LEBIH SEDIKIT PARTAI LEBIH BAIK, KATA H.A. SJAICHU [1]
Djakarta, Antara
Ketua DPR-GR HA Sjaichu dalam tjeramahnja didepan karyawan Deplu di DPR-GR hari Rabu jl mengemukakan, bahwa lebih sedikit djumlah partai politik di Indonesia, adalah lebih baik.
Tap MPRS sendiri, kata Sjaichu, telah menentukan, bahwa partai2 perlu disederhanakan, tjuma katanja. Tjaranja djangan dipaksakan dari atas dan harus timbul dari kesadaran dari bawah.
Begitu djuga fraksi2 dalam DPR nanti, sebagai Ketua DPR-GR saja berpengalaman bahwa makin sedikit fraksi makin mudah menemukan pendapat, demikian Sjaichu.
Menjinggung tentang oposisi Sjaichu menjatakan tidak setudju hanja ada dua partai, jakni partai pemerintah dan partai oposisi.
Terlepas dari ada atau tidaknja dalam UUD 45 mengenai masalah tsb. Tetapi apakah oposisi nantinja bisa didjalankan di Indonesia, demikian Sjaichu jang menambahkan. Djangan2 nanti oposisi di-identikkan dengan anti pembangunan dll. Apa bisa seperti di Inggeris, bahwa oposisi mendapat penghargaan, tanja Sjaichu.
Kata Sjaichu, di Indonesia tidak ada oposisi jang permanent dan tergantung kepada masalahnja, kalau memang menurut penilaian kita baik patut kita sokong, dan kalau djelek perlu ditentang.
Semua anggota DPR mempunjai hak sematjam ini, demikian Sjaichu.
Menjinggung tentang penjatuan Partai2 Islam, Sjaichu mengatakan, bahwa sebagai orang Islam ia setudju adanja satu Partai Islam.
Andaikata sekarang Ummat Islam belum bisa dipersatukan dalam satu wadah, hal itu disebabkan masih tebalnja prejudice (prasangka) dari masing2 grup. Demikian al. Ketua DPR-GR HA Sjaichu.
Sementara itu, Ketua-III DPP Perti, EDDY ABDUL MANAF mengatakan hari Kamis bahwa idee tentang perlu adanja hanja dua partai di Indonesia, partai Pemerintah dan Partai Opposisi, adalah merupakan landasan pertama untuk menudju kepada pembaharuan dalam kehidupan politik di Indonesia.
Memberikan keterangan kepada pers, Ketua Fraksi Perti dalam DPR-GR tsb. selandjutnja mengatakan tentang dua partai itu haruslah melalui suatu pengintegrasian semua kekuatan sosial politik jang ada dan bahkan telah melembaga dalam masjarakat ini, kata Eddy, suatu kenjataan jang tidak dapat dipungkiri.
Oleh sebab itu, katanja mengadakan suatu perombakan struktur politik hendaknja djuga dilihat dari bebarapa aspek jang memungkinkan terlaksananja idee tsb.
Tokoh Perti tsb. menjatakan persetudjuannja dengan pendapat bekas Wkl. Presiden Dr. Mohd. Hatta, bahwa oposisi adalah perlu, akan tetapi opposisi jang bukan extreem melainkan jang loyaal dalam arti dasar konsepsi. Sebab, oposisi atas dasar jang extrem akan menimbulkan sikap hidup jang kontradiksi jang djustru sangat merugikan kita semua, demikian Eddy. (DTS)
Sumber: PEDOMAN (08/10/1971)
[1] Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku II (1968-1971), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 790-791.