LEMBAGA ASPRI DITIADAKAN

LEMBAGA ASPRI DITIADAKAN [1]

 

Jakarta, Merdeka

Presiden Soeharto mengambil keputusan untuk memegang langsung jabatan Pimpinan Kopkamtib serta meniadakan Lembaga Asisten Pribadi Presiden (ASPRI) terhitung sejak hari Senin, 28 Januari 1974.

Keputusan ini diumumkan oleh menteri Negara Soedarmono SH Senin siang di Istana setelah diadakan pembahasan selama 90 menit antara Kepala Negara, Wakil Presiden Hamengkubuwono, Menteri Hankam/Pangab Jenderal Maraden Panggabean, Jenderal Soemitro dan Laksamana Soedomo. Laksamana Soedomo ditunjuk menjadi Kepala Staf Kopkamtib dan Jenderal Soemitro tetap menjabat Wapangab.

Keputusan tersebut diambil oleh Presiden, kata Soedharmono setelah membahas keadaan keamanan umumnya, khususnya yang menyangkut paut dengan terjadinya peristiwa 15 Januari yang lalu. Keputusan itu diambil untuk lebih efektif guna menertibkan dan mengatasi keamanan serta mempertanggungjawabkannya sesuai dengan wewenang yang ada berdasarkan konstitusi.

“Panglima Kopkamtib berada di tangan Presiden”, kata Soedharmono. Organisasi Kopkamtib tetap ada, tambahnya lagi. Karena ada perobahan struktur organisasi Kopkamtib, akan diadakan tindak lanjutan terhadap staf Kopkamtib.

Hapus

Lebih jauh dikatakan Soedharmono SH bahwa mulai Senin Lembaga ASPRI Presiden ditiadakan, karena Presiden memandang keadaan sekarang tidak perlu lagi jabatan ASPRI. labatan2 lainnya bekas ASRPI yang lama tidak berobah, Mayjend Soedjono Humardhani anggota DPR, Mayjen Tjokropranolo Sekmil, Letjen Soeryo Direktur PTHII dan MayjenAli Moertopo Deputy Bakin.

Pembicaraan antara Presiden/Wakil Presiden dan pimpinan ABRI itu telah pula diberitahu oleh Kepala Negara kepada pimpinan DPR/MPR, pimpinan Golkar dan parpol yang siang itu datang ke Istana Merdeka untuk mengadakan konsultasi.

Lapor

Kabakin Mayjen Joga Sugama juga siang hari itu telah melaporkan kepada Presiden bahwa ia telah melangsungkan serah terima jabatan Kabakin dari Pejabat lama Letjen Soetopo Juwono. Menjawab pertanyaan pers, Joga mengatakan bahwa ia akan menghadapi tugas2 berat, karena ia telah meninggalkan Indonesia selama 2 tahun, sehingga ia kurang begitu mengetahui perkembangan di Indonesia.

Ia menilai bahwa perkembangan di Indonesia telah berkembang dengan pesat. Memberikan jawaban baru Letjen Soetopo Joewono, Mayjen Joga mengatakan: “kemungkinan duta besar”. (DTS)

SUMBER: MERDEKA (28/01/1974)

[1] Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku III (1972-1975), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 402-403.

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.