersegi 12 dan dindingnya polos tanpa hiasan kaligrafi. Ikut juga shalat Jurm’at kemarin Mensesneg Moerdiono, Menlu Ali Alatas, dan Dubes Hidayat Soerno.

 

 

Sumber : PELITA (07/12/1991)

Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku XIII (1991), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 497-500.

 

 

 

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.