Surabaya, 26 Mei 1998
Kepada
Yth. Bapak H. M. Soeharto
di Jakarta
MANUSIA PUNYA KELEBIHAN DAN
KEKURANGAN [1]
Dengan hormat,
Saya bersama keluarga termasuk yang sangat sedih, setelah mendengar dan melihat Pak Harto meletakkan jabatan. Pak Harto sudah seperti Bapak kami sendiri, meskipun kami tidak pernah berkenalan secara langsung. Kami hanya tahu Bapak dari media massa.
Bapak adalah bapak negara, orang tua yang bijak, pemimpin keluarga yang patut diteladani, selalu santun pada sesama. Tentu kami juga merasakan kekurangan-kekurangan Bapak. Menurut kami itu wajar, selaku manusia pasti ada kelebihan, ada pula kekurangannya.
Kami tidak bertendensi apa-apa, hanya ingin menyampaikan perasaan kami saja. Betapapun Bapak telah memimpin negeri ini lebih dari 30 tahun, jadi sangat melekat di hati kami. Senyum dan tawa Bapak tidak pernah kami lupakan.
Kami sendiri sebetulnya tidak tabu secara persis apa yang terjadi di negeri ini. Maklum kami orang kecil. Tapi kami punya hati, punya rasa cinta kasih dan tidak mudah digoyang lantaran peristiwa dadakan yang betapapun dahsyatnya. Seperti kata Bapak, ojo kagetan, ojo gumunan, dan ojo dumeh.
Bagi kami itu sangat besar dan dalam maknanya. Falsafah-falsafah yang sering Bapak lontarkan selalu jadi renungan saya dan keluarga. Kearifan Bapak adalah teladan saya selaku kepala keluarga. Sekitar dua tahun yang lalu kami juga menulis surat untuk Bapak tapi sampai sekarang belum terbalas. Tidak apa, yang penting kami sudah menyampaikan sesuatu kepada Bapak.
Semoga Bapak tetap tabah, tegar dalam lindungan Allah swt demikian juga dengan putra – putri Bapak, semoga dalam kondisi sehat dan dalam lindungan-Nya.
Saya yakin, banyak warga Indonesia yang berperasaan sama dengan kami. Yakinlah, Bapak tidak sendiri. Kami lebih percaya keadilan Allah swt daripada keadilan manusia.
Wassalamu’alaikum wr. wb.
Hormat saya,
Harun Sohar
Surabaya
[1] Dikutip langsung dari dalam sebuah buku berjudul “Empati di Tengah Badai: Kumpulan Surat Kepada Pak Harto 21 Mei – 31 Desember 1998”, (Jakarta: Kharisma, 1999), hal 752-753. Surat ini merupakan salah satu dari 1074 surat yang dikirim masyarakat Indonesia dari berbagai pelosok, bahkan luar negeri, antara tanggal 21 Mei – 31 Desember 1998, yang menyatakan simpati setelah mendengar Pak Harto menyatakan berhenti dari kursi Kepresidenan. Surat-surat tersebut dikumpulkan dan dibukukan oleh Letkol Anton Tabah.