LEMHANAS PERLU MEMBUKA DIRI BERKOMUNIKASI DENGAN MASYARAKAT

LEMHANAS PERLU MEMBUKA DIRI BERKOMUNIKASI DENGAN MASYARAKAT

 

 

Jakarta, Kompas

Presiden Soeharto menegaskan, Lembaga Pertahanan Nasional (Lemhannas) perlu membuka diri lebih luas untuk berkomunikasi dengan berbagai kalangan dalam masyarakat. Selanjutnya, hasil-hasil kajian strategisnya perlu dimasyarakatkan lebih luas. Lembaga Pertahanan Nasional memang perlu dikembangkan sebagai wadah nasional untuk pikiran-pikiran strategis.

Ketika menerima para peserta Kursus Reguler Angkatan XXIII Lemhannas di Bina Graha, hari Selasa (4112), Kepala Negarajuga mengingatkan lembaga-lembaga pengkajian strategis mempunyai misi

memberikan peringatan dini terhadap peluang yang dapat dimanfaatkan maupun terhadap risiko yang harus dihadapi dalam pembangunan nasional.

“Kita harus memberikan perhatian yang seimbang kepada peluang dan risiko memperlambat bahkan mungkin menghambat sama sekali tercapainya sasaran yang kita inginkan,” tambahnya.

Kursus reguler ini diikuti 60 peserta terdiri 29 pejabat ABRI dari berbagai angkatan dan Polri serta 3 1 non ABRI dari berbagai departemen, instansi dan swasta. Mereka mengikuti kursus sejak 9 April lalu dan akan diwisuda 8 Desember nanti.

 

Kajian Daerah

Menurut Presiden,berpikir strategis membiasakan kita mencari dan mengembangkan peluang berjangka panjang serta mengenal masalah­masalah potensial yang bisa menghalangi, bukan saja pada tingkat nasional tapijuga pada tingkat daerah.

Kajian strategis pada tingkat nasional pada umumnya sudah cukup berkembang, tapi kajian strategis untuk tingkat daerah masih perlu dikembangkan baik sebagai pelaksanaan kebijaksanaa n dan strategis nasional maupun sebagai dukungan terhadap otonomi daerah.

“Penerapan kebijaksanaan tingkat nasional ke seluruh wilayah Nusantaraje las memerlukan pengenalan yang tepat terhadap kondisi daerah,” tegasnya seraya mengingatkan, “daerah demikian beragam sehingga tidak dapat diadakan generalisasi dalam pelaksanaan.“Perbedaan yang ada pada daerah-daerah kita adalah nyata dan harus diperhitungkan dengan cermat. Masing-masing memerlukan pengkajian secara khusus,” tegasnya lagi.

 

Perlu Diperhitungkan

Dibagian lain sambutannya Presiden mengatakan, Indonesia sekarang hidup dalam dunia dan zaman yang penuh dengan pembahan cepat dan bersifat mendasar. Peta kekuatan dunia dalam bidan g ekonomi, sosial, budaya, ideologi dan politik serta pertahanan keamanan sedang bembah.

Dalam dasawarsa ini dunia berada dalam masa transisi besar antara abad ke 20 yang penuh gejolak dengan abad mendatang yang mengandung harapan akan perdamaian dan kemakmuran bagi semua bangsa. Dalam dasawarsa terakhir initelah terlihat beberapa kecenderungan pokok yang perlu di perhitungkan.

Perekonomian dunia secara perlahan tapi mantap bergerak menuju suatu sistem yang makin saling berkaitan. Telah makin disadari bahwa kesejahteraan bangsa-bangsa bergantung kepada kerja sama dengan bangsa-bangsa lain. Di beberapa kawasan, seperti Eropa Barat sedang tumbuh suatu bentuk kerja sama ekonomi bam yang memberi harapan besar dalam masa datang.

Keseluruhannya, menurut Presiden Soeharto, akan mempunyai dampak yang besar ke bidang politik. Negara-negara nasional yang berdaulat perlu mencari makna yang baru terhadap peranannya. Pertimbangan ideologi dan politik yang penting untuk persatuan dan negeri, tidak lagi menjadi faktor penghambat dalam kerja sama ekonomi antar negara. Yang menjadi pusat perhatian adalah pelayanan yang makin baik terhadap kebutuhan umat manusia secara menyeluruh.

Berbagai hambatan yang ada selama ini baik bersifat fisik maupun administratif sedang dikaji ulang. Bentuk-bentuk kerja sama ekonomi baru sedang dikembangkan. Tantangan ekonomi dunia baru ini memang belum menemukan wujud terakhimya. Namun dalam bentuk awalnya saja sudab menunjukkan manfaat yang besar.

Lebih lanjut dikemukakan sistem pemerintahan dan kenegaraan yang bersifat totaliter dan sentralistis telab terbukti tidak mampu mengejar kesempatan gerak dinamika masyarakat yang didorong oleh ilmu pengetabuan teknologi dan ekonomi. Yang lebih sesuai dengan kebutuhan zaman adalab sistem yang memberikan peluang besar untuk tumbub dan berkembangnya prakarsa dan kreativitas masyarakat itu sendiri.

Perubaban-perubaban mendasar itu, menurut Presiden, harus diamati dengan cermat, dikaji dengan teliti dampak positif serta negatifnya. Perlu dirumuskan pokok-pokok pegangan yang akan dipergunakan untuk mengbadapi perkembangan itu dan untuk pembangunan bangsa selanjutnya dalam tahun-tahun mendatang. Memang itulah kegunaan doktrin serta berbagai bentuk basil kajian strategis lainnya.

“Pemerintah maupun masyarakat memerlukan doktrin dan hasil­ hasil kajian strategis untuk merumuskan kebijaksanaan yang akan kita tempuh untuk masa depan, dalam bidang tugas serta kiprahnya masing­masing,” kata Kepala Negara.

Karenanya Lemhanas dinilai perlu membuka diri lebib luas untuk berkomunikasi dengan berbagai kalangan dalam masyarakat.

 

Berbagai Kegiatan

Gubernur Lemhanas Mayjen TNI Soekarto melaporkan kursus diisi oleh berbagai kegiatan utama antara lain ceramab widyawisata dalam dan luar negeri, olah praja serta program piliban dengan membabas masalah yang meliputi tiga bidang, yakni bidang pertahanan dan keamanan, politik intemasional dan ekonomi.

Selain itu juga diselenggarakan seminar bertema “Implementa si Doktrin Dasar Wawasan Nusantara dan Ketahanan Nasional Dalam Pembangunan Nasional”.

Sebelum peserta kursus melaksanakan seminar, Ikatan Alumni Lemhannas (Ikal) November lalu juga mengadakan seminar yang menghasilkan rumusan mengenai “Wawasan Nusantara dan Ketahanan Nasional Dalam Pembangunan Nasional”, y ang diharapkan pengembangannya oleh masyarakat nanti dapat digunakan untuk mendukung penwujudan kerangka landasan yang kukuh untuk memasuki tahap tinggal landas dalam Pelita VI. Hasil seminar tersebut kemarin juga disampaikan kepada Presiden Soeharto. (SA)

 

 

Sumber :KOMPAS (05/10/1990)

Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku XII (1990), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 196-200.

 

 

 

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.