MALAYSIA INGIN BAHAS KELANJUTAN KEMUNGKINAN KERJASAMA NUKLIR
Jakarta, Antara
Malaysia ingin membahas lebih lanjut kemungkinan kerjasama di bidang pengembangan energi nuklir untuk kepentingan ilmu pengetahuan dan teknologi, kata Dubes Malaysia untuk Indonesia, Dato Abdullah Zawawi Bin Haji Mohammad, di Jakarta, Kamis.
Kemungkinan kerjasama tersebut telah dibicarakan dalam pertemuan antara Presiden Soeharto dan Perdana Menteri Malaysia Dr. Mahathir Mohammad ketika mereka menghadiri acara berkhatan (khitanan) putera tertua Sultan Brunei Sultan Hassanal Bolkiah, di Bandar Seri Begawan, awal Agustus lalu.
Ketika diwawancari ANTARA dalam rangka HUT ASEAN ke-22, Abdullah Zawawi mengatakan, pembahasan mendalam mengenai kemungkinan kerjasama itu diperlukan karena bidang nuklir melibatkan pengalihan teknologi yang bersifat khusus dan ilmiah.
“Sebelum berangkat ke Jakarta, Dr. Mahathir berpesan kepada saya untuk membicarakan lebih lanjut kerjasama itu,” kata Dubes Malaysia yang menyerahkan surat-surat kepercayaan kepada Presiden Soeharto, Rabu.
“Kerjasama nuklir membutuhkan pengkajian mendalam dengan memperhatikan keperluan dan kemampuan kedua negara tersebut, termasuk bidang dan latihan apa yang dapat Indonesia berikan kepada Malaysia. Hal ini memerlukan pertimbangan supaya diperoleh kesepakatan,” tambahnya.
Kerjasama nuklir itu akan mendatangkan faedah bagi kedua negara untuk masa mendatang terutama dalam pembangunan teknologi seperti di bidang perminyakan, gas dan kelistrikan.
“Kerjasama dalam bidang teknologi antara Indonesia dan Malaysia sebetulnya sudah tersirat dalam perjanjian tahun 1973,” kata Abdullah Zawawi.
Menjawab pertanyaan mengenai hubungan Indonesia-Malaysia terutama di bidang ekonomi, Abdullah Zawawi mengemukakan, kedua negara perlu untuk tukar menukar informasi mengenai barang-barang ekspor, mengingat kedua negara tersebut adalah produsen beberapa mata dagangan yang sama, seperti biji timah, karet dan kelapa sawit.
Menurut dia, pertukaran informasi sangat penting dan juga menjadi salah satu tujuan ASEAN supaya setiap anggota ASEAN dapat menstabilkan produk si ekspornya.
“Produk-produk dari ASEAN jangan berlimpah di pasaran karena akan menurunkan harga,” ujar Dubes Malaysia yang mempunyai hobi memancing di laut dalam itu.
Dalam tingkat regional, ia menilai, hubungan ekonomi antar-ASEAN harus mendapat perhatian yang lebih. Sebab, menurut mantan Dirjen ASEAN-Malaysia itu, pertumbuhan ekonomi negara-negara anggota ASEAN pada tahun 1970-an berkembang pesat. Sepuluh tahun kemudian hingga sekarang, pertumbuhan ekonominya mengalami kendala antara lain akibat masalah tarif ekspor ke negara negara maju dan proteksionisme.
Namun, berkat kerjasama yang erat dan adanya perhatian para pemimpin negara negara ASEAN hambatan tersebut dapat disingkirkan.
“Bila masalah-masalah tersebut hanya diatasi secara bilateral saja, tidak memberikan kesan lebih kuat jika dibandingkan dengan kerjasama lebih luas melalui ASEAN,” tambah Dubes yang memiliki dua puteri yang sedang kuliah di Amerika Serikat.
Dalam bidang politik, demikian Abdullah Zawawi, ASEAN berhasil mengajak masyarakat internasional untuk membicarakan masalah Kampuchea dan pendirian ASEAN bagi penyelesaian konflik di negeri itu serta penarikan mundur pasukan Vietnam dari Kampuchea, mendapat dukungan dunia internasional.
“Keberhasilan dalam bidang ekonomi dan politik, memberi rangsangan bagi para anggota ASEAN untuk lebih meningkatkan kerjasama demi memperoleh kemajuan, kedamaian dan kemakmuran di masing-masing negara,” demikian Abdullah Zawawi.
Sumber : ANTARA (11/08/1989)
Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku XI (1989), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal.465-466.