Rela Jadi Tumbal

Karawang, 11 Juni 1998

Kepada

Yth. Bapak H.M. Soeharto

di Jakarta

RELA JADI TUMBAL [1]

Assalamu’ alaikum wr. wb.

Bersama surat ini perkenankanlah, saya sebagai pribadi melalui surat ini ingin menyampaikan rasa prihatin yang sangat dalam atas keadaan yang menimpa Bapak dan keluarga. Ingin rasanya saya datang sendiri menghadap bapak ke rumah, akan halnya yang tidak mustahil bisa bertemu dengan Bapak karena situasi yang tidak memungkinkan. Saya dari sejak dulu sangat mengidolakan figur Bapak sebagai seorang pemimpin serta seorang negarawan sejati dan sampai saat kapan pun saya tidak akan tergoyahkan untuk tetap mencintai Bapak dan keluarga Bapak sepenuh hati.

Saya sebagai pegawai negeri sangat berterima kasih atas jasa-jasa dari Bapak, pada waktu Bapak menjabat sebagai presiden, pegawai negeri sangat diperhatikan oleh Bapak, setiap tahun penerimaan pegawai negeri meningkat tanpa gembar-gembor.

Sebetulnya saya kalau bukan pegawai negeri, rasanya berontak dan segera ingin datang ke Cendana untuk memberikan dukungan secara Moril kalau perlu fisik, tentang banyaknya orang-orang tertentu yang memutar balikkan fakta dan sejarah serta hasil-hasil pembangunan yang telah dicapai selama di bawah pimpinan Bapak.

Kalau bisa ingin rasanya menjadi tumbal bagi keluarga Bapak, biar saya yang menjadi korban asal Bapak dan keluarga bisa hidup tenang tanpa apapun, terlebih-lebih agar Bapak bisa menikmati hari tua dengan tenang. Maafkanlah saya, dalam keadaan situasi yang sekarag ini saya tidak bisa membantu apa-apa, hanya doalah yang bisa saya berikan untuk ketenangan Bapak.

Sebetulnya banyak sekali ungkapan-ungkapan yang akan saya ceritakan kepada Bapak, namun itulah intisari dari semua ungkapan­ungkapan keprihatinan saya kepada Bapak yang saya cintai sampai kapan pun. Salam dari saya untuk putra-putri beserta cucu-cucu dan para cicit Bapak, agar tetap tegar menghadapi keadaan sekarang ini, dan saya hanya sendiri tidak mempunyai dukungan dari manapun, saya tetap bersama Bapak dan keluarga.

Saya doakan Bapak dan keluarga ada dalam lindungan Allah Subhanahu wata’ala, agar diberikan kekuatan dalam menghadapi cobaan yang berat ini. (DTS)

Amin, Amin ya Robbal ‘alamin.

Wassalam,

H. Abdulrachman K.

Karawang

[1]     Dikutip langsung dari dalam sebuah buku berjudul “Empati di Tengah Badai: Kumpulan Surat Kepada Pak Harto 21 Mei – 31 Desember 1998”, (Jakarta: Kharisma, 1999), hal 708-709. Surat ini merupakan salah satu dari 1074 surat  yang dikirim masyarakat Indonesia dari berbagai pelosok, bahkan luar negeri, antara tanggal 21 Mei – 31 Desember 1998, yang menyatakan simpati setelah mendengar Pak Harto menyatakan berhenti dari kursi Kepresidenan. Surat-surat tersebut dikumpulkan dan dibukukan oleh Letkol Anton Tabah.

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.